In The Name of Allah The Most Gracious The Most Merciful


MENDIDIK ANAK JURNALISTIK
SEJAK DINI

Oleh :Doni Riadi

Anak-anak dapat membaca sebuah kata ketika usia mereka satu tahun, sebuah kalimat ketika berusia dua tahun, dan sebuah buku dalam usia tiga tahun, dan mereka menyukainya.

Demikianlah kesimpulan riset Glenn Doman lewat bukunya Mengajar Bayi Anda Membaca sebagaimana dikutip oleh Hernowo dalam Mengikat Makna : Paradigma Membaca dan Menulis Secara Radikal (Kaifa, 2001). Keduanya, berusaha mengurai bahwa aktifitas membaca dan menulis bagi anak memberi kontribusi penting dalam perkembangan hidup anak selanjutnya.

Mendidik anak menjadi cerdas dan kreatif merupakan kewajiban setiap orang tua. Pelaksanaan kewajiban ini menjadi bukti bahwa orang tua mampu mengemban amanah dengan baik setelah Allah memberinya anak sebagai karunia. Itulah sebabnya, para orang tua termotivasi untuk memacu perkembangan kecerdasan anak-anak sejak mereka masih balita, bahkan ketika masih di dalam kandungan.

Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mengoptimalkan kemampuan jurnalistik anak sejak dini. Kemampuan jurnalistik ini meliputi aspek linguistik seperti membaca dan menulis beserta variansnya. Varians itu adalah semua aktifitas memasukkan (entry) data ke dalam saraf sensoris dan motorisnya melalui panca indera utama. Diantaranya seperti melihat gambar dan huruf-huruf, mendengar bunyi /suara, dongeng/cerita, mengeja/berbicara, menyusun sebuah puzzle berbentuk gambar tertentu, mencoret-coret kertas, atau menekan-nekan huruf pada keyboard komputer.

Setiap orang memang memiliki penguasaan linguistik, namun dengan taraf yang berbeda-beda. Anak yang yang dapat mengoptimalkan kecerdasan linguistiknya niscaya akan memiliki kemampuan jurnalistik yang meliputi menulis, membaca, berbicara dan berdebat. Intinya ia menjadi sosok yang komunikatif dan mengetahui banyak hal. Sebuah karakter yang dibutuhkan anak untuk dapat eksis di lingkungannya. Plus mengurangi rasa minder dan kurang percaya diri.

Aktifitas jurnalistik merangsang bekerjanya kinerja otak. Menulis demikian juga membaca membutuhkan keterpaduan kedua belahan otak kanan (emosional, acak, tidak teratur, intuitif, holistik) dan otak kiri (logika, logis, sekuensial, linear, rasional). Sehingga kecerdasan anak berkembang cepat dan nampak menonjol diantara anak-anak lainnya.

Gemar Membaca
Membaca dan menulis adalah aktifitas yang saling mendukung satu sama lainnya, seperti dua sisi keping mata uang logam. Untuk dapat menumbuhkan budaya gemar membaca sejak dini, diperlukan strategi khusus yang disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak. Dan dilakukan dalam suasana menyenangkan tanpa keterpaksaaan.

Anak dibawah satu tahun, sudah dapat melihat gambar, mendengar suara ibunya dan menunjuk obyek pada papan tempel. Bimbinglah bayi anda dengan menunjuk pada gambar sambil mengucapkan nama berbagai benda. Gambar berwarna biasanya lebih menyita perhatiannya daripada hitam putih. Dengan mengkonsentrasikan bayi pada benda dan mengasiosiasikan dengan kata-kata antara gambar dan benda yang nyata, maka si bayi akan belajar memahami bahasa. Aktifitas ini sangat menarik baginya, bahkan dapat menghentikan tangis bayi seketika.

Setelah memahami bahasa, orang tua dapat menambah perbendaharaan input bayi dengan bercerita/dongeng. Dalam bercerita, usahakan sehidup mungkin sehingga anak dapat merasa seolah-olah berada di dalam cerita tersebut. Atur nada suara dan bumbui dengan gerakan-gerakan tubuh yang berekspresi untuk membangun suasana yang hidup. Bahkan bayi pun dapat menikmati buku yang dibacakan, yaitu dari irama suara dan kehangatan tubuh pembaca yang memangkunya.

Jika anda seorang muslim, membiasakan diri bayi dengan bunyi dan bentuk huruf hijaiyah sejak dini dapat mempercepat daya tangkap bayi dalam membaca dan menghafal Al-quran kelak. Dalam bercerita, anda pun dapat memilih jenis cerita yang dapat memperkokoh keimanannya dan menyisihkan cerita yang berbau klenik atau sirik. Dalam hal ini, cerita para nabi dan sahabat Rasul biasanya menjadi pilihan para orang tua dan guru.

Berikutnya adalah menyiapkan infrastruktur baca, seperti berlangganan majalah, membuat perpustakaan atau rumah baca yang dapat dibangun secara kolaborasi oleh beberapa orang tua. Hal ini untuk memberi alternatif sumber bacaan yang disukai anak. Secara berkala anak-anak juga dapat diajak ke toko buku untuk memperluas wawasannya terhadap berbagai jenis buku.

Menghadiahkan buku kepada anak sebagai pengganti uang atau barang lainnya juga dapat menanamkan persepsi pada anak bahwa buku adalah sesuatu yang berharga. Orang tua yang memberi teladan gemar membaca akan lebih cepat membuat anak mencintai bacaan. Sebab pada dasarnya anak adalah duplikat orang tua dan seorang peniru ulung.

Gemar Menulis
Melatih anak gemar menulis adalah cara lain untuk menjadikan aktifitas membaca sebagai suatu kebutuhan,walaupun menulis sendiri memiliki tujuan yang lebih spesifik. Menulis, menurut Ali bin Abi Thalib ra adalah pengikat ilmu agar menjadi abadi. Menulis melatih anak untuk berekspresi dan mengungkapkan gagasannya secara teratur dan sistematis, juga menumbuhkan daya imajinasi kreatif.

Terkadang, karya tulisan anak-anak dapat menyentuh hati nurani orang dewasa. Buku Harian Zlata : Jeritan Seorang Anak Bosnia, karya Zlata Filipovic adalah salah satu contohnya. Curahan hati Zlata dalam bentuk buku harian itu bahkan berhasil menggugah simpati dunia terhadap derita Bosnia akibat kekejaman Serbia.

Untuk menumbuhkan budaya gemar menulis pada anak, baik fiksi maupun nonfiksi, orang tua harus mensinergikannya dengan kemajuan membaca sang anak. Guru atau orang tua dapat meminta pada anak untuk menceritakan kembali isi buku yang dibacanya atau menuliskan kembali isi cerita (resensi). Hal ini menumbuhkan motivasi tersendiri bagi sang anak karena berarti orang tua dan guru mengapresiasi aktifitas membaca dan menulisnya. Terlebih jika anda menyediakan sedikit waktu untuk mengulas hasil karya tulisannya.

Menghadiahkannya sebuah buku harian juga sangat berarti bagi anak. Kelak ia akan menjadikan buku harian itu sebagai teman sejati tempat mencurahkan segala isi hati. Tentunya jika anda terlebih dahulu menjelaskan padanya bagaimana caranya memperlakukan buku harian.

Untuk menilai kualitas tulisannya, anak dapat didorong untuk mengikuti lomba karya tulis atau dengan mengirimkannya ke berbagai media massa baik koran maupun majalah. Prestasi dan hadiah yang diraih sang anak dapat menjadi motivasi yang membuatnya tak henti menulis. Pajanglah piagam penghargaannya ditempat yang mudah dilihat, agar ia merasa dirinya memiliki kemampuan menulis. Namun, anda juga dituntut untuk terus mendampingi sang anak ketika tulisannya tak kunjung dimuat atau tak menjadi pemenang sebelum semangat menulisnya menjadi padam.

Ketika anak terlihat mulai gemar menulis, maka guru atau orang tua berkewajiban untuk melatih melahirkan tulisan yang berkualitas. Anak dapat menulis adalah hal yang menggembirakan, namun menulis sesuatu yang berkualitas adalah suatu hal yang lain. Disebut berkualitas, jika tulisan anak membawa kebaikan dan tidak bersifat murahan. Alhamdulillah, jika tulisannya dapat mendekatkan dirinya kepada Allah Sang Pencipta.

Yang menjadi kendala adalah, biasanya anak tak berkutik dengan godaan tontonan televisi. Sehingga waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membaca dan menulis menjadi tersita oleh kotak ajaib itu. Disinilah sekali lagi peran orang tua dalam melatih kedisplinan mengatur waktu menjadi keniscayaan.

Jika orang tua dan guru dapat konsisten mengarahkan kecerdasan jurnalistik anak, maka kelak ia akan menjadi pribadi yang unggul dalam kehidupan. Bukan karena ia harus menjadi seorang jurnalis, tetapi karena ia mampu eksis di profesi apapun dengan bonus pandai menulis dan kaya wawasan. []


 
 
  "lebih baik mencegah seorang sahabat dari kejatuhan daripada mengangkatnya bangkit setelah ia jatuh."

(noname)
 
 
 
     
         

All Rights Reserved © 2003, dedicated to godspot journalism, designed by bro_doni under Dreamweaver 4, Swish 2.0, and Photoshop 7.0
1