Forum Komunikasi

KARSA KITA

Catatan: Nggak tau kenapa nggak ada satu kata pun yang menyebut nama KIR SMA Negeri 8. Aneh bin ajaib! Padahal kita pemrakarsanya, ada yg ngebajak wartawan nih :)

Setelah lama 'membisu', kiprah KIR di Jakarta bakal memanas lagi.

Sekolah-sekolah di Jakarta Selatan berkomplot bikin forum komunikasi. Tapi kenapa di Jakarta Timur forum serupa justru tersendat?

Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) belakangan ini makin 'memble'. Kiprahnya tak berkobar macam lima-enam tahun lalu. Padahal dulu, kegiatan ini sempat jadi tren. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dulu ikut membakar semangat, ternyata sekarang tak 'seganas' dulu.

Perkemahan ilmiah remaja LIPI yang dulu rutin digelar saban dua tahun, sudah lama macet. Begitu juga dengan wisata remaja dan pameran ilmiah. Kalau untuk LIPI, konon penyebabnya karena dana. Anggaran buat pengembangan Iptek remaja memang makin terbatas. Tapi apa urusannya dengan KIR di sekolah? Mau bergiat toh tak tergantung LIPI? Memang rasanya itulah nasib kegiatan yang kemunculannya karena tren alias musiman. "Dari 100 siswa yang mendaftar jadi anggota KIR di awal tahun, paling banter 10-15 pelajar saja yang mau bertahan," kata Inayah, siswi SMA 66 Jak-Sel.

Sekarang ini yang tren kan bikin pesta musik, bazar, atau pesta sekolah. Sampai sekolah di pelosok pun yang beginian ada. Namun naga-naganya, tahun ini KIR bakal melesat lagi. Setidaknya di Jakarta Selatan, tempat sejumlah sekolah bagus bercokol, sudah terlihat sejumlah aktivis KIR mulai kepanasan. Dan akibatnya terlihat di Gedung LIPI, Minggu, 28 April lalu sekitar 90 pelajar dari 37 sekolah hadir dalam pertemuan peresmian Forum Komunikasi Karsa Kita, sebuah forum komunikasi untuk KIR di SLTA Jak-Sel.

Pertemuan pembentukan forum KARSA KITA yang berlangsung di Gedung LIPI Jakarta Selatan. (click picture to enlarge)

 

Catatan dari Fajar:  Tampak Zainal Abidin (paling kanan), Wakil Ketua Forum KARSA KITA yang juga Ketua Sub Bidang Ekstern SP XXVI SMAN 8 Jakarta. Zainal Abidin ialah salah satu motor utama pendirian Forum KARSA KITA

"Anggaplah ini sebagai proklamasi kebangkitan KIR di Jakarta Selatan," kata Arief, siswa SMA 28 yang menjabat posisi sekretaris forum itu. Lewat wadah ini mereka ingin meningkatkan sikap kritis dan kreatif remaja di bidang iptek. "Kami ingin ikut membangkitkan kembali KIR di sekolah-sekolah," tambah Yuliana Yosepha Sumiati, boss forum ini, dengan semangat yang tak kalah menggebu.

Lewat forum ini kelak akan dijalankan penggalangan informasi. KIR-KIR di sekolah dipantau perkembangannya. Yang kurang gairah tak cuma disuntik semangat, tapi bisa dibantu programnya. Dan yang tak kalah asyik, mereka bisa bikin kegiatan bareng. Kegiatan bareng biasanya akan lebih asyik dan menantang. Pesertanya beragam, dan lebih banyak. Hingga biaya yang membengkak bisa dipiku, lebih banyak siswa. Untuk menjalankan aksinya itu, forum ini mengambil markas di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, Jalan Bulungan, Kebayoran Baru.

GAGASAN LAMA

Dilihat dari semangatnya, ada harapan forum ini tak mengulang lemasnya gairah forum serupa yang dibentuk empat tahun silam. Waktu itu terbentuk Forum Komunikasi Kreativitas Ilmiah Remaja antar SLTA di Jak-Sel dan merupakan bagian dari Seksi Pendidikan Gelanggang Remaja Jakarta Selatan.

Tapi forum itu tak berusia panjang karena lemahnya kaderisasi. Dua tahun kemudian muncul upaya menghidupkan forum itu lagi. Namanya berganti jadi Kerja Sama Kelompok Ilmiah Remaja Jakarta Selatan atau KARSA KITA Kali ini disertai keinginan berdiri sendiri, tak berkaitan dengan gelanggang remaja.

Repotnya, Depdikbud tak membenarkan adanya organisasi sekolah di luar OSIS. Maka kian terlunta-luntalah nasib gagasan itu sampai akhirnya baru Januari silam anak-anak Jak-Sel ini bergerak lagi. Awal semua itu terjadi lewat pertemuan di SMA 6 yang dihadiri 13 sekolah. "Scat itu semua sekolah yang hadir sepakatjadi bagian Badan Perumus," kata Yuliana. Badan itulah yang kelak membentuk Badan Pengurus beserta tetek-bengek Tata Tertib Kerjasama.

"Kami ingin meningkatkan kreativitas dibidang iptek," kata Yu'iani Yosepha Sumiati, Ketua Badan Pelaksana Forum KARSA KITA yang siswi SMA Tarakanita II itu.
"Anggaplah ini proklamasi kebangkitan KIR..," kata Arief, sekretaris dari SMA 28 Jak-SeL

MALAH TERHENTI

Di Jak-Sel, siswa-siswanya boleh saja optimistis KIR akan kembali marak. Namun di Jak-Tim forum serupa yang terbentuk sejak 1988 secara resmi kegiatannya terhenti sejak 1989 lalu. Padahal dengan angota sekitar 30 sekolah, forum ini telah menggelar banyak kegiatan. Mulai dari penelitian di desa Cisalada, Jawa Barat, seminar ilmiah, sampai dialog KIR se-Jakarta di SMA 81.

Salah satu alasan terhentinya forum itu antara lain karena kabarnya ada kekuatiran dari Seksi Kurikulum Kanwil Departemen P dan K bahwa forum itu dimanfaatkan untuk-unsur politis. Setidaknya ini dikatakan oleh Pak Dharsono, guru SMA Muhammadiyah 11 Jak-Tim yang sejak awal paling giat memompa semangat pembentukan forum tersebut. Padahal, menurutnya, dari Pak Soegiyo selaku Kepala Kanwil P dan K sendiri tak terlalu gusar dengan forum semacam itu. "Dan respons LIPI positif sekali lho," tukas Pak Dharsono yang guru biologilepasan IKIP Jakarta itu. Tujuan pendirian forum yang dirintis SMA 36, SMA 39, SMA 54, SMA 59, dan SMA Muhammadiyah 11 itu memang tak jauh beda dengan KARSA KITA. "Untuk membiasakan peserta KIR berdiskusi sekaligus tukar menukar informasi hasil penelitian," jelas Pak Dharsono.

Ada apa sebetulnya? Menurut Pak Teuku Hairul, Kepala Bagian Peningkatan Kesadaran Iplek LIPI, sejauh hanya sebuah forum, sebetulnya Kanwil P dan K tak keberatan. "Lain halnya kalau sudah mengarah jadi organisasi," tuturnya. Terus terang, is amat menyambut baik upaya membangkitkan KIR. Apalagi kini dana untuk pengembangan iptek remaja kini sudah disediakan lagi. Pembentukan KARSA KITA sendiri dilakukan secara legal, bahkan peresmiannya dihadiri pejabat P dan K segala. Malahan Kepala Kanwil P dan K DKI duduk sebagai pelindungnya.

Toh meski forum di Jak-Tim sudah lama vakum, kegiatan KIR antar sekolah di sana tak otomatis padam. Beberapa KIR sekolah di sana masih mengadakan kegiatan yang mengundang rekan-rekannya yang dulu bergabung dalam forum. "Hanya saja, ada beberapa sekolah yang enggan hadir jika tak ada persetujuan Kakanwil P dan K DKI," ujar Pak Dharsono. Bahkan dalam pertemuan informal, ketua-ketua KIR di sana tersembul keinginan membangkitkan forum itu kembali. "Kalau mendengar berdirinya KARSA KITA, pasti mereka makin panas," kata Pak Dharsono.

INGIN TAHU

Toh meski demikian, kemajuan dan kebangkrutan KIR di sekolah sebetulnya tak sepenuhnya tergantung pada ada atau tidak adanya forum. Kebanyakan itu lebih berpangkal pada kesempatan yang diberikan oleh sekolah. Tak heran kalau Drs Soegiyo pernah berpesan kepada tiap Kepala Sekolah agar membantu tumbuh berkembangnya KIR. Misalnya dengan memberi bantuan sarana dan dana. Inilah yang sering jadi soal. Kadang bimbingan dan sarana sulit diperoleh siswa.

Persoalan berikutnya ialah kemauan siswa itu sendiri. Seringkali acara presentasi ilmiah diundur-undur lantaran kurangnya makalah. Menurut Pak Dharsono, minimnya makalah ilmiah itu karena rasa ingin tahu yang kurang di antara siswa sendiri. "Minat baca yang rendah juga jadi hambatan," tambahnya. Karena itulah, menurutnya, jika forum atau KIR di sekolah ingin maju maka yang pertama harus dipompa ialah rasa ingin tahu dan `kerakusan' membaca. Akan halnya KARSA KITA sendiri bukanlah sebuah organisasi layaknya sebuah OSIS. Ini hanya sebuah forum. Oleh karenanya, disini tak dikenal adanya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Yang ada hanyalah Tata Tertib Kerjasama.

Dari mana forum ini membiayai kegiatannya? Menurut Debi Arsanti, bendahara yang bersekolah di SMA 82 Jalan Daha, kas forum didapat dari uang pendaftaran yang besarnya Rp 2500 untuk tiap KIR. Lalu ada uang iuran Rp 2000 per bulan. Selebihnya mereka cari sendiri lewat donatur. Dalam waktu dekat ini rencananya forum akan segera menggeber aktivitasnya. Mulai dari pendataan KIR-KIR, seminar ilmiah, sampai perkemahan alias science camp yang bakal dilangsungkan Desember mendatang. Nah, jika kalian berhubungan, silakan kontal sekretariatnya di Gelanggang Remaja Jakarta Selatan, Jl. Bulungan Blok C, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

(ag; dhw).

Hosted by www.Geocities.ws

1