Metode Memahami Islam

diambil dari www.alsofwah.or.id



Segala puji bagi Alloh yang telah menjadikan kita sebagai manusia yang terlahir dan besar dalam keadaan Islam. Ini merupakan nikmat terbesar yang Alloh berikan hanya pada orang-orang yang Dia kehendaki. Firman Alloh: "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhoi Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Maidah: 3).
Ibnu Katsir dalam mengomentari ayat ini mengatakan, bahwa ini (Islam) adalah nikmat terbesar Alloh atas umat ini, di mana Alloh telah menyempurnakan agama ini bagi mereka. Maka mereka tidak lagi membutuhkan kepada agama selain Islam dan kepada nabi selain Rosululloh. Oleh karena itu Alloh telah menjadikan Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan mengutus beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada lagi pengahalalan kecuali apa-apa yang telah beliau halalkan dan tidak ada lagi pengharaman kecuali atas apa-apa yang telah beliau haramkan dan tidak ada yang merupakan bagian dari agama kecuali dengan apa-apa yang telah beliau syariatkan. Semua yang beliau sampaikan adalah benar dan tidak ada kedustaan di dalamnya sedikit pun.

Dengan ayat ini pula Alloh telah menyempurnakan iman orang mukmin sehingga mereka tidak lagi membutuhkan penambahan ataupun pengurangan terhadap syariat agama ini selamanya. Kalau hal ini benar-benar dipegang oleh seorang muslim, niscaya tidak akan muncul berbagai bid'ah dan perpecahan dalam agama ini yang mengakibatkan kita memahami Islam tidak seperti yang dikehendaki Alloh dan RosulNya.

Selanjutnya akan muncul pertanyaan, bagaimana manhaj (metode) dalam mempelajari, memahami dan mengamalkan Islam secara benar? Jawabannya adalah jika manhaj (metode) yang kita tempuh sesuai dengan hal-hal yang akan diterangkan berikut ini:



1. Kitabulloh/Al-Qur'anul Karim
Firman Alloh:
"Dan Al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat."(Al-An'am: 155).
 

Sabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasalam:
"Sesungguhnya aku tinggalkan bagimu dua perkara, salah satunya ialah Kitabullah (Al-Qur'an) yang merupakan tali Alloh. Barangsiapa mengikutinya maka ia berada di atas hidayah dan barangsiapa yang meninggalkannya berarti ia dalam kesessatan." (HR. Muslim).
 


2. As-Sunnah yang shahih dari Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasalam.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam memahami dan mengamalkan kandungan Al-Qur'an kita memerlukan As-Sunnah yang berisi penjelasan terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang masih bersifat global.

Alloh berfirman:
"Dan Kami telah menurunkan kepadamu Adz-Dzikr (Al-Qur'an), agar kamu (Muhammad) menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkannya." (An-Nahl: 44).

Pada hakekatnya segala sesuatu yang diucapkan oleh Rosululloh juga merupakan wahyu dari Alloh sehingga wajib bagi kita untuk mentaati segala perintah beliau dan menjauhi segala larangannya.


Mentaati Rosulullah SAW berarti mentaati Alloh. FirmanNya menyebutkan:
"Barangsiapa yang mentaati Rosul maka sesungguhnya ia telah mentaati Alloh. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak akan mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (An-Nisa': 80).


FirmanNya yang lain:
"Apa yang diberikan Rosul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (Al-Hasyr: 7).



3. Atsar (jejak) para sahabat
Para sahabat adalah orang-orang yang mendapat didikan langsung dari Rosululloh SAW. Mereka yang lebih tahu tentang sebab-sebab turunnya ayat, kepada siapa ayat itu ditujukan dan bagaimana tafsiran dari ayat tersebut. Tidak heran bila Rosululloh  menobatkan mereka sebagai generasi terbaik sebagaimana sabda beliau:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para sahabatku) ..." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).


Alloh juga telah memberikan keridhoanNya kepada mereka, sebagaimana firmanNya:
"Orang-orang yang dahulu lagi pertama-tama masuk Islam dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, maka Alloh ridho pada mereka dan mereka pun ridho pada Alloh, dan Alloh janjikan bagi mereka Surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar." (At-Taubah: 100).

Jika Alloh sudah ridho pada mereka, pasti mereka adalah orang-orang yang benar dan selamat. Maka jika kita ingin selamat, kita juga harus mengikuti mereka dalam setiap sisi kehidupan kita, baik dalam hal akidah, akhlak, ibadah maupun muamalah. Sebagaimana keselamatan ini juga dijamin oleh Rosululloh Shollallohu 'alaihi wasalam dalam sabdanya: "Umatku akan berpecah menjadi 73 golongan. Semuanya di Neraka kecuali satu. Mereka (para sahabat) bertanya: Siapa satu golongan yang selamat itu wahai Rosululloh? Jawab beliau: Siapa saja yang seperti keadaanku dan para sahabatku pada hari ini." (Jami'ul Ushul fi Ahadits Ar-Rosul. Diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan lainnya, Al-Hafizh menggolongkannya hadits hasan).
 

Beliau juga memerintahkan:
"Dan barangsiapa yang hidup di antara kalian sepeninggalku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rosyidin setelahku. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigi gerahammu." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
 


4. Atsar (jejak) para tabi'in dan tabi'ut tabi'in
Tabi'in adalah murid para sahabat, sedangkan tabiu't tabi'in adalah murid para tabi'in. Mereka ini bersama sahabat dikatakan sebagai tiga generasi terbaik. Sabda beliau:

"Sebaik-baik manusia adalah generasiku (sahabatku), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'in), kemudian yang datang setelah mereka (tabi'ut tabi'in)." (HR. Al-Bukhori dan Muslim).


Dari apa yang telah diuraikan secara ringkas tadi, akhirnya kita mendapat jawaban sekaligus solusi dari pertanyaan: Kenapa dalam Islam terdapat banyak golongan atau paham yang masing-masing mereka mengaku berpedoman pada Al-Qur'an dan As-Sunnah? Jawabannya adalah: karena masing-masing golongan memahami Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan hawa nafsu atau logika atau perasaannya sendiri-sendiri. Dan solusi dari semua ini adalah mengembalikan lagi pemahaman Islam kita pada apa-apa yang pernah dipahami oleh salafus sholih, yaitu tiga generasi pertama dari umat ini sebagaimana yang tersebut pada hadits di atas (yaitu sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in).Semoga Alloh senantiasa memudahkan langkah kita untuk selalu berjalan di atas jalan mereka. Amin.

 

Kembali ke Halaman Utama Lihat Tulisan Lainnya

 

Hosted by www.Geocities.ws

1