Tuesday, 13/05/03 22:07
In The Name of Allah The Most Gracious The Most Merciful
 


BIARKAN INSPIRASI YANG MENGEJAR KITA

Oleh : Mohammad Fauzil Adhim

Aneh tapi nyata, banyak penulis yang sempat-sempatnya mengasingkan diri hanya untuk mendapat inspirasi. Begitu inspirasi didapat, mereka akan segera mengurung diri rapat-rapat.

Meskipun dengan cara ini banyak yang bisa menjadi penulis, tetapi untuk benar-benar produktif dan mampu menghadirkan ide-ide segar, kita perlu belajar mengelola diri agar senantiasa kaya inspirasi. Biarlah inspirasi yang mengejar kita, bukan kita yang sibuk mencari-cari inspirasi. Pertanyaannya, mungkinkah itu terjadi?

Kekuatan Itu Bernama Komitmen

Apabila hatimu dipenuhi oleh kepedihan, keinginan yang kuat untuk menunjukkan orang lain kepada jalan yang kamu yakini kebaikannya, maka pikiranmu akan hidup. Gagasan-gagasan bermunculan dan inisiatif akan saling bersusulan. Apapun yang kamu lihat, akan selalu mengalirkan inspirasi ke dalam jiwamu sesuai dengan apa yang menjadi kegelisahanmu.

Komitmen yang kuat akan menjadikan diri kita selalu inspiratif. Komitmen mempengaruhi emosi, pikiran dan konasi kita. Semua itu merangsang munculnya inspirasi-inspirasi yang segar, inovasi yang cerdas dan kekuatan tulisan yang dahsyat.

Kegelisahan yang muncul karena dorongan keinginan untuk menunjukkan apa yang baik, dapat menarik kita untuk benar-benar terserap pada apa yang sedang kita kerjakan. Dan inilah flow. Secara sederhana, Daniel Goleman mengemukakan dalam Emotional Intelligence, “Flow adalah keadaan ketika seseorang sepenuhnya terserap ke dalam apa yang sedang dikerjakannya, perhatiannya hanya terfokus ke pekerjaan itu, kesadaran menyatu dengan tindakan.”

Dalam buku Working with Emotional Intelligence, Goleman menunjukkan bahwa kita dapat mencapai kondisi flow apabila ada keterlibatan psikologis yang sangat kuat (psychological presence). Keadaan ini membuat otak kita lebih tajam, pikiran kita lebih mudah mengalir dan jiwa kita lebih inspiratif. Menulis terasa lebih menggugah dan membangkitkan semangat apabila kita merasakan benar mengapa kita perlu menulis. Itu sebabnya mengapa saya lebih tertarik menemukan alasan untuk menulis, daripada memikirkan bagaimana membuat tulisan yang menarik.

Jadi, jika kamu sekarang bingung harus menulis apa, beralihlah sejenak. Pikirkanlah mengapa kamu harus menulis? Jika kamu menemukan alasan yang kuat, pertarungan batin seorang akhwat yang baru mulai berjilbab pun bisa engkau tuangkan menjadi novel panjang yang mengesankan. Kamu juga bisa mengangkat tema-tema yang sangat sederhana menjadi satu novel yang mempesona.

Cinta Itu Menggerakkan Jiwa

Pernah mendengar nama Sha’aban Yahya? Ia pernah jatuh cinta dengan seorang gadis Yogya. Karena alasan budaya, ia harus memendam kecewa karena keinginannya untuk menikah tidak dapat terlaksana. Kepedihan yang ia rasakan, gejolak jiwa yang bergemuruh karena cinta yang tak sampai, menggerakkan ia menggubah aransemen musik yang menyentuh. Alunan musiknya ini kemudian dikemas dalam album bertajuk Return to Yogya.

Saya hanya ingin menunjukkan satu hal: cinta yang kuat dapat menggerakkan jiwa untuk penuh semangat, yakin, optimis dan penuh harapan. Salah satu penyebab orang-orang Yahudi yang dididik di kibbutzim (semacam pesantren untuk orang Yahudi) memiliki ketajaman otak yang dahsyat, adalah kecintaan dan militansi mereka yang sangat kuat untuk mengabdikan apa yang mereka miliki kepada perjuangan zionisme.

Nah, agar tulisanmu senantiasa penuh kekuatan dan dirimu senantiasa penuh dengan inspirasi, kamu perlu belajar mencintai apa yang kamu tulis. Pada saat yang sama, kamu harus ingat bahwa itu semua hanya menjadi penting ketika di dalamnya terkandung keutamaan. Gampangnya begini, meskipun saya sehari-hari menulis tema pernikahan, tetapi saya tidak boleh menganggap inilah brand (merek) saya. Menulis hanyalah alat untuk mendatangkan kemanfaatan, kebaikan dan kemaslahatan. Melalui jalan ini, justru hati kita menjadi ringan. Kita tidak sibuk dengan atribut-atribut kepenulisan yang mengungkung, sehingga kita justru menjadi kreatif dan inovatif. Ketika kita lebih banyak merisaukan masalah yang sungguh-sungguh ada di hadapan kita, baik kita alami sendiri maupun dialami orang lain, kita justru sangat kaya. []

(Sumber : Bengkel Cerpen Annida)

"Pandangan yang baik terhadap semua aib adalah kebutaan.
Sebagaimana pandangan marah itu memperlihatkan keburukan-keburukan."


(Syair Arab)

All Rights Reserved © 2003, dedicated to godspot journalism, designed by bro_doni under Dreamweaver 4, Swish 2.0, and Photoshop 7.0
1