1. Tafsir
Surah Al Ikhlas
Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
-
Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha Esa.
-
Alloh adalah Illah yang bergantung kepada-Nya segala
urusan.
-
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan.
-
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
|
Kalau kita
baca sejenak arti masing-masing ayat dalam Surah Al Ikhlas ini,
maka tak jauh dari istilah "Tauhid" atau "Mengesakan Alloh"
sekaligus hujjah bagi para pelaku kesyirikan (mereka yang
mempersekutukan Alloh). Nah, sekarang mari kita lihat
masing-masing ayat:
Ayat ini
sudah mengikat sebuah pernyataan akan keesaan Alloh, yakni
bahwa Alloh itu Maha Esa dengan segala kesempurnaan, yang
memiliki Al Asma Al Husna serta segala sifat kiesempurnaan
Yang Maha Tinggi, berbagai perbuatan yang suci yang tiada
bandingannya. Ini ada hubungannya dengan Sifat-Sifat Asma al
Husna berikut:
yaitu,
Dia-lah (Alloh) yang diesakan dengan segala sifat
kesempurnaan, tak ada yang menyamai-Nya dalam
kesempurnaan ini. Seorang hamba haru mengesakan-Nya
dengan keyakinan, perkataan dan perbuatan dengan
meyakini kesempurnaan-Nya yang mutlak dan keesaan-Nya
dengan sifat wahdaniyyah serta mengesakan-Nya dalam
segala macam ibadah.
Dan dari
sebagian bukti keesaan dan kesendirian-Nya (segala sifat
kesempurnaan-Nya), bahwasannya Dia bersifat Ash-Shomad (tempat
bergantungnya segala urusan). Yang menjadi tujuan dan
kebutuhan seluruh hamba kepada Alloh ialah mereka selalu
memohon kepada Alloh untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka
selalu berhasrat kepada-Nya dalam segala kepentingan mereka.
Karena Alloh itu Maha Sempurna. Yang Maha mengetahui dan
sempurna dalam ilmu-Nya, Yang Maha Lembut dan sempurna dalam
kelembutan-Nya, Yang Maha Pengasih, yang sempurna cinta
kasih-Nya. kasih sayang-Nya meliputi segala sesuatu,
demikian juga segala sifat yang dimiliki-Nya. Diantara
sifat-Nya yang sempurna adalah bahwa Dia:
Yakni
karena Alloh tidak membutuhkan segala sesuatu secara mutlak,
Dalam
nama, dalam sifat-Nya dan dalam perbuatan-Nya. Tabaaroka wa
Ta'ala.
Dalam Tafsir
Karimurrohman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'adiy berkata:
"surat ini mengandung ajaran Tauhid Al Asma' dan Ash Shifaat."
Namun demikian, sebenarnya surah ini juga mencakup Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.
-
Tauhid
Rububiyah yakni mengesakan Alloh dalam
perbuatan-perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memberi rizki,
mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan, dan
sebagainya.
-
Tidak
ada satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu"
(QS.Az Zumar: 62)
-
Tidak
ada yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun
di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya."
(QS.Huud: 6)
-
Tidak
ada yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan
kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang
menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya kepadaNya-lah
kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)
Tauhid
Rububiyah ini juga diakui oleh orang-orang kafir pada zaman
Rosululloh SAW, tetapi pengakuan ini tidak menjadikan mereka
masuk ke dalam agama Islam. Sebagaimana Firman Alloh:
"Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka, "Siapakah
yang menciptakan langit dan bumi? Maka mereka akan menjawab
"Alloh". " (QS.Luqman: 25)
-
Tauhid
Uluhiyah yakni mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan
hamba yang diperintahkan-Nya. Karena itu semua bentuk ibadah
harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut), tawakkal
(berserah diri), meminta pertolongan, perlindungan, dan
sebagainya.
-
Kita
tidak berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al Mu'min:
60)
-
Kita
tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Maka janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi
takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS. Ali Imron: 175)
-
Kita
tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS.Al Ma'idah: 23)
-
Kita
tidak meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah dan
hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita
tidak memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung kepada
Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas:
1)
Tauhid
ini yang dibawakan oleh para Rosul 'alaihimus Salam.
Sebagaimana Firman Alloh: "Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah
Alloh (saja), dan jauhilah thoghut itu'." (QS.An Nahl:
36). Tauhid Uluhiyah inilah yang diingkari orang-orang kafir,
baik pada zaman dahulu maupun sekarang. Alloh Ta'ala
berfirman: "(Dan orang-orang kafir berkata): 'Mengapa ia
menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu
saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan." (QS.Shood: 5)
Adapun
hubungan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah dengan Surah Al
Ikhlas adalah bahwasannya ke-4 (keempat) ayat dalam surah ini
mengandung ajaran Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah. Berikut
adalah perincian ayat yang mengandung Tauhid Rububiyah dan
Tauhid Rububiyah:
Ayat
Surah Al Ikhlas |
Tauhid Rububiyah |
Tauhid Uluhiyah |
-
Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha
Esa.
|
Mengesakan Alloh , dalam perbuatan-perbuatan-Nya.
|
Mengesakan Alloh, dengan perbuatan-perbuatan hamba yang
diperintahkan-Nya. (Ibadah yang dilakukan oleh seorang
hamba) |
-
Alloh adalah Illah yang bergantung
kepada-Nya segala urusan.
|
Perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang menjadi kehendak Alloh),
seperti menciptakan, memberi rizki, mengatur segala
urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.
-
Tidak ada satu
pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az
Zumar: 62)
-
Tidak ada yang
memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud:
6)
-
Tidak ada yang
menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang
menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya
kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)
|
Perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya (Apa
yang telah diperintahkan oleh Alloh kepada hamba-Nya),
semua bentuk ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan),
khauf (takut), tawakkal (berserah diri), meminta
pertolongan, perlindungan, dan sebagainya.
-
Kita tidak
berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al
Mu'min: 60)
-
Kita tidak takut
kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imron: 175)
-
Kita tidak
bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)
-
Kita tidak
meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah
dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita tidak
memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung
kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia."
(QS.An-Naas: 1)
|
-
Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
|
Sama seperti ayat
ke-2 sebelumnya, perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang
menjadi kehendak Alloh), seperti menciptakan, memberi
rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan,
dan sebagainya.
-
Tidak ada satu
pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az
Zumar: 62)
-
Tidak ada yang
memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud:
6)
-
Tidak ada yang
menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang
menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya
kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)
|
Sama
seperti ayat ke-2 sebelumnya, perbuatan-perbuatan hamba
yang diperintahkan-Nya (Apa yang telah diperintahkan
oleh Alloh kepada hamba-Nya), semua bentuk ibadah harus
ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut),
tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan,
perlindungan, dan sebagainya.
-
Kita tidak
berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al
Mu'min: 60)
-
Kita tidak takut
kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imron: 175)
-
Kita tidak
bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)
-
Kita tidak
meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah
dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita tidak
memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung
kepada Robb (yang memelihara dan menguasai)
manusia." (QS.An-Naas: 1)
|
-
dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
|
Sama seperti ayat -
ayat sebelumnya, perbuatan-perbuatan-Nya (Apa yang
menjadi kehendak Alloh), seperti menciptakan, memberi
rizki, mengatur segala urusan, menghidupkan, mematikan,
dan sebagainya.
-
Tidak ada satu
pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Alloh-lah yang menciptakan segala sesuatu" (QS.Az
Zumar: 62)
-
Tidak ada yang
memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi
melainkan Alloh-lah yang memberi rizkinya." (QS.Huud:
6)
-
Tidak ada yang
menghidupkan dan tidak ada yang mematikan kecuali
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah yang
menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya
kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus: 56)
|
Sama
seperti ayat - ayat sebelumnya, perbuatan-perbuatan
hamba yang diperintahkan-Nya (Apa yang telah
diperintahkan oleh Alloh kepada hamba-Nya), semua bentuk
ibadah harus ditujukan hanya kepada Alloh semata, tidak
ada sekutu bagi-Nya, seperti do'a (permohonan), khauf (takut),
tawakkal (berserah diri), meminta pertolongan,
perlindungan, dan sebagainya.
-
Kita tidak
berdo'a kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan Robb-mu berfirman, 'Berdo'alah kepada-Ku,
niscaya akan Ku-perkenankan bagimu.'"(QS. Al
Mu'min: 60)
-
Kita tidak takut
kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Maka
janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imron: 175)
-
Kita tidak
bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)
-
Kita tidak
meminta pertolongan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Hanya kepada-Mu kami menyembah
dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita tidak
memohon perlindungan kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Katakanlah, Aku berlindung
kepada Robb (yang memelihara dan menguasai) manusia."
(QS.An-Naas: 1)
|
Disamping
mencakup Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid Asma' Wa
Shifat, dalam Surah ini juga terkandung makna dari syahadat "Laa
Ilaaha Ilallooh", yakni Tidak ada sesembahan yang berhak untuk
disembah kecuali Alloh. Dan juga rukun serta syarat dari
syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh", dimana penjabarannya adalah:
Syarat
syahadat ini mencakup dua hal yaitu An-Nafyu (peniadaan) - "Laa
Ilaaha" -, membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah
selain Alloh, dan Al Itsbat (penetapan) - "Ilalloh"-,
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali
Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya.
Adapun hubungan dengan surah Al Ikhlas:
Ayat
Surah Al Ikhlas |
Rukun
Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh" |
-
Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha
Esa.
|
-
Al Itsbat, yakni
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Alloh
|
-
Alloh adalah Illah yang bergantung
kepada-Nya segala urusan
|
-
An-Nafyu,
membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang
disembah selain Alloh.
-
Al Itsbat,
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai
dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh semata
tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari
penetapan "illallooh").
|
-
Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
|
-
An-Nafyu,
membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang
disembah selain Alloh.
-
Al Itsbat,
menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah
kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan sesuai
dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh semata
tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan dari
penetapan "illallooh").
|
-
dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
|
-
An-Nafyu,
membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan
mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang
disembah selain Alloh.
-
Al Itsbat, menetapkan bahwa tidak ada yang berhak
disembah kecuali Alloh dan mewajibkan pengamalan
sesuai dengan konsekuensinya (beribadah kepada Alloh
semata tanpa syirik sedikitpun, sebagai keharusan
dari penetapan "illallooh").
|
Ada 7
syarat dari syahadat "Laa Ilaaha Ilaloh"
-
Ilmu,
yang menafikan jahl (kebodohan).
Memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang
ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan
ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Alloh Ta'ala
berfirman: "...akan tetapi (orang yang dapat memberi
syafa'at ialah) orang yang mengetahui hak (tauhid) dan
mereka meyakini (nya)." (QS.Az Zukhruf: 86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan Laa Illaha Illalloh,
dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh
lisannya. Seandainya ia mengucapkan, tetapi tidak
mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan
tidak berguna.
-
Yaqin
(yakin), yang menafikan syak (keraguan).
Harus
meyakini kandungan syahadat itu. Manakala ia
meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Alloh
Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang
beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Alloh
dan Rosul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu..."
(QS. Al Hujurot: 15)
Kalau
ia ragu-ragu maka ia menjadi munafik, sebagaimana sabda
Rosululloh SAW: "Siapa yang engkau temui di balik
tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada Illaah
selain Alloh dengan hati yang meyakininya, maka berilah
kabar gembira dengan (balasan) Surga." (HR. Bukhori)
-
Qobul
(menerima), yang menafikan rodd (penolakan).
Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat,
menyembah Alloh semata dan meninggalkan ibadah kepada
selain-Nya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak
menerima dan menta'ati maka ia termasuk orang-orang yang
difirmankan Alloh: "Sesungguhnya mereka dahulu
apabila dikatakan kepada mereka "Laa Ilaaha Ilalloh" (Tiada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh) mereka
menyombongkan diri, dan mereka berkata: "Apakah
sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan
kami karena seorang penyair gila?" (QS. Ash Shofat:
35 - 36)
Ini
seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka
mengikrarkan "Laa Ilaaha Ilalloh", tetapi tidak mau
meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan
demikian berarti mereka belum menerima makna "Laa Ilaaha
Ilalloh".
-
Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan).
Alloh
Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang menyerahkan
dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat
kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh." (QS. Luqman: 22)
-
Shidq
(jujur), yang menafikan kadzib (dusta/bohong).
Yaitu
mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkannya.
Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya
mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Alloh
Ta'ala berfirman: "Di antara manusia ada yang
mengatakan: "Kami beriman kepada Alloh dan hari kemudian",
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang
beriman. Mereka hendak menipu Alloh dan orang-orang yang
beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Alloh penyakitnya, dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta."
(QS. Al Baqoroh: 8 - 10)
-
Ikhlash, yang menafikan syirik
Yaitu
membersihkan amal dari segala kotoran-kotoran syirik,
dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi
dunia, riya' atau sum'ah. Dalam hadist 'Itban,
Rosululloh bersabda: "Sesungguhnya Alloh
meng-haramkan atas Neraka orang yang mengucapkan "Laa
Ilaaha Ilalloh" karena menginginkan ridho Alloh."
(HR. Bukhori dan Muslim)
-
Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdho' (kebencian).
Mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai
orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Alloh
berfirman: "Dan diantara manusia ada orang-orang yang
menyembah tandingan-tandingan selain Alloh, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun
orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Alloh."
(QS. Al Baqoroh: 165)
Maka
ahli Tauhid mencintai Alloh dengan cinta yang tulus
bersih. Sedangkan ahli Syirik mencintai Alloh dan
mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan "Laa Ilaaha Ilalloh".
Hubungannya
dengan surah Al Ikhlas:
Ayat
Surah Al Ikhlas |
Syarat Syahadat "Laa Ilaaha Ilalloh" |
-
Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha
Esa.
|
|
-
Alloh adalah Illah yang bergantung
kepada-Nya segala urusan
|
|
-
Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
|
|
-
dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
|
|
Jadi
kesimpulannya, Surah Al Ikhlas ini mencakup semua syarat dari
kalimat "Laa Ilaaha Illalloh". Bahkan mencakup semua aspek dari
Tauhid dan Syahadat "Laa Ilaaha Illalloh". Penafsiran
masing-masing ayat terhadap keterkaitannya dengan Tauhid adalah
jelas kalau surah ini memiliki keutamaan yang besar. Selain itu
juga ada hubungannya dengan ayat ke 5 dari Surah Al Fatihah "Iyyaaka
Na'budu wa iyyaaka nasta'iin" (Hanya kepada-Mu kami
menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan). Boleh
dibilang bahwa Surah Al Ikhlas ini adalah bagian dari Pelajaran
Tauhid karena masing-masing ayat dari Surah Al Ikhlas isinya
tentang Tauhid yaitu keesaan Alloh SWT.
2. Dijanjikan Surga
Bagi Yang Menyukainya
Dari Anas ra.,
bahwa ada seorang laki-laki berkata: "Wahai Rosululloh,
sesungguhnya aku sangat menyukai surah: Qulhuwaallohu ahad (Al-Ikhlas).
Kemudian beliau bersabda: "Sesungguhnya kecintaanmu kepadanya
akan memasukan kamu ke dalam jannah." (HR. At Tirmidzi dan
Bukhori).
Mengapa orang
yang menyukai Surah Al Ikhlas dijanjikan masuk surga?
Tentunya ini
berkaitan dengan apa yang terkandung dalam surah Al Ikhlas ini
yaitu Tauhid (mengesakan Alloh) dan kalimat "Laa Ilaaha Illalloh".
Tauhid memiliki keutamaan dan pahala yang besar dimana salah
satunya ia dapat menghapus dosa-dosa sedangkan Surah Al Ikhlas
adalah bagian dari Pelajaran Tauhid dan berisi Ilmu Tauhid.
Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan tentang
keutamaan Tauhid sebagai penghapus dosa-dosa:
-
Alloh
Ta'ala berfirman: "Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampuradukan keimanan dengan kedzoliman (syirik), mereka
itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu
adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'am:
82)
-
Rosululloh SAW bersabda: "Barangsiapa mengucapkan: "Aku
bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak disembah kecuali
Alloh Yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya, Nabi
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, Nabi Isa adalah hamba
Alloh dan anak hambanya, serta kalimat-Nya yang diberikan
kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Surga adalah haq (benar
adanya), neraka adalah haq, maka niscaya Alloh akan
memasukannya melalui delapan pintu Jannah yang ia kehendaki."
(HR.Muslim)
-
Dari
Itban rodhiyallohu 'anhu, bahwa Rosululloh SAW bersabda: "Sesungguhnya
Alloh mengharamkan atas api neraka bagi siapa saja yang
mengucapkan : "Laa Ilaaha Illalloh" (tiada Illah yang berhak
disembah dengan benar kecuali Alloh), semata-mata karena
mengharap wajah Alloh." (HR.Bukhori dan Muslim)
-
Rosululloh SAW bersabda: "Alloh Ta'ala
berfirman:.....Wahai anak Adam, seandainya kamu
mendatangi-Ku dengan membawa dosa sepenuh bumi ini kemudian
kamu menemui-Ku (wafat) namun kamu tidak menyekutukan-Ku
dengan sesuatupun, maka Aku pasti akan mendatangimu dengan
membawa ampunan sepenuh bumi pula." (HR At Tirmidzi)
Selain itu,
Alloh SWT juga telah menjanjikan hambanya yang mengamalkan
Tauhid dengan semurni-murninya pasti masuk surga tanpa hisab,
maksudnya disini adalah memurnikan Tauhid dari segala macam
syirik, bid'ah, dan maksiat.
Hushain bin
'Abdurrahman menuturkan:
"Suatu ketika
aku berada di sisi Sa'id bin Jubair, lalu ia bertanya: "Siapakah
di antara kalian melihat bintang yang jatuh semalam." Aku pun
menjawab: "Aku" Kemudian aku katakan: "Ketahuilah, sesungguhnya
aku ketika itu tidak dalam keadaan sholat, tetapi terkena
sengatan kalajengking." Ia bertanya: "Lalu apa yang kamu perbuat?"
Aku jawab: "Aku meminta ruqyah." Ia bertanya lagi: "Apakah yang
mendorong dirimu untuk melakukan hal itu?" Aku jawab: "Yaitu,
sebuah hadidt yang dituturkan oleh Asy_Sya'bi kepada kami." Ia
bertanya lagi: "Dan apakah hadist yang dituturkan kepadamu itu?"
Aku berkata: "Dia menuturkan kepada kami hadist dari Buraidah
bin Al Hushaib: "Tidak dibenarkan melakukan ruqyah kecuali
karena 'ain atau terkena sengatan."
Sa'id pun
berkata: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa
yang telah didengarnya; tetapi Ibnu 'Abbas menuturkan kepada
kami hadist dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: "Telah
ditunjukkan kepadaku umat-umat. Aku melihat seorang nabi,
bersamanya beberapa orang, aku melihat seorang nabi, bersamanya
satu dan dua orang, serta seorang nabi, dan tidak seorang pun
bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang
banyak, aku pun mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi
dikatakan kepadaku: Ini adalah Musa bersama kaumnya. Lalu
tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah yang besar pula, maka
dikatakan kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada
70.000 orang yang mereka itu masuk Surga tanpa hisab dan tanpa
adzab." Kemudian bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya.
Maka orang-orang pun memperbincangkan tentang siapakah mereka
itu. Ada diantara mereka yang berkata: Mungkin saja mereka itu
yang menjadi sahabat Rosululloh SAW. Ada lagi yang berkata:
Mungkin saja mereka itu orang-orang yang dilahirkan dalam
lingkungan Islam, sehingga mereka tidak pernah berbuat syirik
kepada Alloh. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara yang
lain. ketika Rosululloh SAW keluar, mereka memberitahukan hal
tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda: "Mereka itu adalah
orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya
lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan, tidak melakukan
tathayyur dan mereka pun bertawakkal kepada Robb mereka." Lalu
berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan berkata: Mohonlah kepada
Alloh agar aku termasuk golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu
termasuk golongan mereka." Kemudian berdirilah seorang yang lain
dan berkata: Mohonkanlah kepada Alloh agar aku juga termasuk
golongan mereka. Beliau menjawab: "Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah."
(HR. Bukhori
dan Muslim)
Sekarang kita
lihat dan pelajari dulu hadist diatas:
Kriteria Masuk
Surga Tanpa Hisab |
Penjelasan |
-
Tidak Meminta
Ruqyah
|
-
Ruqyah
diperbolehkan apabila terkena pengaruh 'ain dan
terkena sengatan hewan berbisa. Sedangkan syarat
riqyah yang dibenarkan oleh syari;at:
-
Diambil dari
ayat-ayat Al Qur'an.
-
Diambil dari doa-doa yang disyari'atkan.
-
Diucapkan
dalam bahasa Arab.
-
Larangan meminta
ruqyah adalah jika syarat-syaratnya tidak terpenuhi
|
-
Tidak meminta
pengobatan dengan cara ditempel besi panas
|
-
Berdasarkan
Hadist 'Ibnu Abbas, bahwasannya Rosululloh bersabda:
"Kesembuhan itu terdapat dalam tiga hal: Meminum
madu, goresan bekam, dan tempelan api, dan aku
melarang umatku dari tempelan api." (HR.Bukhori)
Dalam lafadz lain disebutkan : "Dan aku tidak
suka berupaya penyembuhan dengan cara ditempeli besi
panas pada penyakitku"
-
Tentang hadist
menempelkan besi panas (tempelan api) kata Ibnu
Qoyyim ada empat yakni:
-
Rosululloh
pernah melakukannya. berdasarkan tiga buah
hadist:
-
Dari
Jabir bin Abdillah, "Nabi SAW mengutus
seorang tabib kepada Ubay bin Ka'ab. Lalu
tabib itu memotong urat nadi dan menempelkan
besi panas kepadanya." (HR.Bukhori).
-
Dari Anas,
"Tabib itu menempelkan besi panas pada
orang yang terkena penyakit tumor, sedangkan
Nabi SAW masih hidup." (HR.Bukhori).
-
Dari Anas, "Sesungguhnya Nabi SAW
menempelkan besi panas kepada As'ad bin
Zuraroh pada penyakit bintik-bintik merah."
(HR At Tirmidzi).
Disini
menunjukan bahwa beliau memperbolehkan
pengobatan dengan cara ini
-
Rosululloh tidak menyukainya, berdasarkan hadist:
"Dan aku tidak suka berupaya penyembuhan
dengan cara ditempeli besi panas pada penyakitku"
-
Rosululloh
memuji orang yang meninggalkannya. Adapun hal
ini menunjukan bahwa meninggalkannya adalah
lebih baik dan lebih utama (sama seperti point
ke-2 diatas)
-
Rosululloh
melarangnya. Menunjukan bahwa pengobatan dengan
cara ini hukumnya makruh (lebih baik
ditinggalkan)
Jadi kesimpulannya, meninggalkan pengobatan dengan
cara ini adalah lebih baik karena hukum dari perkara
ini (pengobatan dengan menempel besi panas) adalah
makruh.
|
-
Tidak
beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur)
|
|
-
Benar-benar
bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata
|
Akan tetapi bertawakkal ini bukan berarti kita tidak
berikhtiar (berusaha). Misalnya berusaha untuk
mendapat kesembuhan dari suatu penyakit dengan cara
berobat yang tidak dibenci (makruh), maka tidak
membuat tawakkal menjadi rusak, bahkan
meninggalkannya justru bukan ajaran syari'at
sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadsit dari
Abu Hurairoh: "Alloh tidak menurunkan penyakit
kecuali Dia menurunkan obatnya, ada orang yang
mengetahui dan ada orang yang tidak mengetahui."
(HR.Bukhori dan Muslim).
Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: "Aku waktu
itu ada di sisi Nabi SAW, lalu datanglah orang-orang
badui. Mereka berkata: "Wahai Rosululloh, bolehkah
kami berobat?" Beliau bersabda: "Ya, wahai para
hamba Alloh, berobatlah, karena Alloh Azza Wa Jalla
tidak meletakkan penyakit kecuali Dia meletakkan
obatnya selain penyakit yang satu. Mereka bertanya,
"Apa itu?" Beliau bersabda: "Penyakit tua." (HR.Ahmad)
-
Namun yang dimaksud dalam hadist ini sebagai inti
dari semua perkara yaitu Tidak Meminta Ruqyah dan
Tidak meminta pengobatan dengan cara ditempel besi
panas, adalah meninggalkan perkara yang dibenci (makruh)
padahal mereka membutuhkannya, untuk niat
bertawakkal kepada Alloh. Sikap mereka
meninggalkannya adalah karena ia merupakan perkara
yang dibenci (makruh).
|
Setelah kita
pelajari, maka kita bisa tahu kenapa Alloh menjanjikan Surga
bagi siapa yang menyukai Surah Al Ikhlas. Hadist panjang yang
telah dijabarkan diatas menjadi kunci dari perkara ini dan
tentunya hadist ini juga tidak bertentangan dengan Surah Al
Ikhlas sebagaimana kaidahnya bahwa antara ayat Al Qur'an dengan
Hadist Shohih itu tidak bertentangan malah Hadist Shohih itu
menjelaskan isi dari Al Qur'an. Sebagai contoh:
-
Kewajiban
untuk mengerjakan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di
bulan Romadhon, dan berhaji ke Baitulloh itu ada dalam Al
Qur'an. Tapi tata caranya dijelaskan dalam Hadist.
Maka tidak
diragukan lagi kalau Ayat Al Qur'an selamanya tidak akan pernah
bertentangan dengan Hadist Rosululloh, karena Hadist juga
merupakan salah satu sumber hukum Islam disamping Al Qur'an.
Rosululloh telah meninggalkan sesuatu yang apabila kita
bersandar kepadanya maka kita akan selamat, yaitu Al Qur'an dan
As Sunnah sebagaimana hadist-hadist berikut:
-
"Sebaik-baik
perkataan adalah Kitabulloh (Al Qur'an) dan sebaik-baik
petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW (Sunnah)" (HR.Muslim).
-
"........Sesungguhnya, barangsiapa diantara kalian yang
masih hidup niscaya akan melihat perselisihan yang cukup
banyak. Karena itu, kalian harus berpegang teguh pada
Sunnahku dan Sunnah Khulafa'ur Rosyidin yang terbimbing dan
lurus. Gigitlah ia dengan gerahammu." (HR.Abu Daud dan
At Tirmidzi).
Adapun
hubungan antara Surah Al Ikhlas dengan Kriteria Masuk Surga
Tanpa Hisab dan Adzab berdasarkan Hadist Hushain bin
Abdurrahman, antaralain:
Ayat Surah Al
Ikhlas |
Kriteria
Masuk Surga Tanpa Hisab dan Adzab (berdasarkan Hadist
Hushain bin Abdurrahman) |
-
Katakanlah: "Dialah Alloh, Yang Maha
Esa.
|
Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk
dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain
atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa
dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang
dibenarkan antaralain:
-
Diambil dari
ayat-ayat Al Qur'an.
-
Diambil dari
do'a-do'a yang disyari'atkan
-
Diucapkan
dalam Bahasa Arab
Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah
makruh. Apalagi jika dalam ruqyah itu mengandung
unsur-unsur kesyirikan.
-
Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),
-
Sebagaimana
dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh
dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti
menciptakan, memberi rizki, mengatur segala
urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.
-
Disini juga
mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:
-
Kita
tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku,
jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imron: 175
-
Kita
tidak meminta pertolongan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita
tidak memohon perlindungan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah,
Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara
dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)
-
Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala
semata. Disini menyangkut kaitan ayat ini dengan
Tauhid Uluhiyah yaitu peribadahan hanya ditujukan
kepada Alloh saja (mengesakan Alloh dengan
perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya).
Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Dan hanya kepada Alloh
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar
orang yang beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)
|
-
Alloh adalah Illah yang bergantung
kepada-Nya segala urusan.
|
Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk
dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain
atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa
dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang
dibenarkan antaralain:
-
Diambil dari
ayat-ayat Al Qur'an.
-
Diambil dari
do'a-do'a yang disyari'atkan
-
Diucapkan
dalam Bahasa Arab
Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah
makruh.
Sama dengan point diatas bahkan untuk yang ini
ditegaskan dalam hadist Ibnu Abbas: "Kesembuhan
itu terdapat dalam tiga hal: Meminum madu, goresan
bekam, dan tempelan api, dan aku melarang umatku
dari tempelan api." (HR.Bukhori).
Alloh-lah yang mengatur nasib manusia sebagaimana
telah dijelaskan dalam Tauhid Rububiyah, antaralain:
-
Tidak ada
satu pencipta pun kecuali Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Alloh-lah yang menciptakan segala
sesuatu" (QS.Az Zumar: 62)
-
Tidak ada
yang memberi rizki kecuali Alloh. Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang
melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang
memberi rizkinya." (QS.Huud: 6)
-
Tidak ada
yang menghidupkan dan tidak ada yang mematikan
kecuali Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Dia-lah
yang menghidupkan dan yang mematikan, dan hanya
kepadaNya-lah kamu dikembalikan" (QS.Yunus:
56)
-
Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala
semata sebagai inti dari semua perkara (kriteria
masuk Surga tanpa Hisab). Karena Alloh berfirman:
"Alloh adalah illah yang bergantung kepada-Nya
segala urusan" (QS.Al Ikhlas:2)
Kita tidak bertawakkal kecuali kepada Alloh,
sebagaimana apa yang telah dijelaskan dalam Tauhid
Uluhiyah.
Alloh Ta'ala
berfirman: "Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu
bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS.Al Ma'idah: 23)
|
-
Dia tidak beranak dan tidak pula
diperanakkan.
|
Jika tidak ada keperluan yang mendesak untuk
dilakukan ruqyah misalnya karena sebab terkena 'ain
atau sengatan hewan berbisa sebagai syarat bisa
dilakukannya ruqyah. Juga bentuk ruqyah yang
dibenarkan antaralain:
-
Diambil dari
ayat-ayat Al Qur'an.
-
Diambil dari
do'a-do'a yang disyari'atkan
-
Diucapkan
dalam Bahasa Arab
Maka lebih baik ditinggalkan karena hukumnya adalah
makruh. Apalagi jika dalam ruqyah itu mengandung
unsur-unsur kesyirikan.
-
Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),
-
Sebagaimana
dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh
dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti
menciptakan, memberi rizki, mengatur segala
urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.
-
Disini juga
mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:
-
Kita
tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah
kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (QS. Ali Imron: 175
-
Kita
tidak meminta pertolongan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita
tidak memohon perlindungan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Katakanlah, Aku berlindung kepada Robb
(yang memelihara dan menguasai) manusia."
(QS.An-Naas: 1)
-
Benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala
semata. Disini menyangkut kaitan ayat ini dengan
Tauhid Uluhiyah yaitu peribadahan hanya ditujukan
kepada Alloh saja (mengesakan Alloh dengan
perbuatan-perbuatan hamba yang diperintahkan-Nya).
|
-
dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.
|
-
Tidak beranggapan sial dengan burung atau apa saja (tathayyur),
-
Sebagaimana
dalam Tauhid Rububiyah yakni mengesakan Alloh
dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti
menciptakan, memberi rizki, mengatur segala
urusan, menghidupkan, mematikan, dan sebagainya.
-
Disini juga
mencakup Tauhid Uluhiyah, yakni:
-
Kita
tidak takut kecuali kepada Alloh. Alloh
Ta'ala berfirman: "Maka janganlah kamu
takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku,
jika kamu benar-benar orang yang beriman."
(QS. Ali Imron: 175
-
Kita
tidak meminta pertolongan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Hanya
kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu
kami meminta pertolongan." (QS.Al
Fatihah: 5)
-
Kita
tidak memohon perlindungan kecuali kepada
Alloh. Alloh Ta'ala berfirman: "Katakanlah,
Aku berlindung kepada Robb (yang memelihara
dan menguasai) manusia." (QS.An-Naas: 1)
-
Juga dalam Tauhid Asma' Wa Shifat, yakni Al-Jabbaar
(Mahaperkasa, Mahakuasa memaksakan kehendak-Nya
kepada semua makhluk-Nya).
Firman Alloh:
"Dia-lah Alloh Yang tiada Illah (yang berhak
disembah) selain Dia, Raja, Yang Mahsuci, Yang
Mahasejahtera, Yang Mahamemelihara, Yang
Mahaperkasa, Yang Mahakuasa." (QS.Al Hasyr:
23)
-
Benar-benar
bertawakkal hanya kepada Alloh Ta'ala semata. Disini
menyangkut kaitan ayat ini dengan Tauhid Uluhiyah
yaitu peribadahan hanya ditujukan kepada Alloh saja
(mengesakan Alloh dengan perbuatan-perbuatan hamba
yang diperintahkan-Nya). Kita tidak bertawakkal
kecuali kepada Alloh. Alloh Ta'ala berfirman:
"Dan hanya kepada Alloh hendaknya kamu bertawakkal,
jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS.Al
Ma'idah: 23)
|
Jadi
kesimpulannya, Surah Al Ikhlas ini mencakup semua kriteria Masuk
Surga Tanpa Hisab sebagaimana Hadist Hushain bin Abdurrahman.
Hampir semua kriteria itu ada pada masing-masing ayat terutama
kriteria ke-4 yakni benar-benar bertawakkal hanya kepada Alloh
semata, yang menjadi inti dari semua kriteria tersebut. Maka
dari itu, tak perlu disangsikan dan tak perlu diragukan lagi
bahwa mencintai Surah Al Ikhlas maka ia dijanjikan masuk Surga
dengan melihat pembahasan-pembahasan diatas.
Maraji'
:
-
150
Jalan Menuju Jannah, Nayeef bin Mamduh bin Abdul Aziz Aal
Sa'ud.(At Tibyan Solo)
-
Tafsir Karimurrahman, Juz Amma, Syaikh Aburrahman As Sa'adiy.
(At Tibyan Solo).
-
Pelajaran Tauhid Untuk Pemula, Syaikh Abdul Aziz bin
Muhammad Alu Abdul Latif. (Darul Haq Jakarta)
-
Kitab Tauhid, Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab. (Darul
Haq Jakarta)
-
Kitab Tauhid 1, Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan. (Darul
Haq Jakarta)
-
Fathul
Madjid Syarah Kitab Tauhid, Dr.Ibrahim bin Abdurrahman Hasan
Alu Syaikh. (Pustaka Azzam Jakarta)
-
Cara Mudah Memahami Tauhid 1, Syaikh Abdurrahman bin Abdul
Aziz As Sulaimani Al Qor'awi. (At Tibyan Solo)
|