Kesenian dan Perdjuangan Kita

MYN. Sapto
(Warta Sarbupri, no. 3. Th. Ke VII, Achir Maret 1956)

 

Setengah orang berpendapat, bahwa soal kesenian itu hanja merupakan soal iseng (sambilan) belaka dalam rangka kehidupan perdjuangan organisasi kita. Di antara banjak kawan perhatiannja selalu ditumpahkan kepada soal-soal organisasi sadja dengan tidak menghiraukan aktiviteit kita dalam soal-soal kesenian. Tidak hanja demikian, tetapi tjemoohpun tidak kurang!

Bagi kawan-kawan jang membisu dalam soal kesenian, suasana selalu diliputi oleh sedemikian rupa. Kita harus bekerdja, pekerdjaan masih banjak. Kesenian itu 'kan hiburan! Nah kalau mendapati sementara kawan jang memetik gitar, memukul gamelan, berlagu, dsb., dengan setjara spontan kritik datang bertubi-tubi, bagaikan senapan mesin jang memuntahkan peluru kesarang lawan. Bung tak tahu kerdja .............., bung tak mengindahkan kesibukan........................ Sehingga kawan jang ditegor dan dikritik setjara spontan dan dangkal tadi, mendjadi melongo keheranan.

Memang, kedjadian sematjam itu adalah tidak mengherankan, selama kita masih membisu pada soal tjabang kebudajaan jang penting. Lupa, bahwa perdjuangan kita ini masih djauh sulit dan berat, tapi djuga besar dan indah. Kita berdjuang untuk mentjapai kemenangan. Tentu sadja kita tidak menghendaki keterbelakangan atau kemandekan sekalipun! Tetapi dalam perdjuangan kita ini, sekali-kali tentu terbentur kepada kekalahan. Tidak hanja demikian, djusteru sampai kepada kelesuan dan achirnja tenggelam dalam laut keputusasaan jang akan membekukan aktiviteit kita. Selandjutnja apa jang akan kita peroleh dari kebekuan� tadi, sedikit banjaknja tentu akan merugikan organisasi kita.

Oleh karena itu mendjadi masalah bagaimana kita harus mengembangkannja? Pahlawan� seni mempunjai rol jang penting dan ikut menentukan dalam kehidupan perdjuangan kita. Apakah dan dimanakah rol kesenian dalam perdjuangan kita? Memang djika hanja dilhat setjara dangkal, tidaklah nampak sedikitpun. Tetapi djika ditindjau setjara mendalam, kita akan tahu bahwa dia tidak dapat kita pandang remeh, sambilan atau soal-soal hiburan semata. Pendapat ini akibatnja bukan hanja mengangap bahwa kesenian djadi soal sambilan, tapi sekaligus akan menempatkan kesenian diluar perdjuangan kita. Djelas sekali bahwa pendapat ini adalah pendapat jang tidak benar, jang harus segera kita berantas. Usaha kearah ini, mulai sekarang harus kita intensifkan. Sebab dikalangan kita sampai pada saat ini, masih banjak sikap-sikap pendangkalan sematjam tsb.

Bagaimana keadaan kaum buruh perkebunan dewasa ini? Kesenian kaum buruh perkebunan dewasa ini njata sekali berada dalam tingkat kearah kemadjuan. Mengapa tidak? Disana sini nampak adanja organisasi-organisasi kesenian. Perkumpulan� jg. baik ini, sebagian dipimpin langsung oleh organisasi, dimana pelaku�nja (anggota) kesenian itu tergabung dalam salah satu SB dilapangan kerdjanja. Sedangkan didaerah-daerah lain, mereka itu sendiri jang membentuk organisasi kesenian dan organisasi kesenian itulah jang memimpin langsung didalam SB. Djadi bukan SBnja. Kesenian jang ada dikalangan kaum buruh perkebunan, ada beberapa matjam, antaranja: ketoprak, wajangorang, ludruk, pentjak, ketjapi, sandiwara musik, tari�an buruh jang modern, djuga regu� penjanji koor dan masih banjak lagi. Malah disamping itu sudah nampak adanja pertumbuhan seni sastera dan lukis, misalnja sadja di Air Molek dan Kajuaro. Suatu hal jang harus diakui, bahwa soal kesenian dilapangan kaum buruh perkebunan menundjukkan haridepan jang baik.

Beberapa kemadjuan jang kita lihat, ialah adanja tjerita-tjerita sandiwara jang sudah baik. Misalnja: Tinah (diambil dari WS), Pemilihan Umum, Sabot jang gagal (dari HR), Pengusiran, dsb. Djuga ketoprak-ketoprak dengan tjeritanja : Untung Suropati, Diponegoro, Perang Banten, dsb. Tentu sadja beberapa pelaku-pelakunja ada jang belum sempurna dalam melakukan rolnja. Disamping beberapa kemadjuan kita djuga mellhat kebekuan�. Misalnja kumpulan kesenian itu tidak berkembang, tapi malah mati. Walaupun tidak, tapi dia belum merupakan kesenian jang madju, dan mendorong perdjuangan kita. Tetapi baru merupakan sikap pengabadian daripada keagungan kesenian kita jang lama. Demikianlah pada umumnja kesenian kita jang berkembang dikalangan kaum buruh perkebunan pada saat ini. Terkadang malah hanja merupakan kesenian hiburan semata-mata. Kesenian� kita jang lama, kesenian jang diwariskan oleh nenek mojang kita, sebagian besar sudah tidak sesuai lagi dengan kemadjuan sedjarah. Tetapi walaupun demikian, sikap kita terhadap pewarisan tsb. ialah menerima dengan kritis, kita akan menerima jang baru dan mengembangkannja.

Adalah pikiran jang benar, bahwa tanpa merobah tingkat hidup kaum buruh itu sendiri, kita akan selalu terbentur dan tidak akan lantjar mengembangkan kesenian kaum buruh. Tetapi bukanlah berarti bahwa kita pasief dan perkembangan kesenian itu menggantung dan menunggu semata-mata pada datangnja perobahan tingkat hidup kaum buruh. Djustru kesenian itu sendiri akan membantu untuk memenangkan perdjuangan kita dan dari padanjalah kita mendapatkan suatu pentjerminan keadaan jang objektief, daripadanja kita gali bahan-bahan sebagai kenjataan daripada keadaan sosial jang sedang berlaku, jang mentjekik kaum buruh. Ini sekaligus akan membukakan mata kaum buruh kearah kesedaran dan keuletan berdjuang membebaskan dirinja dari penindasan. Hal ini djuga akan berarti usaha pendekatan kepada organisasi sarekat buruh.

Bitjara tentang kesenian kaum buruh, adalah berarti membitjarakan hampir dari sebagian besar kesenian rakjat Indonesia. Karenanja adalah penting. Djika hal ini kita hubungkan kembali keatas, berarti kita dlihadapkan pada tugas-tugas jg. berat jang tidak kalah berat serta pentingnja dengan tugas-tugas jang lain.

Selandjutnja apa tugas kita jang pertama pada saat ini mengenai kesenian?

Djika kita menindjau susunan ditiap tingkatan organisasi kita, njatalah bahwa pada umumnja tugas dilapangan kebudajaan dipertanggung djawabkan oleh salah seorang kawan jang chusus. Dengan demikian dan djuga dengan adanja pendiskusian jang chusus mengenai soal-soal kesenian setjara luas dan mendalam, adalah memberikan kemungkinan jang besar sekali, bahwa kesenian dikalangan kaum buruh akan terus berkembang.

Pemeliharaan sebaiknja teratur. Untuk itu harus dibentuk suatu organisasi kesenian dan djangan sekretaris kebora itu sendiri memimpin langsung didalamnja. Terketjuali djika keadaan setempat memaksa, dengan menunggu perkembangan selandjutnja. Agar pertumbuhannja tidak timbul tenggelam seperti kehanjutan jang tak tentu arah.

Disamping kita memelihara jang sedang berkembang, kita harus membangun atau memberikan suatu kemungkinan kearah tumbuhnja kembali jang sudah beku dan jang belum tumbuh, membantu kearah lebih besar daja kreatif.

Tukar menukar kesenian djuga perlu. Artinja memindahkan hasil kemadjuan mentjipta dari satu daerah kedaerah jang lain. Pemindahan ini perlu, untuk mendorong dan membantu daerah-daerah lain jang belum madju. Tetapi djangan lupa, bahwa jang penting adalah bagaimana daerah-daerah itu sendiri dapat mentjipta. Mengenai pemindahan, tentu sadja dilakukan dengan tjara memuatkan hasil-hasil tjiptaan dimadjalah WS kita. Misalnja tidak hanja sadjak�, tjerita� pendek, skets�, Sandiwara, lagu-lagu baru -- jang pernah diusahakan oleh DPP dimuat dalam WS -- djika babakan Sandiwara menelan banjak halaman dan belum mungkin WS kita memuatnja -- tentu sadja tidak akan mendjadikah WS kita madjalah kesenian--, bisa diperbanjak jang kemudian disebar. Dengan demikian akan lebih pesat perkembangan kesenian dikalangan kaum buruh perkebunan. Kesenianpun harus merata dan meluas dikalangan kaum buruh perkebunan, dengan tidak adanja kesenian jang meluas dan merata, mustahil kesenian akan dapat mentjapai mutu jang tinggi. Sebab kesenian jang sudah meluas dan merata, akan timbul suatu konfrontasi kearah penilaian jang lebih baik, dan ini adalah merupakan suatu kontrol dan perbaikan.

Karenanja dalam soal ini, perlu diadakan sajembara tentang kesenian. Misalnja karang mengarang tentang beberapa hal diatas tadi, jang isinja mentjerminkan suatu tjita-tjita dan perdjuangan kaum buruh/rakjat, atau kenjataan2 jang terdjadi pada dan disekitar kaum buruh, dan jang bersifat mendidik. Hal ini djuga akan mendorong kearah lebih besar daja kreatif.

Pengalaman menundjukkan bahwa rentjana� kita tentang rapat-rapat, kursus-kursus, sering mengalami kegagalan dikarenakan adanja soal-soal jang tidak berarti. Misalnja film2 jang oleh madjikan didatangkan kekebun-kebun seminggu atau setengah bulan sekali, jang dalam pada itu waktunja terkadang bersamaan dengan waktu-waktu jang telah kita tentukan untuk rapat. Kaum buruh dengan begitu sadja lantas meninggalkan rapat dan terus menonton film tadi. Ja, hal ini mudah dimengerti, bahwa pertama-tama karena mereka haus akan hiburan dan letaknja djauh dari kota2 hingga terasing dari keramaian. Terutama sekali film memang mempunjai pengaruh besar dikalangan masjarakat umum, terlebih diperkebunan.

Tetapi disamping kerugian kita karena mereka tak datang kekursus atau rapat, kita akan mengalami kerugian jang lebih besar lagi. Sebab pada umumnia film� jg. berisikan tjerita pitjisan jang tidak mempunjai arti pendidikan sama sekali, bahkan merusak. 0leh karena itu, sesuai dengan tingkat keadaan dan kesedaran kaum bu ruh itu sendiri, mereka tidak mampu memerangi pengaruh kedjahatan jang bertandang dibalik lajar putih itu. Menjerah!

Satu hal lagi, bahwa dibeberapa daerah perkebunan, masih terdapat banjak kesenian-kesenian jang bersifat merusak. Kesenian-kesenian tadi ialah tari muda-mudi jang kebarat-baratan, malah hampir� dapat dikatakan bukan bukan lagi tari muda-mudi, gepok sengol anggota badan, sampai mentjium dsb. Tajuban sampai kepada merusak tandaknja dan mentjium karena mabuk minum wisky.

Djadi kegiatan kita dilapangan kesenian seharusnja mengimbangi dan melawan kepalsuan, ketjabulan dan kedjahatan tadi. Kita memberantas film� dan pertundjukan-pertundjukan lainnja jang djahat, tetapi dengan tidak mengadakan kegiatan� pada kita sendiri dilapangan kesenian, adalah tidak mungkin!

Kesenian kita harus mendjadi pendorong dan sumber jang senantiasa mengalirkan kesegaran djiwa, keindahan hidup, dan api perdjuangan jang tak kundjung padam. Harus selalu mendjiwai langkah� kita dan mendjadikan manusia jang berkemanusiaan.

Beberapa uraian setjara singkat diatas, hendaklah mendjadikan sumbangan bahan diskusi oleh kawan� lebih djauh. Terutama sekah dititik beratkan pada daerah Sumatera Tengah. Mungkin sekali, kawan akan mengatakan bahwa, itu tidak lengkap, dsb., dsb., memang, tulisan ini bermaksud menggugah terhadap kepasipan jang selama ini terasa.

Dan alangkah lebih baiknja djika halaman kebudajaan dalam WS kita ini, kita dijadikan lapangan pengolahan tentang kesenian.

Hosted by www.Geocities.ws

1