Pertimbangan Fascisme Dan Democrasi

R. Soebianto
(Soeloeh Tentera, no. 1, Th. 1. Djanoeari 1947)

 

Dipandang sepintas laloe memang faham fascisme itoe kelihatan sangat tepat oentoek melaksanakan semangat perdjoeangan jang koeat dan kekal, tetapi kalau ditinjau dalam�, maka akan ternjata bahwa sistim itoe hanja mengenai koelit, tidak mengenai hati, tidak berdasar pada hati, tapi pada perintah keras, padahal semangat jang sebaik-baiknja itoe adalah soal hati boekan soal diloearnja.

Pintschovius dalam boekoenja "Die seelische Widerstandskraft in modernen Kriege" berpendapat sangat berlainan dengan Himler, karena Pintschovius berfikiran demokratis.

Pintschovius menghendaki "keinsjafan djiwa" dan menoelis demikian: "Kalau kita menghendaki djiwa jang tahan menderita, maka kita haroes meraba lebih dalam hingga dapat mengenai rasa kebebsaran dan penghargaan diri sendiri pemoeda-pemoeda kita. Tidak ada satoe sjarat oentoek mempertahankan semangat perdjoeangan dari sesoeatoe bangsa jang baiknja melebihi dari rasa kebebasan perseorangan dan kewadjiban, rasa kehormatan dari orang laki-laki sedjati dan tabiat-tabiat jang timboel dari rasa itoe. Orang jang dalam dadanja memelihara api kemerdekaan dan perdjoeangan, perasaan keadilan dan pertimbangan jang merdeka -- orang jang demikian itoe sadjalah jang akan dapat menempatkan kehormatan negara diatas kehormatan diri sendiri."

Teranglah disini, bahwa Pintschovius tidak berfikir setjara fascis, tetapi setjara demokrat. Seteroesnja Pintschovius menoelis: "Dalam pertempoeran jang kedjam (dalam peperangan modern) maka telah tak moengkin lagi oentoek mendjamin adanja perasaan ta'at pada kewadjiban dengan djalan paksaan. Pada moelanja perasaan ta'at dapat diselenggarakan dengan djalan mengantjam dengan pengadilan segera, tetapi kalau orang-orang telah kehilangan akalnja oleh karena hak-hak jang njata, maka antjaman itoe tak berdaja poela. Orang� jang remoek bathinnja oleh karena kehebatan sendjata modern, tak moengkin takoet oentoek dihoekoem. Jang dapat menolong dari toembangnja moreel, jalah hanja soeara dari djiwa jang sehat, jang berani mengatakan "tidak" pada propaganda moesoeh ... Orang dapat dibawa dengan paksa keroemah penjembelehan, tapi hal demikian tak moengkin dapat didjalankan dimedan pertempoeran. Terhadap pertempoeran modern, maka jang dapat tahan oedji, hanja orang jang dengan berdasar pada kekoeatan bathin sendiri, berani mendjalankan pertentangan."

Pendapat Pintschovius soenggoeh berlainan dengan pendirian Himler jang hanja berteriak "disiplin keras dan terreur". Pintschovius djoega menghendaki disiplin jang sebaik-baiknja, tapi disiplin ini djoega haroes berdasar pada keinsjafan bathin sendiri, dan tidak hanja pada perintah dan keinginan oentoek toendoek dan menoeroet sebagai kambing.

(dalam boekoenja: WEHRMATCHTSPSYCHOLOGIE)

Hosted by www.Geocities.ws

1