My Words inside My World

Article

   

                                                                                                HOME     About Me     My Journey          Gallery

Text Box:  
My Cerpen, Dedicated to My Belove Mom ^^
 
KEBERHASILANKU ADALAH UNTUK IBU
Malam ini, udara dingin begitu menusuk rapatan tulang rusuk. Gemercik hujan juga turut turun melengkapi keheningan malam itu. Di samping jendela kamar apartemen tercintaku, aku menatap luas kearah cakrawala yang kelam tertutup kabut hitam. Tiada bintang ataupun bulan. Malam itu tampak begitu sepi , sesepi hati ini yang sendiri di tanah rantau .
Missouri, itulah daerah yang saat ini menjadi tempat singgah belajarku selama kurang lebih 4 tahun kedepan. Sebelumnya, tak pernah sedikitpun terbayang di benakku sampai di bagian dari negeri Paman Sam ini. Meninggalkan keluarga, demi mengejar masa depan nan indah nantinya. Aku kembali hanyut dalam  lamunanku. Teringat sesosok wanita tegar yang menginspirasi hidupku selama 18 tahunini , dialah ibuku. Ibu sekaligus guru terhebat dalam hidupku. Dalam hati aku berbisik ‘’ ibu, aku merindukanmu,aku ingin menciummu”.Namun tak lama setelah itu sesosok kawan baru mengagetkanku . “apa yang sedang kamu lakukan di sini ?” katanya lembut. Aku terbangun dari lamunanku. “emb, tidak apa-apa, aku hanya teringat ibuku” jawabku seraya  memeluk kawan tercintaku. Tak terasa, air mata ini mengalir membasahi pundak Jasmine. “ aku sayang ibuku, aku merindukannya. aku ingin dipeluknya” ucapku tersendat dalam pelukan Jasmine. “tenang  Selma, ibumu juga pasti merindukanmu disana, jangan khawatir, semuanya akan baik baik saja.” kata Jasmine menenangkanku.
“duduklah, kamu bisa cerita apa saja yang sedang kamu rasakan sekarang, aku akan membantumu semampuku .”Akupun ditutunnya menuju ranjang tempat kami biasa istirahat. Entah apa yang membuatku kembali mengingat memori kelam itu, perlahan aku mulai berbagi kisahku dengan Jasmine.
Jogjakarta, 2008                                                                                                                
Matahari pagi mulai memancarkan sinarnya. Burung- burungpun bersahut sahutan meramaikan aktivitas di sebuah desa kecil di piggiran kota Jogjakarta. Pagi itu aku sedang bersiap siap untuk berangkat sekolah. Menjadi seorang siswa kelas 3 SMA N 1 Gunung Kidul yang mulai disibukkan dengan kegiatan persiapan UN dan lain-lain. Kedua adik kecilku tampak sedang bermain dengan kreatifitas mereka. Namun lain halnya dengan ibu dan ayahku. Ibu sudah mulai menjajakan dagangannya sejak subuh tadi. Ya, ibuku adalah seorang penjual sayur keliling di desa tempat ku tinggal. Setiap hari, ia harus menjajakan dagangannya untuk tambahan pemasukan kami. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa itu pekerjaan yang tidak baik dilakukan oleh seorang istri, namun tidak untuk keluargaku. Apapun jenis pekerjaannya, selagi itu halal dan menghasilkan uang, pasti akan dilakukan. Dan ayahku, ia adalah seorang buruh bangunan yang hanya bekerja apabila ada yang menyuruh. Jika tak ada seorangpun yang membutuhakan tenaganya, biasanya ia hanya mencari kayu bakar dikebun yang nantinya akan di jual ke pengepul.
Kami tinggal dengan sangat sederhana, tapi kami tak pernah sedikitpun mengeluh dengan keadaan ini. Karena kami yakin, Allah selalu punya rahasia dibalik semua hal yang aku dan keluargaku jalani. Malah kami selau bersyukur karena setidaknya kami masih bisa makan setiap harinya. Karena hari itu ayah tidak bekerja, aku langsung mengambil tas sekolahku dan berpamitan pada ayah.
“yah, Selma berangkat ya. Assalamu’alaykum.” Ucapku sambil mencium tangan ayah. 
“wa’alaykumussalam, hati hati ya nak.”
“ iyaaa yah “ jawabku singkat.
 ***
         Sesampainya di sekolah, aku telah disambut oleh burung burung kecil yang bertengger di pohon beringin yang berada tepat di pintu gerbang sekolahku. Hmm, amboi rasanya. Akupun terus berjalan memasuki koridor sekolah. Sesampainya di bangsal utama, seorang sahabatku berteriak memanggil-manggil namaku. 
“Selamaaaa, Selmaaaaa...” jerit Arum yang mengetahui kedatanganku.
“Hai, ada apa rum? Kok kamu lari-lari gitu sih ?ada hot news ya?” tanyaku dengan muka polos.
Aku semakin dibuat bingung oleh sikap Arum yang senyum-senyum dengan melirik papan pengumuman yang ada di dekat bangsal. Aku melihat banyak siswa berdiri berdesakan disana.
“ayo cepat ikut aku, kamu harus segera tahu berita bagus ini.” Ucap Arum seraya menarik tangan kiriku. Aku pun tak mampu mengelak dan mengikuti Arum menuju papan pengumuman di bangsal. Kami langsung mendesak masuk melewati siswa-siswa yang sedang berdiri disana.
“Lihat ini!! kamu berhasil Sel, kamu akan pergi ke luar negeri sebentar lagi, kamu hebat! “ ucap Arum dengan begitu bersemangat.
“ a..aa..akuu, aku berhasiiilll !! aku berhasil Rum, aku lolos tes.” Jawabku tersendat dan langsung memeluk Arum. 
Ya, 3 bulan yang lalu aku mengikuti tes SAT dan TOEFL di Jakarta untk mngikuti tes seleksi ke Amerika yang diadakan oleh Pemerintah. Dan hari ini adalah pembagian hasil tes tersebut. Aku bahkan lupa jika hari ini adalah harinya.Karena  jujur, aku merasa pesimis akan hasil tes tersebut. Tapi ini sungguh terasa seperti sebuah keajaiban yang datang. Nilai TOEFL dan SATku menduduki peringkat pertama dari 8 siswa seJogjakarta. Puas melihat nilai TOEFL dan SATku terpampang jelas di papan pengumuman, aku dan Arum menuju kelas untuk memulai kegiatan belajar mengajar. Sepanjang hari ini, aku merasa sangat bahagia dan semangat untuk menjalani hari ku di sekolah.
Tepat pukul 14.00, jam pelajaran berakhir. Bel pun berdering tanda kami harus kembali kerumah.Siswa siswi langsung berhamburan untuk pulang ke rumah masing-masing. Sama seperti yang lain, akupun pulang bersama Arum dengan mengendarai angkutan kota.
***
Sesampainya dirumah, aku merasa tak sabar unyuk segera memberitahukan berita gembira ini pada ibu dan ayah. 
“assalamu’alaikum ibu, ayah . Selma pulang” ucapku memberi salam. Namun tak ada seorangpun yang menjawab salamku. Aku segera menuju kamar ibu. Tetapi aku mendapatinya sedang beristirahat karena mungkin ibu terlalu lelah setelah menjual dagangannya tadi. Akupun memutuskan untuk menunda memberitahu berita bahagia ini. Aku tak melihat ayah dirumah, mungkin ia sedang mencari kayu bakar dikebun. 
Hari pun beranjak petang, matahari menenggelamkan sinarnya diufuk barat. Perlahan aktivitas di desa kami mulai hilang. Orang-orangpun berbondong-bondong menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Ayah yang baru saja pulang dari kebun bergegas untuk mandi dan bersiap siap untuk shalat. Melakukan shalat maghrib berjamaah adalah salah satu kebiasaan dikeluarga kami. Setelah melakukan shalat berjamaah dan makan malam, akupun memberanikan diri untuk bicara kepada ayah dan ibu perihal urusan ke luar negeriku. Aku sempat merasa takut, apabila ibu dan ayah tidak mengijinkanku.Namun aku berusaha melawan rasa takut itu dengan bicara perlahan lahan dengan ayah dan ibu.
“ayah, ibu, Selma ingin bicara sesuatu” ucapku ragu ragu.
“bicaralah sayang, ada hal penting apa?” tanya ayah. 
“tadi pagi hasil tes SAT dan TOEFL  yang Selma lakukan di Jakarta telah keluar. Dan sebagai hasinya, Selma menduduki peringkat pertama dengan nilai SAT 96 dan TOEFL 92. Itu berarti Selma ada kesempatan untuk ke Amerika.oh iya, semua biaya transportasi akan ditanggung oleh pemerintah.Dan sekarang, Selma ingin meminta pendapat ayah dan ibu mengenai hal tersebut. Bagaimana Yah, Bu ?
“alhamdullilah, anak ayah memang benar benar hebat. Itu sungguh hasil yang luar biasa. Selamat ya nak, ayah bangga mempunyai anak seperti Selma. Emb, ayah setuju saja jika Selma akan pergi ke luar negeri. Tapi yang menjadi halangan sekarang, kondisi keuangan keluarga kita sangat kekurangan nak, jadi itu tidak mungkin untuk memberangkatkan Selma ke Amerika. Ayah tak punta cukup banyak uang.” Kata ayah dengan wajah yang sedikit sedih.
“tidak, Selma harus berangkat ke Amerika. Ibu yang akan mengusahakan bagaimanapun caranya agar Selma bisa berangkat. Anak kita itu pintar dan cerdas, jadi apapun masalahnya Selma harus tetap berangkat !! setidaknya, masa depan Selma akan sangat terjamin disana” ucap ibu yang menolak pendapat ayah.
“tapi bagaimana caranya ? berhutang? Kita sudah terlalu banyak hutang bu. Tidak mungkin kalau kita minta bantuan kepada ibumu yang pelitnya setengah mati! “
“tidak, aku tidak bilang begitu. Aku yang akan kerja lebih keras lagi untuk keberangkatan Selma.”
Aku semakin tak mengerti dengan persiteruan  yang terjadi sekarang, aku ini hanya  meminta pendapat dari ayah dan ibu. Bukan untuk mengadu mereka sampai beradu pendapat seperti sekarang.
“sudah sudah !! jangan buat Selma bingung yah,bu. Tapi Selma sangat ingin berangkat ke Amerika. Itu cita-cita Selma sejak kecil. Tapi Selma juga sadar akan kondisi keluarga kita. Selma mohon, jangan jadikan masalh ini semakin rumit.” Ucapku sambil menitikkan air mata.
“ tenang sayang, kamu akan pergi. Percayalah. Allah yang akan membantu kita. Jika ayahmu tidak setuju, biarkanlah. Tapi ibu akan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan mimpimu Nak” kata ibu sambil memeluk dan membelai rambutku.
Suasana seketika menjadi hening. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan lagi. Berita ini justru hanya menambah masalah baru. Setelah melihat aku menangis karena kecewa dengan jawaban ayah, ayahpun akhirnya mengerti dan mengijinkanku untuk pergi ke Amerika. 
                6 minggu setelah itu, aku siap untuk berangkat ke Missouri yang menjadi tujuan tinggalku selama 4 tahun nanti. Ibu yang menyiapkan semua kebutuhan keberangkatanku dari hal sekecil apapun itu. Aku merasa sangat sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga kecil yang sangat aku cintai. Apalagi jika mengingat aku hanya bisa kembali setelah 4 tahun lagi. Rasanya aku tak sanggup jauh dari mereka. 
                Waktu telah menunjukkan pukul 08.00. hari ini adalah hari keberangkatanku ke USA. Siap tidak siap, aku harus merelakan semua kenangan manis yang harus kutinggalkan dari kota Jogjakarta yang idah ini. Ayah, ibu, Arum dan kedua adikku ikut mengantarkanku sampai Bandar Udara Adi Sucipto. Sepanjang jalan menuju bandara, aku tak henti hentinya memeluk ibu dan kedua aduk kecilku. Air mata tak terbendung lagi untuk keluar. Aku merasa tak sanggup, aku tak sanggup berpisah dengan keluargaku terutama ibu. Tak terasa, kami telah sampai di depan gerbang bandar udara Adi Sucipto. 
Aku dan keluarga turun dari mobil yang kami sewa. Ayah membawakan koper yang akan aku bawa menuju USA nanti. Waktu memang sangat tepat, baru saja turun dari mobil, tiba tiba ada panggilan dari pramugari untuk penumpang tujuan Missouri bahwa check in telah dibuka karena pesawat akan berangkat 1 jam lagi. Aku semakin menangis tersedak dalam pelukan ibu dan Arum.
“Selma sayang, pergilah. Kesuksesan telah menunggumu. “ kata Arum menyemangatiku.
“iya nak, pergilah. Ibu dan ayah yakin kamu pasti sukses.” Ucap ibu seraya membelai rambutku. 
Aku semakin tak bisa menahan air mataku. Air mata ini terus mengalir tak henti henti. Tiba-tiba ibu mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Ia memberiku kalung berliontin alqu’an yang dipasangkannya di leherku. Ibupun berkata”saat di USA nanti, jangan pernah tinggalkan shalat dan Allah ya sayang. “ akupun hanya menganguk dan memeluk ibu lagi. Karena panggilan untukku kembali disiarkan, aku pun mengambil koperku dan menuntunnya memasuki ruangan check in. Ibu, ayah, dan Arum tampak begitu sedih melihat kepergianku. Mata ini tak bisa lepas dari pandangan ibu yang berdiri di luar ruangan check in. Kuatkan aku ya Rabb. Ucapku dalam hati. Akupun berjalan meninggalkan ibu dan keluargaku, untuk masa depanku.Aku yakin, aku akan kembali denagn membawa kesuksesanku dan merubah nasib keluarga ku. terutama untuk ibu yang telah memperjuangkan segala cara untuk keberangkatanku.
***
“Tenanglah sayang, lusa kita akan pulang ke Indonesia. Dan sebentar lagi kamu akan bertemu dengan keluargamu disana. Tidurlah, ini sudah malam. Tak baik untuk kesehatanmu” ucap Jasmine yang sedari tadi duduk disampingku sambil mendengarkan cerita ku.
“aku sungguh merindukan ibu, aku tak sabar ingin pulang” kataku dengan Jasmine  masih dengan suara serak yang tersendat.  “Aku tahu itu, toh lusa kita akan segera pulang. Dan kamu akan pulang dengan membawa gelar Magistermu itu. Kamu harusnya bangga dan senang dong Sel. Kenapa sekarang malah jadi sedih dan loyo gitu? Sudah, tidurlah sekarang. Besok pagi kita masih ada banyak kegiatan” Ucap Jasmine yang terlihat sedikit kesal. Aku pun menghapus air mata yang membanjiri piyamaku menggunakan tisu. Direbahkannya tubuh ini ke kasur tempat istirahatku dan Jasmine juga menyelimuti tubuhku dengan selimut warna cokelat yang dibawakan ibu saat itu. Akupun larut dalam mimpi yang menghiasi tidurku malam ini.
 
 
 

  Website counter