GIGOLO CYBER MEDIA
Oleh : Nr
Co
hangat, 23 tahun, cakep, baby face, tinggi/berat 167/57,
body atletis siap melayani cewek kesepian. Jika Anda seorang cewek
yang siap mengeluarkan kocek, nego bisa menghubungi ke nomor
08174536XX 20:00 - 05:00 atau lewat email
[email protected]
Demikian teks salah satu pesan di salah satu situs internet.
Belakangan diketahui situs-situs tersebut tak lain adalah sarana
para gigolo berpromosi.
Tentu saja, tante girang yang membutuhkan gigolo makin dimanjakan
dengan hadirnya berbagai situs di dunia maya, yang isinya menawarkan
jasa untuk keperluan penuntasan birahi. Ratusan situs tersebar,
mulai home page pribadi mulai nebeng di home page lain dengan
kedok samar-samar. Ujungnya tetap sarana jual beli kepuasan seks.
Tengok situs resmi dengan nama PSK directory, dimana jika kita
menjelajah lebih jauh berisi daftar gigolo dan wanita panggilan di
seluruh Indonesia.
Tempat pelacuran online ini selain menyajikan informasi data asli
tentang para gigolo, juga menyebutkan nomor kontak yang bisa
langsung dihubungi. Di situs tersebut tercantum pula tentang kondisi
fisik hingga daerah dimana para gigolo itu tinggal.
Modusnya, setelah menemukan data diri dan memilih gigolo yang hendak
dibidik, umumnya para ‘wanita gatal’ akan mengontak via telepon.
Apabila ada yang malu-malu untuk butuh layanan ranjang, biasanya
para gigolo itu menyediakan email sebagai kontak awal dengan para
pelangganya.
Untuk membuktikan, Exo
menghubugi sebuah nomor ponsel seorang gigolo yang terdapat di salah
satu situs. Salam lembut mengalun dari seberang telepon. Suara empuk
dan ‘hangat’, seolah-olah telah mengenal lama. Dengan berdalih ada
teman yang membutuhkan jasanya, Exo mencoba ‘memancing’ pembicaraan.
Dika, demkian
lelaki itu menyebut namanya. Meskipun terlihat fasih dan lancar
bicara, namun dari segi pemikiran sepertinya belum begitu
profesional. Mungkin jika yang memancing telepon adalah perempuan,
adalah hal wajar. Mungkin ia adalah konsumen, Namun yang memancing
adalah laki-laki. Ternyata Dika tetap ‘well come’.
“Ada
temanku butuh teman kencan. Bisa bertemu malam nanti?” pancing Exo.
Tanpa curiga, suara Dika kembali terdengar. Intinya pria itu tidak
keberatan. Yang cukup mengagetkan ketika selanjutnya Dika menayakan
apakah tentang calon konsumennya.
“Sory, ngomong-ngomong, temannya cantik nggak?” tanya Dika. Tetap
dengan berdalih agar pertemuan terlaksana, Exo sengaja
melebih-lebihkan ‘konsumen’ yang bakal berkencan dengannya. Dika
setuju. Selasa malam pekan lalu, sebuah cafe di salah satu pusat
perbelanjaan terbesar di Jakarta Pusat menjadi saksi pertemuan kami.
Dika datang tepat waktu. Sebuah servis awal yang memuaskan. Awalnya
Dika sempat bingung, sebaba katanya ada teman wanita yang ingin
membukingnya. Setelah dijelaskan bahwa wanita yang ingin kencan
dengannya belum datang, dia bisa ngerti.
Sambil menunggu kedatangan wanita ‘fiktif’, Exo mulai
memancing-mancing pertanyaan seputar kiprahnya. Menurutnya, kenapa
ia tidak curiga ketika yang menelepon suara laki-laki, ternyata Dika
tidak hanya melayani tamu wanita, namun juga lelaki alias biseks.
Saat diburu tentang promosinya di situs internet, Dika memaparkan
bahwa segmen yang hendak dibidik adalah menengah keatas. “Rata-rata
pengguna internet minimal dari kelas menengah keatas. Jadi cara itu
lebih efektif ketimbang pasang iklan di koran,” kata Dika
Ditambahkan bahwa situs-situs yang menawarkan jasa gigolo ini
diharapkan menjadi sarana mengekspresikan gejolak dan hasrat seks
para sexmania. “Sesungguhnya seks itu sangat indah, jika tidak
dibatasi oleh faktor-faktor ‘luar’ termasuk aturan-aturan yag
dibikin manusia,” tutur Dika seolah membenarkan apa yang selama ini
dilakoni.
Dika berasumsi, bahwa kehadirannya justru sebagai dewa penolong.
“Kebanyakan wanita-wanita hanya bisa berpura-pura. Mereka banyak
yang tersiksa, lantaran yang dubutuhkan hanyalah pengabdian dan
kewajiban sebagai seorang istri. Saya hanya ingin membantu mereka,”
jawabnya tanpa beban.
Hal itu tentu menjadi menarik. Belum lagi makin maraknya situs yang
menjajakan gigolo ini sepertinya tak tersentuh hukum. Makin hari
keberadaannya makin berani hingga memenuhi situs-situs lain yang
tidak masuk dalam kategori tiple X.
Bahkan lebih gilanya
seperti dalam situs www.gigolo.com. Seorang gigolo asal Indonnesia
yang mengaku bernama Hardi malah memajang fotonya. Selain itu,
data-data tentang ciri fisiknya, turut melengkapi tampilan di layar
monitor.
Selain itu, banyak situs
sejenis dengan menampilkan menu ‘istimewa’. Tidak sekedar data diri
hingga foto-foto yang dipajang jelas, namun juga terdapat sajian
cerita tentang gigolo hingga tempat mangkal dimana mereka berkiprah.
Tidak hanya di Jakarta namun juga dikota-kota besar di Indonesia.
Situs-situs ganas itu diantaranya sanggrahan, recehan. gayaddress,
dan andy.tmn.*
***
Diana (45)
SEMINGGU EMPAT KALI
Oleh : Nr
Bagi
Diana, memburu gigolo dilakoni lantaran nafsu seks diusia
senjanya justru makin menggebu. Sementara untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut, diakui suaminya telah angkat tangan. Lebih jauh dikatakan
ibu dua anak yang bersuamikan seorang pejabat salah salah satu
institusi pemerintah di Jakarta Pusat ini bahwa apa yang dilakoni
secara tidak langsung telah mendapat ‘restu’ dari suaminya.
“Habis mau bagaimana lagi.
Suamiku sudah angkat tangan. Kami ngga mau ribut apalagi sampai
cerai. Malu sama anak-anak. Solusinya kayaknya hanya itu,” papar
Diana. Dikatakan bahwa awalnya suaminya juga tidak setuju dan
menentang keras. Namun akhirnya luluh juga.
Meskipun secara tak
langsung setuju, namun untuk jadwal ‘membeli’ gigolo, tentu saja
dilakoni secara diam-diam alias tidak harus selalu pamit pada
suaminya.
“Dia ngerti kok. Pokoknya
kalau aku bilang mau pergi, ia nggak mau banyak tanya,” tegas wanita
yang mengaku ‘jajan’ gigolo bisa empat kali dalam seminggu.
Ditambahkan bahwa itupun sebenarnya masih kurang, namun lantaran ada
perasaan tidak enak, terkait dengan urusan kocek, dimana untuk
sekali kencan tak kurang dari Rp. 1 juta harus dikeluarkan, Diana
akhirnya harus puas dengan jadwal tersebut.*
***
Evita (36)
DIRESTUI SUAMI
Oleh : Nr
Awalnya
kegemaran berburu gigolo bagi Evita dijalani hanya sebatas mencari
variasi seks. “Aku bosan dengan permaianan suamiku yang itu-itu
melulu. Atas saran seorang teman, aku diminta ‘mencicipi’ laki-laki
penjaja seks (gigolo-red) yang katanya memiliki gaya seks yang
dahsyat.
Tetap dipandu teman-teman
yang sebelumnya sempat merasakan kehebatan para gigolo, Evita diajak
kongkow disebuah kafe ternama di pusat perbelanjaan papan atas yang
berada dibilangan S Jakarta Selatan.
“Agak kikuk juga
sih, apalagi saat saya diketemukan dengan laki-laki muda, ganteng
dan postur tubuhnya benar-benar gagah. Tak bisa kebayang deh. Dalam
benak saya, tentu pemuda yang kala itu duduk di depan saya, juga
benar-benmar gagah di ranjang,” kenang Evita.
Hanya untuk mendapatkan
variasi seks semata pada awalnya, sore itu akhirnya ia membuking
sang gigolo dengan tarif Rp. 1,5 juta di sebuah hotel bintang tiga
dibilangan Jakarta Pusat.
Apa yang selama ini hanya
menjadi mimpi Evita, seputar urusan ranjang, benar-benar didapatkan.
Sore itu wanita asal Sumedang Jawa Barat ini mengaku benar-benar
merasakan puncak kenikmatan yang selama ini tak didapatkan ketika
bersebadan dengan suaminya.
Pengalaman pertama itulah
yang akhirnya membuatnya ketagihan, berikut berpetualang sebagai
pemburu gigilo. Tentu saja, dalam aksinya, suaminya sama sekali
tidak tahu sepak terjangnya.*
***
Dea (40)
NIKMAT
LUAR BIASA
Oleh : Nr
Sebelumnya
Dea cuma pehobby chating di internet. Alasannya, sebagai pengusir
rasa sepi. Maklum, suaminya yang seorang pengusaha adalah laki-laki
super sibuk. Dari sekedar mengklik situs di internet, iseng-iseng
Dea menjelajahi sebuah situs yang membuatnya penasaran. Situs
tersebut tak lain menawarkan jasa-esek-esek layanan gigolo janjinya
menebar kenikmatan.
Dea tertarik, apalagi
nomor ponsel di situs tersebut jelas-jelas disebutkan. Iseng-iseng
ia menghubungi nomor tersebut. “Waktu aku telpon, aku dengar
suaranya ramah, sopan dan dewasa banget. Entah perasaan apa,
tiba-tiba hatiku tergetar ingin bertemu dengan laki-laki yang
mengaku bernama Daniel itu. Akhirnya aku janjian disuatu tempat,”
tutur Dea
Dari pertemuan pertama itu,
Dea mengaku tak langsung tembak. “Aku hanya sering menelepon dia,
ngobrol sana sini, hingga akhirnya kali kedua aku bertemu dengannya.
Dia cerita semua pengalamannya hingga kenapa ia berbuat begitu,”
tambah Dea.
Kejujuran itu
justru membuat hati Dea luluh. Ia mulai membantu kebutuhan Daniel.
Awalnya ia tak berharap imbalan. Termasuk seputar pemuasan hasrat
wanitanya. Namun dua bulan berselang sejak perkenalan itu, Dea
mengaku tertarik. Hingga saat Daniel mengajak chek in, ia tak
menolaknya.
“Aku nggak
menyangka, tertanyata promosi yang ditawarkan di internet
benar-benar ada faktanya. Aku merasakan nikmat yang lain dan
membuatku ketagihan,” lanjut Dea yang lantaran takut kehilangan
Daniel, dia sengaja ‘memelihara’ gigolo itu.*
***
Thung Ju Lan,
Sosiolog
TIDAK
MERUGIKAN
Oleh : Zul
Bicara
gigolo berarti kita bicara kelompok kecil yang
termarginalkan. Gigolo yang marak di Jakarta karena pengaruh budaya
yang berkembang. Gigolo juga menyangkut masalah mempertahankan hidup
dalam dunia yang penuh persaingan.
Dalam kacamata Thung Ju
Lan, sosilog dan pengajar di Universitas Indonesia, jika dilihat
dalam lingkup ilmu sosiologi, gigolo adalah gejala umum yang wajar
berkembang. Karena penyimpangan seperti itu mengikuti pikiran
manusia yang selalu berkembang.
Di Indonesia, gigolo
dikaitkan dengan agama, etika moral, dan hukum. Padahal dalih-dalih
tersebut tidak bisa mengatur ketimpangan yang terjadi dalam
masyarakat. Kalau ditanya, apakah profesi gigolo itu, harus diatur
negara atau masyarakat, maka persoalan itu akan rumit.
“Profesi gigolo tidak
merugikan orang lain. Kalau kita bicara fenomena itu, maka kita
bicara Hak Asasi Manusia (HAM),” terang Thung yang di temui Exo
Selasa siang (06/10).
Dikatakan bahwa dalam satu
sisi kehadiran gigolo ini tidak merugikan orang lain, karena apa
yang dia perbuatan ada sisi positif dan negatifnya. “ Jadi dalam
fenomena gigolo ini, akan sulit kalau kita bicara harus begini dan
begitu. Dunia sekarang tidak ada yang bicara ‘harus’ lagi,” kata
Thung.
Untuk meminimalkan gigolo
atau orang yang bertabiat aneh-aneh, menurutnya kita harus
meminimalkan ketimpangan yang ada di masyarakat. Persoalannya
profesi gigolo itu, menyangkut persaingan hidup. “Orang melakukan
perbuatan itu adalah orang yang mencari identitas diri untuk
mempertahankan hidup,” lanjutnya.
Ditambahkan, bahwa gigolo
itu berbuat hal yang aneh-aneh karena aturan yang ada hanya membela
kelompok tertentu. Padahal aturan dibuat untuk mengakomodir semua
kelompok dalam masyarakat. “Gigolo itu kan, manusia juga. Perlu
perlindungan hak sebagai warga negara. Mereka harus kita dekati
melalui komunikasi yang wajar. Berikan hak yang sama seperti warga
yang lain. Jika kita memperlakukan mereka seperti itu, maka tidak
akan ada orang yang berlaku aneh-aneh di dunia ini,” ujarnya.
Dalam dunia modern
penyimpangan akan terus terjadi, karena penyimpangan itu,
menyangkut cara bersaing. Jika mereka bisa menciptakan prilaku aneh
maka orang tersebut akan menang dalam persaingan.*
|