C M C Online |
|
Terpetik sebuah kisah, seorang pemburu berangkat
ke hutan dengan membawa busur dan tombak. Dalam hatinya dia berkhayal mau membawa
hasil buruan yang paling besar, yaitu seekor rusa. Cara berburunya pun tidak
pakai anjing pelacak atau jaring penyerat, tetapi menunggu di balik sebatang
pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan. Tidak lama ia
menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil
tepat di depan si pemburu. Dengan ayunan parang atau pukulan gangang tombaknya,
kelelawar itu pasti bisa diperolehnya. Tetapi si pemburu berpikir, "untuk
ada merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apakah artinya dia dibanding dengan
seekor rusa besar yang saya incar?"
Tidak lama berselang, seekor kancil lewat. Kancil itu sempat berhenti di depannya
bahkan menjilat-jilat ujung tombaknya tetapi ia berpikir, "Ah, hanya seekor
kancil, nanti malah tidak ada yang makan, sia-sia." Agak lama pemburu menunggu.
Tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki binatang mendekat, pemburupun mulai
siaga penuh,tetapi ternyata, ah... kijang. Ia pun membiarkannya berlalu. Lama
sudah ia menunggu, tetapi tidak ada rusa yang lewat, sehingga ia tertidur. Baru
setelah hari sudah sore, rusa yang ditunggu lewat. Rusa itu sempat berhenti
di depan pemburu, tetapi ia sedang tertidur. Ketika rusa itu hampir menginjaknya,
ia kaget. Spontan ia berteriak, "Rusa!!!" sehingga rusanya pun kaget
dan lari terbirit-birit sebelum sang pemburu menombaknya. Alhasil ia pulang
tanpa membawa apa-apa.
Banyak orang yang mempunyai idealisme terlalu besar untuk memperoleh sesuatu
yang diinginkannya. Ia berpikir yang tinggi-tinggi dan bicaranya pun terkadang
sulit dipakhami. Tawaran dan kesempatajn-kesempatan kecil dilewati begitu saja,
tanpa pernah berpikir bahwa mungkin di dalamnya ia memperoleh sesuatu yang berharga.
Tidak jarang orang -orang seperti itu menelan pil pahit karena akhirnya tidak
mendapatkan apa-apa. Demikian juga dengan seseorang yang bergumul dengan pasangan
hidup yang mengharapkan seorang gadis cantik atau perjaka tampan yang baik,
pintar dan sempurna lahir dan batin, harus puas dengan tidak menemukan siapa-siapa.
Berpikir sederhana, bukan berarti tanpa pertimbangan logika yang sehat. Kita
tentunya perlu mempunyai harapan dan idelaisme supaya tidak asal tabrak. Tetapi
hendaknya kita ingat bahwa seringkali Tuhan mengajar anak-Nya dengan perkara-perkara
kecil terlebih dahulu sebelum mempercayakan perkara besar dan lagipula tidak
ada sesuatu di dunia yang perfext yang memenuhi semua idealisme kita. Berpikirlah
sederhana.
(Martianus Zega)