Memelihara Pekerdjaan Kolektip

Warsosukarto
(Warta Sarbupri, no. 1, th. VII, achir Djanuari 1956)

 

Bekerja dengan kolektip adalah sumber dari kebenaran dari segala aktivitet organisasi. Kemungkinan salah dalam pekerdjaan kolektip sangat ketjil. Bekerrdja setjara kolektip selalu didengung-dengungkan. Kemana kita pergi tak pernah kita tidak mendengar perkataan kolektip. Didalam rapat� pleno, badan pimpinan dan sebagainja mempertinggi pekerdjaan kolektip selalu mendjadi program.

Tetapi dalam praktek pekerdjaan kolektip ditjabang atau diranting masih sangat kurang dilakukan secara baik. Demikian pula selama penindjauan saja ke Tjabang Djember salah satu kekurangan jang menondjol ialah tentang pekerdjaan kolektip.

Oleh karena itu disini saja berusaha memberi bahan-bahan untuk memelihara pekerdjaan kolektip. Sidang-sidang sadja belum berarti kolektip. Ada lagi jang menganggap sudah kolektip kalau keputusan� sudah setjara formeel ditetapkan dalam sidang dan ia akan bangga, bahwa dia telah dapat memelihara pekerdjaan koolektip. Bahwa sidang, discussi priodiek adalah usaha menudju kearah tertjapainja pekerdjaan kolektip adalah benar. Tetapi hal ini belum dapat dipakai sebagai ukuran dari pekerdjaan kolektip.

Kolektip didalam arti jang sesungguhnja mempunjai beberapa tjiri chusus jaitu:

-- kesatuan perasaan dan fikiran ialah: perasaan dan fikiran buruh.

-- persaudaraan sedjati.

-- pertanggungan djawab bersama.

-- pembagian pekerdjaan jang rapi.

Kesatuan fikiran dan perasaan:

Setiap anggota pimpinan mempunjai dasar-dasar fikiran jang sama jaitu: pokok fikiran buruh jang sudah diformulasi dalam garis perdjuangan kita. Ini tidak berarti, bahwa tidak boleh ada perdebatan dalam sidang. Malahan boleh sengit perdebatan, tetapi dalam satu garis jaitu: berpegangan kepada peraturan dasar. Semua pandangan anggota pimpinan mempunyai hakekat jang sama. Kesatuan perasaan artinja: tjinta pada organisasi dan kepentingan buruh. Tak ada rasa sentimentil. Semua mendasarkan pada perasaan objektif jaitu: perasaan jang sedang berlaku dikalangan kaum buruh.

Ini semua tidak timbul sendiri, tetapi melalui latihan jaitu: memperbanjak membatja teori dan bekerdja keras dikalalangan massa.

Persaudaraan sedjati:

Solidaritet satu sama lain amat besar dan instingtip artinja: benar� merasa rugi kalau seorang temannja berhalangan. Semua berusaha saling membikin baik. Bukan dengan djalan bermuka manis�an dan pura2 setiakawan, tetapi keluar dari perasaan jang djudjur dan hati jang tulus ichlas. Perasaan tjinta dan saling memelihara tidak merupakan sesuatu jang formeel, tetapi sesuatu jang disertai tanggung-djawab. Ini semua akan terlaksana melalui kritik dan otokritik jang pedas, tetapi zakelijk. Kritik jang tidak ditjari-tjari sebagai alat balas-dendam, tetapi sewadjarnja.

Pertanggungan djawab bersama:

Setiap anggota badan pimpinan merasa mempunyai aandeel dalam aktivitet organisasi. Tak seorangpun merasa tidak ikut memutuskan. Dalam discussi tidak ada perasaan takut, terpaksa dan minderwaardig. Semua menerima sepenuh hati. Sedikitpun tidak ada perasaan tidak puas jang tidak dikeluarkan. Ini hanja ditjapai melalui discussi jang kritis.

Kritis artinja sesuai dengan pengalaman objektip. Ada kalanja seorang ngengkel dalam discussi. Tetapi bukan mentjari kebenaran massa. Dia hanja mendjaga prestige. Seolah-olah merasa hina kalau menerima pendapat orang lain. Dalam keadaan demikian perdebatan mendjadi sengit, tetapi tidak boleh dinamakan kritis. Mendiscussikan setjara kritis artinja mentjotjokan sesuatu pendapat dengan teori dan praktek.

Pembagian pekerdjaan jang rapi.

Dalam hal ini tidak seorang sadja jang mengerdjakan, tetapi semua alat organisasi bergerak menurut tugasnja masing-masing berpegangan pada kesimpulan jang dibuat bersama. Rol jang pokok dalam hal ini ialah koordinator badan pimpinan jang lazimnja disebut: secretariat. Secretariat dengan penuh kepertjajaan, tetapi mengontrol, membiarkan bagian-bagian bekerdja dan mengeluarkan inisiatip. Ada kalanja secretariat kurang mempertjajai bagian� lain. Segala sesuatu dioper sendiri. Kerugian dalam hal ini banjak. Selain mematikan inisiatip bagian, djuga berakibat pekerdjaan tidak sempurna. Achirnja ngomel sana-sini dan seluruh pekerdjaan terlantar. Secretariat jang sematjam ini akan tidak bisa mentjiptakan kader dan mengembangkan bakat seseorang.

Kesimpulannja: Peekerdjaan kolektip mengandung empat unsur: meninggikan teori dan memperbanjak praktek dimassa, kritik dan oto-kritik jang pedas, tetapi zakelijk, melakukan discussi setjara kritis dan saling pertjaja mempertjajai.

Dari sini akan tertjipta satu kekuatan, kepertjajaan pada daja kreatip massa, kegembiraan kerdja, teori dan praktek jang berkembang, perspektip jang benar, solidaritet jang ichlas, kesederhanaan dalam segala perbuatan, ketjintaan jang besar terhadap rakjat, semangat jang ber-kobar� dll. Pokok ldari pekerdjaan kolektip jang benar akan tertjipta satu kekuatan raksasa jang dapat mengatasi segala kesulitan. Dari sini pulalah lahir kader� jang militant dan terpertjaja dan dari sini pulalah tumbuh pemimpin� sedjati.

Pekerdjaan kolektip akan membuka semua selubung ketidak djudjuran dan keberanian untuk berbitjara terus-terang. Dengan pekerdjaan kolektip tidak ada seorang jang merasa tidak bebas mengemukakan sesuatu. Dari pekerdjaan kolektip ini akan disapu bersih semua penjakit2 intrig, faksi, ambisi, komandoisme, minderwaardig, empirisis, formalitet dsb.

Oleh karena itu peliharalah sebaik-baiknja pekerdjaan kolektip didalam organisasi.

Hosted by www.Geocities.ws

1