Pentingnja Systim Kontrol Bagi Organisasi

Isman
(Warta Sarbupri, no. 7, th. VII, achir Djuli 1956)

 

Telah banjak sekali diumumkan atau ditulis didalam madjalah� jang diterbitkan oleh SOBSI, seperti: "Bendera Buruh, Bulettin SOBSI, Warta Sarbupri, Berita Organisasi" dll, beberapa keputusan� dari sidang� kerja atau konferensi�, jang sudah mewujudkan suatu program, jang semestinja harus dilakukan sampai dibasis-basis (Ranting�), sehingga program itu merupakan suatu aktivitet sehari-hari bagi pengurus-pengurus Ranting, Seksi, Kelompok, Regu dan Anggota sampai kepada Massa jang luas.

Tetapi satu hal jang sangat kurang dikuasai oleh para aktivis� Sarbupri (pengalaman DPR Sarbupri Merbuh) jaitu disamping kerdja kolektif jang harus kita pertinggi, masih belum mejakini pentingnja systim kontrol dalam melaksanakan semua keputusan dari organisasi atas maupun setempat.

Pada hal kita menjedari, bahwa kaum buruh tidak membutuhkan program diatas kertas sadja, tidak hanja sadar, djustru kita bikin program untuk dilaksanakan, djadi terang program jang hanja hitam diatas putih memang tidak membikin kenjang perut kaum buruh.

Oleh sebab itu persoalan kita sekarang bagaimana tjara kita melaksanakan program?

-- Apakah tjukup dengan siarkan sadja?
-- Tjukup kita bitjarakan sadja?
-- Tjukup kita diskusikan kepada semua Seksi, Kelompok, Regu Anggota dan sampai kepada massa jang luas?

Ja, betul, tetapi ini belum tjukup, baru sebagian kita melaksanakan program, tetapi satu hal jang tidak boleh kita tinggalkan ialah: systim kontrol terhadap pelaksanaan program itu, karena dengan adanja kontrol kita tahu kesukaran�nja, kita akan tahu kesukaran� ini kalau ada kontrol.

Maka itu kami berpendapat, bahwa systim kontrol adalah satu-satunja metode jg. Betul, tidak hanja betul bahkan ini suatu keharusan bagi kader2 buruh atau kader2 jang revolusioner lainnja. Sebab tulisan diatas kertas tidak akan menguntungkan kaum buruh tanpa kita laksanakan dengan teliti, kepada semua pengurus, anggota dan sampai kepada massa jang luas.

Kita menjusun program sadja sukar, sukar karena membutuhkan:

-- pengalaman2 jang banjak dari basis�,
-- waktu jang lama/pandjang,
-- biaja� jang tidak sedikit, lebih� tenaga dan fikiran.

Djadi terang bahwa program kaum buruh adalah mahal harganja, terutama Sarbupri SOBSI.

Kalau tidak ini dapat dibuktikan, berapa biaja Konggres Sarbupri jang ke III? Berapa biaja Konggres Nasional SOBSI jang sekarang sudah berudjut suatu program itu? Tetapi bagi kita jakin, kalau kita sudah menjusun program bukan berarti pekerdjaan kita sudah selesai, ini baru sebagian pekerdjaan kita selesai.

Kalau diatas dikatakan kita menjusun program sudah sukar, tetapi melaksanakan apa jang mendjadi program itu adalah lebih sukar lagi, sukar sebab masih membutuhkan diskusi� bagaimana pemetjahannja sidang� jang kita persiapkan sebelumnja, untuk melaksanakan semua program atau keputusan itu. Diskusi� sadja djuga tidak berarti kita sudah melaksanakan program keseluruhannja, tanpa adanja kontrol bagaimana pelaksanaannja dibasis�, Ranting, Seksi, Kelompok, Regu, anggota dan sampai kepada massa jang luas. Karena hanja dengan metode kontrol inilah kita tahu akan kesukaran2nja dalam pelaksanaan program itu, karena kita tahu maka djuga berkuadjiban memetjahkan djalan keluarnja, djangan sampai kader2 kita berhenti ditengah-tengahnja kesukaran, kalau kita berhenti, ini sama dengan kita memotong kaki kita sendiri atau setidak-tidaknja kita membutuhkan mata jang sehat.

Dari sini teranglah bagaimana pentingnja rol atau metode kontrol terhadap pelaksanaan program. Oleh sebab itu kami terdorong oleh keadaan jang objektif ini ingin mengemukakan sekedar pengalaman praktek di DPR Sarbupri Merbuh, sekalipun hanja sepatah-duapatah kata kami anggap sangat penting.

Setelah kita memeras tenaga, fikiran dan tidak sedikit memakan biaja selama 3 hari 3 malam tidak tidur, jaitu mengikuti Konggres ke II Tjabang Sarbupri Kendal, pada bulan Februari jtl. Dan ditambah sidang kerdja DPD Sarbupri Djateng bulan April 1956 kedua-duanja ini menimbulkan beberapa pengalaman perdjuangan kaum buruh jang tidak kenal ampuh, tetapi satu kesimpulan jang sangat vital jalah mengkonsolidasi terutama menghidupkan Seksi, Kelompok, Regu terutama terdiri dari kader-kader Wanita guna melaksanakan semua kesimpulan dan memenangkan tuntutan kaum buruh.

DPR setelah mengadakan sidang DH, dengan dipersiapkan atjaranja, membentuk Kelompok� daerah dan Regu, dengan diadakan pembagian pekerdjaan diantara DH dan anggota� Pleno, dengan plan bulan Mei 1956 selesai. Plan ini dapat terpenuhi, artinja dapat selesai keseluruhan pembentukannja di wilajah DPR. Sarbupri Merbuh dengan djalan dipilih langsung dari para anggota. Selandjutnja seluruh Seksi, Kelompok dan Regu kita beri petundjuk kerdja atau program sesuai dengan keputusan dari Konggres2 maupun sidang� kerdja.

Tetapi satu hal jang sangat menghalang-halangi, ialah dimana Kader2 itu mendapatkan kesukaran mereka terus berhenti, semua kuwadjikan atau program tidak berdjalan, achirnja pasif karena merasa djika tidak memenuhi atas sumpah/kesanggupan mereka pada waktu dipilih. Djadi boleh dikata semua keputusan2 itu berhenti disini sadja.

Selandjutnja oleh karena kita tahu bahwa pekerdjaan itu baru sebagian, dan jang terpenting ialah kontrol, bagaimana tiap-tiap Kader itu melaksanakan program jg. Sudah mereka kuasai itu? Apakah ada kesukaran-kesukarannja? Ini tentu ada kesukaran�, djustru kita kerdja, semua ini kita kontrol dam mereka melaporkan semua kesukarannja. Disinilah letak djiwa kehidupan organisasi kita. Dengan adanja metode kontrol DH dapat membantu apa jang mendjadi kesukaran, sampai memetjahkan djalan keluarnja.

Bentuk kontrol ini ketjuali membantu langsung kepada semua Kader, djuga memberi antusiasme bagi mereka, tetapi lain kalau mereka tidak dapat mengatasi kesukaran itu timbul spontan kepasifan, kepanikan dsb. Dsb.

Kalau sudah demikian, semua program berhenti, karena hanja soal tidak dikontrol sadja. Maka itu kalau kita bitjara setjara kedjam ini adalah pemberian makanan jang paling empuk (lunak) bagi para modal2 asing Belanda.

Djadi mati dan hidupnja Seksi, Kelompok dan Regu teergantung dengan systim kontrol, tanpa kontrol program mesti tidak djalan, sekalipun semua aparat2nja (pengurus) sudah bekerdja siang malam sampai setelah mati.

Tetapi tidak berarti kalau kita mengemukakan metode kontrol ini lalu kita meninggalkan kerdja kolektif dan kritik-oto-kritik samasekali tidak, djustru kontrol adalah perumusan dari kerdja kolektif dan kritik-oto-kritik.

Oleh sebab itu, marilah kembangkan metode kontrol, kolektif kerdja dan kritik-oto-kritik, untuk kebebasan kaum buruh, Rakjat, untuk Kemerdekaan, Demokrasi dan Perdamaian.

Hosted by www.Geocities.ws

1