Sejarah Hari jadi Lamongan
DENGAN RACHMAD ALLAH TUHAN
YANG MAHA ESA.
RAKYAT DAN PEMERINTAH DERAH
TINGKAT II LAMONGAN TELAH BERHASIL MENEMUKAN
HARI JADI LAMONGAN, YAITU PADA HARI KAMIS
PAHING TANGGAL 10 DZULHIJAH TAHUN 976 HIJRIYAH,
ATAU HARI KAMIS PAHING TANGGAL 26 MEI 1569
MASEHI.
BAHWA SESUNGGUHNYA HARI JADI
ATAU HARI KELAHIRAN LAMONGAN TERSEBUT DIAMBIL
DAN DITETAPKAN DARI HARI DAN TANGGAL DIWISUDANYA
ADIPATI LAMONGAN YANG PERTAMA, YAITU TUMENGGUNG
SURAJAYA.
Waktu mudanya bernama Hadi,
karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia
lalu disebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian
juga bernama mBah Lamong, yaitu sebutan yang
diberikan oleh rakyat daerah ini.
Karena Ranggahadi pandai
Ngemong Rakyat, pandai membina daerah dan
mahir menyebarkan ajaran agama Islam serta
dicintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal
kata mbah Lamong inilah kawasan ini lalu disebut
Lamongan.
Adapun yang mewisuda Tumenggung
Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama,
tidak lain adalah Kanjeng Sunan Giri IV yang
bergelar Sunan Prapen. Wisuda tersebut bertepatan
dengan hari pasamuan agung yang diselenggarakan
di Puri Kasunanan Giri di Gresik, yang dihadiri
oleh para pembesar yang sudah masuk agama
Islam dan para Sentana Agung Kasunanan Giri.
Pelaksanaan Pasamuan Agung tersebut bertepatan
dengan peringatan Hari Besar Islam yaitu Idhul
Adha tanggal 10 Dzulhijjah.
Berbeda dengan daerah-daerah
Kabupaten lain khususnya di Jawa Timur yang
kebanyakan mengambil sumber dari sesuatu prasasti,
atau dari suatu Candi dan dari peninggalan
sejarah yang lain, tetapi hari lahir lamongan
mengambil sumber dari buku wasiat. Silsilah
Kanjeng Sunan Giri yang ditulis tangan dalam
huruf Jawa Kuno/Lama yang disimpan oleh Juru
Kunci Makam Giri di Gresik. Almarhum Bapak
Muhammad Baddawi di dalam buku tersebut ditulis,
bahwa diwisudanya Tumenggung Surajaya menjadi
Adipati Lamongan dilakukan dalam pasamuan
agung di Tahun 976 H. Yang ditulis dalam buku
wasiat tersebut memang hanya tahunnya saja,
sedangkan tanggal, hari dan bulannya tidak
dituliskan.
Oleh karena itu, maka Panitia
Khusus Penggali Hari Jadi Lamongan mencari
pembuktian sebagai dasar yang kuat guna mencari
dan menetapkan tanggal, hari dan bulannya.
Setelah Panitia menelusuri buku sejarah, terutama
yang bersangkutan dengan Kasunanan Giri, serta
Sejarah para wali dan adat istiadat di waktu
itu, akhirnya Panitia menemukan bukti, bahwa
adat atau tradisi kuno yang berlaku di zaman
Kasunanan Giri dan Kerajaan Islam di Jawa
waktu itu, selalu melaksanakan pasamuan agung
yang utama dengan memanggil menghadap para
Adipati, Tumenggung serta para pembesar lainnya
yang sudah memeluk agama Islam. Pasamuan Agung
tersebut dilaksanakan bersamaan dengan Hari
Peringatan Islam tanggal 10 Dzulhijjah yang
disebut Garebeg Besar atau Idhul Adha.
Berdasarkan adat yang berlaku
pada saat itu, maka Panitia menetapkan wisuda
Tumenggung Surajaya menjadi Adipati Lamongan
yang pertama dilakukan dalam pasamuan agung
Garebeg Besar pada tanggal 10 Dzulhijjah Tahun
976 Hijriyah. Selanjutnya Panitia menelusuri
jalannya tarikh hijriyah dipadukan dengan
jalannya tarikh masehi, dengan berpedoman
tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriyah jatuh pada
tanggal 16 Juni 622 Masehi, akhirnya Panitia
Menemukan bahwa tanggal 10 Dzulhijjah 976
H., itu jatuh pada Hari Kamis Pahing tanggal
26 Mei 1569 M.
Dengan demikian jelas bahwa
perkembangan daerah Lamongan sampai akhirnya
menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhnya
berlangsung di jaman keislaman dengan Kasultanan
Pajang sebagai pusat pemerintahan. Tetapi
yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan
menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda
Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama
bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng
Sunan Giri IV. Hal itu disebabkan Kanjeng
Sunan Giri prihatin terhadap Kasultanan Pajang
yang selalu resah dan situasi pemerintahan
yang kurang mantap. Disamping itu Kanjeng
Sunan Giri juga merasa prihatin dengan adanya
ancaman dan ulah para pedagang asing dari
Eropa yaitu orang Portugis yang ingin menguasai
Nusantara khususnya Pulau Jawa.
Siapakah sebenarnya Tumenggung
Surajaya itu ? didepan sudah diungkapkan nama
kecil Tumenggung Surajaya adalah Hadi yang
berasal dari dusun Cancing yang sekarang termasuk
wilayah Desa Sendangrejo Kecamatan Ngimbang
Kabupaten Lamongan. Sejak masih muda Hadi
sudah nyuwito di Kasunanan Giri dan menjadi
seorang santri yang dikasihi oleh Kanjeng
Sunan Giri karena sifatnya yang baik, pemuda
yang trampil, cakap dan cepat menguasai ajaran
agama Islam serta seluk beluk pemerintahan.
Disebabkan pertimbangan itu akhirnya Sunan
Giri menunjuk Hadi untuk melaksanakan perintah
menyebarkan Agama Islam dan sekaligus mengatur
pemerintahan dan kehidupan Rakyat di Kawasan
yang terletak di sebelah barat Kasunanan Giri
yang bernama Kenduruan. Untuk melaksanakan
tugas berat tersebut Sunan Giri memberikan
Pangkat Rangga kepada Hadi.
Ringkasnya sejarah, Rangga
Hadi dengan segenap pengikutnya dengan naik
perahu melalui Kali Lamong, akhirnya dapat
menemukan tempat yang bernama Kenduruan itu.
Adapu kawasan yang disebut Kenduruan tersebut
sampai sekarang masih ada dan tetap bernama
Kenduruan, berstatus Kampung di Kelurahan
Sidokumpul wilayah Kecamatan Lamongan.
Di daerah baru tersebut ternyata
semua usaha dan rencana Rangga Hadi dapat
berjalan dengan mudah dan lancar, terutama
di dalam usaha menyebarkan Agama Islam,mengatur
pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pesantren
untuk menyebar Agama Islam peninggalan Rangga
Hadi sampai sekarang masih ada.