Arti 1 Mei Bagi Perjuangan Rakjat Indonesia Menggulingkan Kolonialisme

Warsosukarto
(Warta Sarbupri, no. 4. Th. Ke VII, Achir April 1956)

 

HARI 1 Mei adalah hari kemenangan klas terhisap atas klas penghisap. Dikatakan demikian karena pada tahun 1886, kaum buruh sebagai klas jang dihisap oleh kaum kapitalis telah dapat menang diatas madjikan setelah melalui perdjuangan jang sengit dlan bertahun-tahun.

Jang penting disini bukan tertjapainja 8 djam kerdja, tetapi perdjuangannja jang revolusioner. Kemenangan ditjapai setelah kaum buruh bersatu melakukan perdjuangan jang sengit dan berkali-kali.

Kemenangan jang ditjapai sebagai hasil persatuan ini patut diperingati setiap tahun. Demikianlah dilakukan setiap tahun oleh kaum buruh beserta klas� jang lain jang tertindas diseluruh dunia.

Kami memandang 1 Mei ini tidak dalarn arti chusus kaum buruh, sebab dalam keadaan sekarang klas jang terhisap bukan sadja klas buruh, tetapi djuga klas-klas lainnja. Perkembangan kapitalisme mendjadi modal monopoli internasional, memaksa bangsa-bangsa terbelakang mendjadikan budaknja. Negeri-negeri dimana kapitalisme belum tumbuh atau terbelakang oleh modal monopoli ini didjadikan daerah pengedukan keuntungan sebesar-besarnja dengan djalan: mendjadikan negeri-negeri ini sumber bahan mentah dan tenaga murah, pasar pendjualan barang� hasil industrinja jang tidak mungkin bisa beruntung besar didjual di dalam negerinja sendiri. Untuk mempertahankan kedudukan dan monopolinja dinegeri-negeri djadjahannja dibentuk pemerintahan lengkap dengan tentara koloniaalnja. Penghisapan sewenang-wenang dilakukan hanja untuk mengedjar keuntungan jang berlebih-lebihan.

Kerakusannja membawa kemelaratan penduduk negeri djadjahan jang tidak ada bandingannja. Perlakuan kedjam seperti : penarikan padjak setinggi langit diluar batas kemampuan penduduk, kerdja-paksa, pembunuhan dan lain� adalah sesuatu jang dianggap biasa. Kaum tani ta' bertanah, kaum penganggur jang bergelandangan makin besar djumlahnja. Ini semua malahan menambah makmurnja kaum modal monopoli, karena dengan makin banjaknja penganggur berarti makin murahnja harga tenaga dan makin besarnja keuntungan jang diperoleh.

Demikian pula Indonesia tidak luput dari nasib seperti diatas. Tidak usah dipandjang lebarkan semua telah mengalami betapa rusaknja penghidupan bangsa Indonesia. Dia tidak sadja melarat hidupnja, tetapi banjak jang mati kelaparan.

Kesengsaraan mendjadi-djadi, penderitaan bertambah besar. Keadaan sematjam ini tidak hanja dialami oleh segolongan masjarakat Indonesia, tetapi djuga oleh sebagian besar. Sebagian besar saja katakan, karena tentunja ada sebagian ketjil golongan feodal dan bordjuis ataupun intelek pegundal jang sampai hati untuk membantu kolonial Belanda memeras bangsa Indonesia. Golongan ini, jang diantara berdjuta-djuta rakjat hidup dengan keadaan melarat, hidup mewah jang didapat dari hasil mendjual bangsa.

Perdjuangan kaum buruh pada abad ke XVIII untuk penurunan djam kerdja pada hakekatnja adalah perdjuangan untuk perbaikan tingkat hidup, kegembiraan dan kemakmuran. Perdjuangan sematjam ini tidak sadja dilakukan oleh kaum buruh melawan kapitalis, tetapi oleh bangsa� terdjadjah melawan pendjadjahan. Perdjuangan nasional untuk melepaskan diri dari belenggu pendjadjahan adalah perdjuangan untuk tertjapainja kemerdekaan jang penuh, hak� demokrasi dan perdamaian. Sjarat� ini akan mendjamin perbaikan tingkat hidup rakjat, hapusnja penghisapan oleh manusia atas manusia lain dsb.

Oleh rakjat Indonesia perdjuangan sematjam ini telah dilakukan bertahun-tahun lamanja. Puntjak dari perdjuangan adalah meletusnja revolusi 1945. Meletus sebagai letusan gunung berapi jang tidak dapat menahan tekanan hawa panas dari dalam. Letusannja mensirat kekiri dan kekanan, tidak teratur dan kurang pengertian. Akibatnja penjelundup� agen Belanda dapat mengadu domba patriot-patriot kita Didahului oleh adanja tindakan propokasi Madiun, maka kolonial Belanda berhasil menembus segala pertahanan rakjat jang waktu itu sedang didalam keadaan lemah. Lemah akibat perang saudara.

Achirnja Belanda dapat menguasai Indonesia dengan adanja persetudjuan K.M.B. Dia menquasai semua sumber kekajaan negara seperti : minjak, timah, gula, karet dll. Indonesia berdaulat, tetapi tidak berkuasa. Dalam praktek pemerintah hanja mendjadi pelindung pengedukan keuntungan jang lebih besar dari djaman sebelum perang. Kemelaratan tidak berkurang, tetapi makin bertambah. Bukan hanja makan kurang, pakaian tidak lengkap jang diderita, tetapi terlebih-lebih adanja gangguan keamanan akibat teror D.I.-T.I.I.

Sama halnja dengan golongan lainnja maka kaum buruh perkebunan menderita kesengsaraan jang tiada taranja. Hidupnja ibarat kerakap diatas batu, hidup tidak, mati enggan. Upah rendah, kesehatan terganggu. rumah djeleg, kematian, buta huruf dll. mendjadi kekajaan utama dari kaum buruh perkebunan.

Sebaliknja modal monopoli hidup mewah, berumah lengkap, kendaraan mengkilat, makan berlebih-lebihan. Itu semua didapat dari penghisapan luar biasa terhadap kaum buruh perkebunan.

Tidak mengherankan bahwa perdjuangan kaum buruh perkebunan sebagaimana golongan lain untuk tertjapainja kemerdekaan penuh melalui hapusnja KMB tidak kundjung padam. Semangat membatalkan KMB bergelora sedjak tahun 1950 dengan tidak memperdulikan apakah hal itu mengakibatkan masuk pendjara atau tidak.

Sekarang hasil perdjuangan jang sengit, lama dan tidak kenal istirahat mulai nampak mendjadi kenjataan. Persetudjuan KMB hapus. Tinggal pelaksanaannja. Tidak ada seorang koloniaal suka digulingkan begitu sadja tanpa perlawanan. Segala djalan akan ditempuh oleh Belanda. Sabotase, perusakan, propokasi dll. akan dan pasti dilakukan melalui agen�nja jang duduk dalam pemerintahan maupun diluar pemerintahan.

Usaha membekukan - dan membelokkan pelaksanaan pembatalan KMB akan didjalankan sehebat mungkin. Perlawanan mereka tidak akan kalah dengan pada tahun 1945. Dia akan mensudut kian kemari, melakukan perpetjahan, menimbulkan salah pengertian dan melemparkan tuduhan seberat mungkin terutama kepada golongan jang paling dia bentji seperti : golongan Komunis. Bermatjam-matjam tipu daja akan dilakukan guna membudjuk rakjat membantu usahanja.

Oleh karena itu sangat tepat apabila tugas kita sekarang jang paling utama ialah menggalang front persatuan anti koloniaal. Semangat persatuan sebagai telah ditjontohkan kaum buruh dalam perdjuangan menurunkan djam kerdja harus kita miliki. Semangat persatuan jang telah bertahun-tahun ditempa harus kita pupuk sebaik-baiknja. Lambang dari ini semua adalah 1 Mei. Adalah tepat kalau 1 Mei 1956 ini kita peringati setjara istimewa. Saja namakan istimewa karena 1 Mei 1956 ini tidak hanja dirajakan oleh kaum buruh, tetapi oleh seluruh rakjat dengan semangat persatuan -- 1 Mei bukan milik kaum buruh -- 1 Mei milik seluruh rakjat tertindas termasuk bangsa Indonesia. Sudah sewadjarnja kita hilangkan perasaan egoisme/menjendiri dan memiliki perajaan 1 Mei sendiri, tetapi kita rajakan dalam semangat persatuan bersama-sama golongan lain. Kita djadikan 1 Mei milik nasional, perajaan nasional. Kita buang semua tindakan jang berakibat memetjah front nasional anti kolonialisme dan lebih kita perhatikan sjarat-sjarat persatuan.

Rajakan 1 Mei dengan semangat persatuan. Tanamkan arti 1 Mei bagi perdjuangan bangsa Indonesia kepada masjarakat.

Hidup persatuan nasional anti kolonialisme!

Hosted by www.Geocities.ws

1