Hikmah dan Pelajaran dari Surah Al Ikhlas

(Mengapa orang yang mencintai Surah Al Ikhlas dijanjikan Masuk Surga?)

 

WEBSITE CONTENT: |Halaman Utama| Aqidah Islam|Fiqih & Ibadah| Al Qur'an dan Hadits| Mukjizat|Sejarah dan Kisah Islami|Berita Dunia Islam|Pengajian|

1. Tafsir Surah Al Ikhlas

Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

  1. Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.

  2. Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.

  3. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

  4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Kalau kita baca sejenak arti masing-masing ayat dalam Surah Al Ikhlas ini, maka tak jauh dari istilah "Tauhid" atau "Mengesakan Alloh" sekaligus hujjah bagi para pelaku kesyirikan (mereka yang mempersekutukan Alloh). Nah, sekarang mari kita lihat masing-masing ayat:

  • Ayat 1: "Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa."

Ayat ini sudah mengikat sebuah pernyataan akan keesaan Alloh, yakni bahwa Alloh itu Maha Esa dengan segala kesempurnaan, yang memiliki Al Asma Al Husna serta segala sifat kiesempurnaan Yang Maha Tinggi, berbagai perbuatan yang suci yang tiada bandingannya. Ini ada hubungannya dengan Sifat-Sifat Asma al Husna berikut:

  • Al Wahid (Satu) dan Al Ahad (Tunggal), artinya sebagaimana Firman Alloh: "Katakanlah: "Alloh adalah pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Robb Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa" (QS.Ar Ro'd: 16)

yaitu, Dia-lah (Alloh) yang diesakan dengan segala sifat kesempurnaan, tak ada yang menyamai-Nya dalam kesempurnaan ini. Seorang hamba haru mengesakan-Nya dengan keyakinan, perkataan dan perbuatan dengan meyakini kesempurnaan-Nya yang mutlak dan keesaan-Nya dengan sifat wahdaniyyah serta mengesakan-Nya dalam segala macam ibadah.

  • Ayat 2 : "Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu"

Dan dari sebagian bukti keesaan dan kesendirian-Nya (segala sifat kesempurnaan-Nya), bahwasannya Dia bersifat Ash-Shomad (tempat bergantungnya segala urusan). Yang menjadi tujuan dan kebutuhan seluruh hamba kepada Alloh ialah mereka selalu memohon kepada Alloh untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka selalu berhasrat kepada-Nya dalam segala kepentingan mereka. Karena Alloh itu Maha Sempurna. Yang Maha mengetahui dan sempurna dalam ilmu-Nya, Yang Maha Lembut dan sempurna dalam kelembutan-Nya, Yang Maha Pengasih, yang sempurna cinta kasih-Nya. kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu, demikian juga segala sifat yang dimiliki-Nya. Diantara sifat-Nya yang sempurna adalah bahwa Dia:

  • Ayat 3 : "Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan"

Yakni karena Alloh tidak membutuhkan segala sesuatu secara mutlak,

  • Ayat 4 : "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia"

Dalam nama, dalam sifat-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Tabaaroka wa Ta'ala.

Dalam Tafsir Karimurrohman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'adiy berkata: "surat ini mengandung ajaran Tauhid Al Asma' dan Ash Shifaat." Namun demikian, sebenarnya surah ini juga mencakup Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.

  1. Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

  • Tidak ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

  • Tidak ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)

  • Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

Tauhid Rububiyah ini juga diakui oleh orang-orang kafir pada zaman Rosululloh SAW, tetapi pengakuan ini tidak menjadikan mereka masuk ke dalam agama Islam. Sebagaimana Firman Alloh: "Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi? Maka mereka akan menjawab "Alloh". " (QS.Luqman: 25)

  1. Tauhid Uluhiyah yakni mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya. Karena itu semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.

  • Kita tidak berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min: 60)

  • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175)

  • Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

  • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

  • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

Tauhid ini yang dibawakan oleh para Rosul 'alaihimus Salam. Sebagaimana Firman Alloh: "Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Alloh (saja), dan jauhilah thoghut itu'." (QS.An Nahl: 36). Tauhid Uluhiyah inilah yang diingkari orang-orang kafir, baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Alloh Ta'ala berfirman: "(Dan orang-orang kafir berkata): 'Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan." (QS.Shood: 5)

Adapun hubungan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah dengan Surah Al Ikhlas adalah bahwasannya ke-4 (keempat) ayat dalam surah ini mengandung ajaran Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Berikut adalah perincian ayat yang mengandung Tauhid Rububiyah dan Tauhid Rububiyah:

Ayat Surah Al Ikhlas

Tauhid Rububiyah

Tauhid Uluhiyah

  1. Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.

Mengesakan Alloh , dalam perbuatan-perbuatan-Nya.

 

Mengesakan Alloh, dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya. (Ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba)

  1. Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang menjadi kehendak Alloh),  seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

  • Tidak ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

  • Tidak ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)

  • Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya (Apa yang telah diperintahkan oleh Alloh kepada hamba-Nya), semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.

  • Kita tidak berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min: 60)

  • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175)

  • Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

  • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

  • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

 

  1. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sama seperti ayat ke-2 sebelumnya, perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang menjadi kehendak Alloh),  seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

  • Tidak ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

  • Tidak ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)

  • Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

 

 

 

 

 

 

 

 

Sama seperti ayat ke-2 sebelumnya, perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya (Apa yang telah diperintahkan oleh Alloh kepada hamba-Nya), semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.

  • Kita tidak berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min: 60)

  • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175)

  • Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

  • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

  • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

  1. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sama seperti ayat - ayat sebelumnya, perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang menjadi kehendak Alloh),  seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

  • Tidak ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

  • Tidak ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)

  • Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sama seperti ayat - ayat sebelumnya, perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya (Apa yang telah diperintahkan oleh Alloh kepada hamba-Nya), semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.

  • Kita tidak berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min: 60)

  • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175)

  • Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

  • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

  • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

 

Disamping mencakup Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma' Wa Shifat, dalam Surah ini juga terkandung makna dari syahadat "Laa Ilaaha Ilallooh", yakni Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah kecuali Alloh. Dan juga rukun serta syarat dari syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh", dimana penjabarannya adalah:

  • Surah Al Ikhlas dan Rukun Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh"

Syarat syahadat ini mencakup dua hal yaitu An-Nafyu (peniadaan) - "Laa Ilaaha" -, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Alloh, dan Al Itsbat (penetapan) - "Ilalloh"-, menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya. Adapun hubungan dengan surah Al Ikhlas:

Ayat Surah Al Ikhlas

Rukun Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh"

  1. Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.

  • Al Itsbat, yakni menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh
  1. Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan

  • An-Nafyu, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Alloh.

  • Al Itsbat, menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan "illallooh").

  1. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

  • An-Nafyu, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Alloh.

  • Al Itsbat, menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan "illallooh").

  1. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

  • An-Nafyu, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Alloh.

  • Al Itsbat, menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari penetapan "illallooh").

  • Surah Al Ikhlas dan Syarat Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh"

Ada 7 syarat dari syahadat "Laa Ilaaha Ilaloh"

  1. Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan).

Memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Alloh Ta'ala berfirman: "...akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa'at ialah) orang yang mengetahui hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)." (QS.Az Zukhruf: 86)

Maksudnya orang yang bersaksi dengan Laa Illaha Illalloh, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

  1. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan).

Harus meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Alloh Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu..." (QS. Al Hujurot: 15)

Kalau ia ragu-ragu maka ia menjadi munafik, sebagaimana sabda Rosululloh SAW: "Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada Illaah selain Alloh dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga." (HR. Bukhori)

  1. Qobul (menerima), yang menafikan rodd (penolakan).

Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat, menyembah Alloh semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta'ati maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Alloh: "Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka "Laa Ilaaha Ilalloh" (Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash Shofat: 35 - 36)

Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan "Laa Ilaaha Ilalloh", tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum menerima makna "Laa Ilaaha Ilalloh".

  1. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).

Alloh Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh." (QS. Luqman: 22)

  1. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta/bohong).

Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Alloh Ta'ala berfirman: "Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Alloh dan hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh penyakitnya, dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta." (QS. Al Baqoroh: 8 - 10)

  1. Ikhlash, yang menafikan syirik

Yaitu membersihkan amal dari segala kotoran-kotoran syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadist 'Itban, Rosululloh bersabda: "Sesungguhnya Alloh meng-haramkan atas Neraka orang yang mengucapkan "Laa Ilaaha Ilalloh" karena menginginkan ridho Alloh." (HR. Bukhori dan Muslim)

  1. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdho' (kebencian).

Mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Alloh berfirman: "Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh." (QS. Al Baqoroh: 165)

Maka ahli Tauhid mencintai Alloh dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli Syirik mencintai Alloh dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan "Laa Ilaaha Ilalloh".

Hubungannya dengan surah Al Ikhlas:

Ayat Surah Al Ikhlas

Syarat Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh"

  1. Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.

  • 'Ilmu (Mengetahui)

  • Yaqin (yakin)

  • Qobul (menerima)

  • Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)

  • Shidq (jujur)

  • Ikhlash

  • Mahabah (mencintai)

  1. Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan

  • 'Ilmu (Mengetahui)

  • Yaqin (yakin)

  • Qobul (menerima)

  • Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)

  • Shidq (jujur)

  • Ikhlash

  • Mahabah (mencintai)

  1. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

  • 'Ilmu (Mengetahui)

  • Yaqin (yakin)

  • Qobul (menerima)

  • Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)

  • Shidq (jujur)

  • Ikhlash

  • Mahabah (mencintai)

  1. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

  • 'Ilmu (Mengetahui)

  • Yaqin (yakin)

  • Qobul (menerima)

  • Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)

  • Shidq (jujur)

  • Ikhlash

  • Mahabah (mencintai)

Jadi kesimpulannya, Surah Al Ikhlas ini mencakup semua syarat dari kalimat "Laa Ilaaha Illalloh". Bahkan mencakup semua aspek dari Tauhid dan Syahadat "Laa Ilaaha Illalloh". Penafsiran masing-masing ayat terhadap keterkaitannya dengan Tauhid adalah jelas kalau surah ini memiliki keutamaan yang besar. Selain itu juga ada hubungannya dengan ayat ke 5 dari Surah Al Fatihah "Iyyaaka Na'budu wa iyyaaka nasta'iin" (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan). Boleh dibilang bahwa Surah Al Ikhlas ini adalah bagian dari Pelajaran Tauhid karena masing-masing ayat dari Surah Al Ikhlas isinya tentang Tauhid yaitu keesaan Alloh SWT.

 

2. Dijanjikan Surga Bagi Yang Menyukainya

Dari Anas ra., bahwa ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rosululloh, sesungguhnya aku sangat menyukai surah: Qulhuwaallohu ahad (Al-Ikhlas). Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya kecintaanmu kepadanya akan memasukan kamu ke dalam jannah." (HR. At Tirmidzi dan Bukhori).

Mengapa orang yang menyukai Surah Al Ikhlas dijanjikan masuk surga?

Tentunya ini berkaitan dengan apa yang terkandung dalam surah Al Ikhlas ini yaitu Tauhid (mengesakan Alloh) dan kalimat "Laa Ilaaha Illalloh". Tauhid memiliki keutamaan dan pahala yang besar dimana salah satunya ia dapat menghapus dosa-dosa sedangkan Surah Al Ikhlas adalah bagian dari Pelajaran Tauhid dan berisi Ilmu Tauhid. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan tentang keutamaan Tauhid sebagai penghapus dosa-dosa:

  1. Alloh Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan dengan kedzoliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'am: 82)

  2. Rosululloh SAW bersabda: "Barangsiapa mengucapkan: "Aku bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali Alloh Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Nabi Isa adalah hamba Alloh dan anak hambanya, serta kalimat-Nya yang diberikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Surga adalah haq (benar adanya), neraka adalah haq, maka niscaya Alloh akan memasukannya melalui delapan pintu Jannah yang ia kehendaki." (HR.Muslim)

  3. Dari Itban rodhiyallohu 'anhu, bahwa Rosululloh SAW bersabda: "Sesungguhnya Alloh mengharamkan atas api neraka bagi siapa saja yang mengucapkan : "Laa Ilaaha Illalloh" (tiada Illah yang berhak disembah dengan benar kecuali Alloh), semata-mata karena mengharap wajah Alloh." (HR.Bukhori dan Muslim)

  4. Rosululloh SAW bersabda: "Alloh Ta'ala berfirman:.....Wahai anak Adam, seandainya kamu mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi ini kemudian kamu menemui-Ku (wafat) namun kamu tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatupun, maka Aku pasti akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi pula." (HR At Tirmidzi)

Selain itu, Alloh SWT juga telah menjanjikan hambanya yang mengamalkan Tauhid dengan semurni-murninya pasti masuk surga tanpa hisab, maksudnya disini adalah memurnikan Tauhid dari segala macam syirik, bid'ah, dan maksiat.

Hushain bin 'Abdurrahman menuturkan:

"Suatu ketika aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia bertanya: "Siapakah di antara kalian melihat bintang yang jatuh semalam." Aku pun menjawab: "Aku" Kemudian aku katakan: "Ketahuilah, sesungguhnya aku ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena sengatan kalajengking." Ia bertanya: "Lalu apa yang kamu perbuat?" Aku jawab: "Aku meminta ruqyah." Ia bertanya lagi: "Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan hal itu?" Aku jawab: "Yaitu, sebuah hadidt yang dituturkan oleh Asy_Sya'bi kepada kami." Ia bertanya lagi: "Dan apakah hadist yang dituturkan kepadamu itu?" Aku berkata: "Dia menuturkan kepada kami hadist dari Buraidah bin Al Hushaib: "Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali karena 'ain atau terkena sengatan."

Sa'id pun berkata: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi Ibnu 'Abbas menuturkan kepada kami hadist dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: "Telah ditunjukkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang nabi, bersamanya beberapa orang, aku melihat seorang nabi, bersamanya satu dan dua orang, serta seorang nabi, dan tidak seorang pun bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak, aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama kaumnya. Lalu tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah yang besar pula, maka dikatakan kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada 70.000 orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisab dan tanpa adzab." Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya. Maka orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada diantara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu yang menjadi sahabat Rosululloh SAW. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik kepada Alloh. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara yang lain. ketika Rosululloh SAW keluar, mereka memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda: "Mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur dan mereka pun bertawakkal kepada Robb mereka." Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan berkata: Mohonlah kepada Alloh agar aku termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu termasuk golongan mereka." Kemudian berdirilah seorang yang lain dan berkata: Mohonkanlah kepada Alloh agar aku juga termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah."

(HR. Bukhori dan Muslim)

Sekarang kita lihat dan pelajari dulu hadist diatas:

  • Penjelasan Singkat:

    • Dialog antara Hushain bin Abdurrahman dengan Sa'id bin Jubeir tentang masalah roqyah karena beliau terkena sengatan kalajengking lalu meminta ruqyah dengan cara yang dibenarkan syari'at. Lalu ia menyampaikan hadist dari Sya'bi yang intinya boleh meminta ruqyah karena terkena pengaruh 'ain dan sengatan kalajengking.

    • Sa'id memuji apa yang dilakukan Hushain, namun beliau menyampaikan sebuah hadist yang intinya menganjurkan untuk tidak meminta ruqyah, yaitu hadist Ibnu Abbas. Disebutkan di dalam hadist itu empat kriteria orang yang berhak masuk Surga tanpa hisab dan adzab, yaitu:

      • Tidak meminta ruqyah.

      • Tidak meminta pengobatan dengan cara kay (dengan besi panas).

      • Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tidak bertathayyur).

      • Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata

    • Tatkala 'Ukasyah meminta agar dirinya termasuk golongan tersebut, Rosululloh SAW mengabarkan bahwa dia termasuk golongan tersebut. Namun ketika seorang sahabat lainnya meminta hal yang sama, beliau dengan halus menolak permintaannta, agar orang lain tidak berbondong-bondong meminta hal yang sama kepada beliau.

     

  • Berikut penjelasan tentang kriteria tersebut:

Kriteria Masuk Surga Tanpa Hisab

Penjelasan

  1. Tidak Meminta Ruqyah

  • Ruqyah diperbolehkan apabila terkena pengaruh 'ain dan terkena sengatan hewan berbisa. Sedangkan syarat riqyah yang dibenarkan oleh syari;at:

    1. Diambil dari ayat-ayat Al Qur'an.

    2. Diambil dari doa-doa yang disyari'atkan.

    3. Diucapkan dalam bahasa Arab.

  • Larangan  meminta ruqyah adalah jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi

  1. Tidak meminta pengobatan dengan cara ditempel besi panas

  • Berdasarkan Hadist 'Ibnu Abbas, bahwasannya Rosululloh bersabda: "Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal: Meminum madu, goresan bekam, dan tempelan api, dan aku melarang umatku dari tempelan api." (HR.Bukhori)

Dalam lafadz lain disebutkan : "Dan aku tidak suka berupaya penyembuhan dengan cara ditempeli besi panas pada penyakitku"

  • Tentang hadist menempelkan besi panas (tempelan api) kata Ibnu Qoyyim ada empat yakni:

    1. Rosululloh pernah melakukannya. berdasarkan tiga buah hadist:

      1. Dari Jabir bin Abdillah, "Nabi SAW mengutus seorang tabib kepada Ubay bin Ka'ab. Lalu tabib itu memotong urat nadi dan menempelkan besi panas kepadanya." (HR.Bukhori).

      2. Dari Anas, "Tabib itu menempelkan besi panas pada orang yang terkena penyakit tumor, sedangkan Nabi SAW masih hidup." (HR.Bukhori).

      3. Dari Anas, "Sesungguhnya Nabi SAW menempelkan besi panas kepada As'ad bin Zuraroh pada penyakit bintik-bintik merah." (HR At Tirmidzi).

      Disini menunjukan bahwa beliau memperbolehkan pengobatan dengan cara ini

    2. Rosululloh tidak menyukainya, berdasarkan hadist: "Dan aku tidak suka berupaya penyembuhan dengan cara ditempeli besi panas pada penyakitku" 

    3. Rosululloh memuji orang yang meninggalkannya. Adapun hal ini menunjukan bahwa meninggalkannya adalah lebih baik dan lebih utama (sama seperti point ke-2 diatas)

    4. Rosululloh melarangnya. Menunjukan bahwa pengobatan dengan cara ini hukumnya makruh (lebih baik ditinggalkan)

    Jadi kesimpulannya, meninggalkan pengobatan dengan cara ini adalah lebih baik karena hukum dari perkara ini (pengobatan dengan menempel besi panas) adalah makruh.

 

  1. Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur)

  • Tidak memperkiraan nasib buruk melalui arah terbangnya burung dan sejenisnya

  1. Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata

  • Inti dari semua perkara ini adalah bertawakkal kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS.Ath Tholaaq: 3).

Akan tetapi bertawakkal ini bukan berarti kita tidak berikhtiar (berusaha). Misalnya berusaha untuk mendapat kesembuhan dari suatu penyakit dengan cara berobat yang tidak dibenci (makruh), maka tidak membuat tawakkal menjadi rusak, bahkan meninggalkannya justru bukan ajaran syari'at sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadsit dari Abu Hurairoh: "Alloh tidak menurunkan penyakit kecuali Dia menurunkan obatnya, ada orang yang mengetahui dan ada orang yang tidak mengetahui." (HR.Bukhori dan Muslim).

Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: "Aku waktu itu ada di sisi Nabi SAW, lalu datanglah orang-orang badui. Mereka berkata: "Wahai Rosululloh, bolehkah kami berobat?" Beliau bersabda: "Ya, wahai para hamba Alloh, berobatlah, karena Alloh Azza Wa Jalla tidak meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan obatnya selain penyakit yang satu. Mereka bertanya, "Apa itu?" Beliau bersabda: "Penyakit tua." (HR.Ahmad)

  • Namun yang dimaksud dalam hadist ini sebagai inti dari semua perkara yaitu Tidak Meminta Ruqyah dan Tidak meminta pengobatan dengan cara ditempel besi panas, adalah meninggalkan perkara yang dibenci (makruh) padahal mereka membutuhkannya, untuk niat bertawakkal kepada Alloh. Sikap mereka meninggalkannya adalah karena ia merupakan perkara yang dibenci (makruh).

 

Setelah kita pelajari, maka kita bisa tahu kenapa Alloh menjanjikan Surga bagi siapa yang menyukai Surah Al Ikhlas. Hadist panjang yang telah dijabarkan diatas menjadi kunci dari perkara ini dan tentunya hadist ini juga tidak bertentangan dengan Surah Al Ikhlas sebagaimana kaidahnya bahwa antara ayat Al Qur'an dengan Hadist Shohih itu tidak bertentangan malah Hadist Shohih itu menjelaskan isi dari Al Qur'an. Sebagai contoh:

  • Kewajiban untuk mengerjakan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Romadhon, dan berhaji ke Baitulloh itu ada dalam Al Qur'an. Tapi tata caranya dijelaskan dalam Hadist.

Maka tidak diragukan lagi kalau Ayat Al Qur'an selamanya tidak akan pernah bertentangan dengan Hadist Rosululloh, karena Hadist juga merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping Al Qur'an. Rosululloh telah meninggalkan sesuatu yang apabila kita bersandar kepadanya maka kita akan selamat, yaitu Al Qur'an dan As Sunnah sebagaimana hadist-hadist berikut:

  • "Sebaik-baik perkataan adalah Kitabulloh (Al Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW (Sunnah)" (HR.Muslim).

  • "........Sesungguhnya, barangsiapa diantara kalian yang masih hidup niscaya akan melihat perselisihan yang cukup banyak. Karena itu, kalian harus berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah Khulafa'ur Rosyidin yang terbimbing dan lurus. Gigitlah ia dengan gerahammu." (HR.Abu Daud dan At Tirmidzi).

Adapun hubungan antara Surah Al Ikhlas dengan Kriteria Masuk Surga Tanpa Hisab dan Adzab berdasarkan Hadist Hushain bin Abdurrahman, antaralain:

Ayat Surah Al Ikhlas

 Kriteria Masuk Surga Tanpa Hisab dan Adzab (berdasarkan Hadist Hushain bin Abdurrahman)

  1. Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.

  • Tidak Meminta Ruqyah

Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang dibenarkan antaralain:

  • Diambil dari ayat-ayat Al Qur'an.

  • Diambil dari do'a-do'a yang disyari'atkan

  • Diucapkan dalam Bahasa Arab

Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah makruh. Apalagi jika dalam ruqyah itu mengandung unsur-unsur kesyirikan.

  • Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),

    • Sebagaimana dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

    • Disini juga mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:

      • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175

      • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

      • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

  • Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata. Disini menyangkut kaitan ayat ini dengan Tauhid Uluhiyah yaitu peribadahan hanya ditujukan kepada Alloh saja (mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya). Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

  1. Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan.

  • Tidak Meminta Ruqyah

Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang dibenarkan antaralain:

  • Diambil dari ayat-ayat Al Qur'an.

  • Diambil dari do'a-do'a yang disyari'atkan

  • Diucapkan dalam Bahasa Arab

Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah makruh.

  • Tidak meminta pengobatan dengan cara ditempel besi panas

Sama dengan point diatas bahkan untuk yang ini ditegaskan dalam hadist Ibnu Abbas: "Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal: Meminum madu, goresan bekam, dan tempelan api, dan aku melarang umatku dari tempelan api." (HR.Bukhori).

  • Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur)

Alloh-lah yang mengatur nasib manusia sebagaimana telah dijelaskan dalam Tauhid Rububiyah, antaralain:

  • Tidak ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)

  • Tidak ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)

  • Tidak ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)

  • Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata sebagai inti dari semua perkara (kriteria masuk Surga tanpa Hisab). Karena Alloh berfirman: "Alloh adalah illah yang bergantung kepada-Nya segala urusan" (QS.Al Ikhlas:2)

    Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh, sebagaimana apa yang telah dijelaskan dalam Tauhid Uluhiyah.

    Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

    • Disini jelas bahwa bentuk dari bergantungnya segala urusan adalah dengan cara bertawakkal, namun tidak menafikan adanya usaha (ikhtiar).

  1. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.

  • Tidak Meminta Ruqyah

Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang dibenarkan antaralain:

  • Diambil dari ayat-ayat Al Qur'an.

  • Diambil dari do'a-do'a yang disyari'atkan

  • Diucapkan dalam Bahasa Arab

Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah makruh. Apalagi jika dalam ruqyah itu mengandung unsur-unsur kesyirikan.

  • Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),

    • Sebagaimana dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

    • Disini juga mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:

      • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175

      • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

      • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

  • Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata. Disini menyangkut kaitan ayat ini dengan Tauhid Uluhiyah yaitu peribadahan hanya ditujukan kepada Alloh saja (mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya).

  1. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

  • Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),

    • Sebagaimana dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.

    • Disini juga mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:

      • Kita tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Ali Imron: 175

      • Kita tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al Fatihah: 5)

      • Kita tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)

    • Juga dalam Tauhid Asma' Wa Shifat, yakni Al-Jabbaar (Mahaperkasa, Mahakuasa memaksakan kehendak-Nya kepada semua makhluk-Nya).

      Firman Alloh: "Dia-lah Alloh Yang tiada Illah (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahsuci, Yang Mahasejahtera, Yang Mahamemelihara, Yang Mahaperkasa, Yang Mahakuasa." (QS.Al Hasyr: 23)

       

  • Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata. Disini menyangkut kaitan ayat ini dengan Tauhid Uluhiyah yaitu peribadahan hanya ditujukan kepada Alloh saja (mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya).  Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)

Jadi kesimpulannya, Surah Al Ikhlas ini mencakup semua kriteria Masuk Surga Tanpa Hisab sebagaimana Hadist Hushain bin Abdurrahman. Hampir semua kriteria itu ada pada masing-masing ayat terutama kriteria ke-4 yakni benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh semata, yang menjadi inti dari semua kriteria tersebut. Maka dari itu, tak perlu disangsikan dan tak perlu diragukan lagi bahwa mencintai Surah Al Ikhlas maka ia dijanjikan masuk Surga dengan melihat pembahasan-pembahasan diatas.

Maraji' :

  • 150 Jalan Menuju Jannah, Nayeef bin Mamduh bin Abdul Aziz Aal Sa'ud.(At Tibyan Solo)

  • Tafsir Karimurrahman, Juz Amma, Syaikh Aburrahman As Sa'adiy. (At Tibyan Solo).

  • Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Latif. (Darul Haq Jakarta)

  • Kitab Tauhid, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab. (Darul Haq Jakarta)

  • Kitab Tauhid 1, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan. (Darul Haq Jakarta)

  • Fathul Madjid Syarah Kitab Tauhid, Dr.Ibrahim bin Abdurrahman Hasan Alu Syaikh. (Pustaka Azzam Jakarta)

  • Cara Mudah Memahami Tauhid 1, Syaikh Abdurrahman bin Abdul Aziz As Sulaimani Al Qor'awi. (At Tibyan Solo)

 

Kembali ke Halaman Utama
INDONESIA LINK: |Yayasan Al Sofwa, Jakarta|Pustaka Darul Haq, Jakarta |Al Islam-Pusat Dakwah dan Info|Al Manhaj, Bandung |Perpustakaan Online|www.syiah.blogspot.com|

SAUDI ARABIA & INTERNATIONAL LINK:|www.madeenah.com|Syaikh Bin Baz|Syaikh Rabi' bin Hadi Al Makhdaly|Fatwa Online|Al Ibaanah Book Publishing|

ESTABLISH THE UKHUWAH ISLAMIYAH:|Tilmidzi |Abu Salma|Tiara Ummu Hamzah|Al Ghurahy|

 

Hosted by www.Geocities.ws

1