Renungan Harian Tentang Bertobat Dengan Sungguh

Bacaan Ayat Alkitab

Yehezkiel 33:19 - Sebaliknya, kalau orang fasik bertobat dari kefasikannya dan ia melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup karena itu.

Renungan Harian

Sejak manusia pertama jatuh ke dalam dosa, dosa dan tabiat dosa mengikuti dan menjadi bagian dalam diri manusia sehingga kita dilahirkan ke dalam dunia dengan segala kecenderungan hati untuk selalu melakukan kejahatan (baca Kejadian 6:5). Daud menyadari hal itu dan berkata, "Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku." (Mazmur 51:7). Jadi, sesungguhnya kita ini adalah manusia berdosa yang pantas untuk menerima hukuman.

Namun kita patut bersyukur kepada Allah, Bapa kita, yang oleh karena kasihNya menganugerahkan PuteraNya, Yesus Kristus, untuk mati di salib. Darah Kristus mendamaikan kita dengan Allah, kita tidak lagi menjadi seteru Allah. Kristus "...telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran." (1 Petrus 2:24). Setelah menerima anugerah keselamatan kita harus dengan sungguh-sungguh hidup dalam pertobatan. Kita harus bertobat dari dosa! Kita tidak dapat menerima anuegerah Tuhan lalu tetap tinggal dalam dosa, karena Tuhan telah mencurahkan anugerahNya sewaktu kita masih berdosa dan kini dosa kita telah diampuni dan kita disucikan. Hidup dalam pertobatan itu suatu perintah, bukan sekedar himbauan!

Kita harus dengan sadar meninggalkan dan menolak segala perbuatan dosa. Karena itu mari mencermati hidup kita, hal-hal apa yang sekiranya akan menyeret kita lebih jatuh ke dalam dosa: apakah lingkungan, tontonan atau bacaan yang negatif, serta pergaulan kita, sebab "Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik." (1 Korintus 15:33) dan "Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang." (Amsal 13:20). Semua perbuatan daging (baca Galatia 5:19-21) harus ditinggalkan.

Kita harus berhenti berbuat dosa dan menghindarkan diri dari jebakan dosa itu. Kita memang masih hidup di dunia yang penuh dosa, namun kita harus memilih untuk hidup sesuai kehedank Tuhan setiap hari, karena pertobatan tidak dapat dilakukan hanya sekali seumur hidup, melainkan suatu proses terus-menerus dalam hidup kita.


**Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 September 2009


 


Renungan Harian Tentang Tinggalkanlah Semua Kejahatan

Bacaan Ayat Alkitab

Roma 2:1-8 - tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman.

Renungan Harian

Sering kita lihat di televisi dan juga berita di surat kabar banyaknya demonstrasi di negara kita: tawuran antarsiswa, perselisihan antargolongan yang disertai baku hantam dan lainnya. Akhir-akhir ini sedikit masalah saja akan mudah menyulut emosi seseorang dan mengakibatkan permusuhan serta pemberontakan. Orang-orang tidak lagi tunduk dan menghormati otoritas, lebih suka melakukan apa saja yang ingin mereka lakukan meskipun hal itu bertentangan dengan hukum.

Ternyata ini tidaklah mengejutkan karena Alkitab sudah menyatakan bahwa kebanyakan orang "Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik," (2 Timotius 3:2b-3). Paulus mengatakan banyak orang tidak tahu berterima kasih. Meski sudah menerima banyak bantuan dan pertolongan mereka tidak mau mengungkapkan rasa terima kasih, sebaliknya malah mengharapkan lebih banyak lagi.

Kuatnya pengaruh dunia yang serba gemerlap ini membuat kekudusan menjadi suatu hal yang sangat langka dan sulit ditemukan dalam diri seseorang. Tetapi bagi kita yang menyebut Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat haruslah meninggalkan semua dosa dan membuangnya jauh-jauh! Bila kita menyebut diri pengikut Kristus tetapi masih dengan sengaj berbuat dosa berarti kita adalah orang-orang yang munafik! Dengan keras firmanNya berkata, "barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya." (1 Yohanes 3:8a). Seseorang yang telah menundukkan dirinya sendiri kepada nafsu kedagingan dan tidak ingin keluar dari kondisi itulah yang disebut Tuhan berasal dari Iblis.

Ketika kita bermain-main dengan dosa, tinggal menunggu waktu saja sampai dosa itu menghanguskan kita sendiri. Dosa memang memberi kenikmatan tetapi hanya untuk sesaat. Dan bila kita membuka sedikit saja celah, dosa akan menghancurkan hidup kita. Itulah yang dikehendaki Iblis! "Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani," Roma 2:9


**Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 24 Agustus 2009

 

 


Renungan Harian Tentang Haus dan Lapar Akan Tuhan

Bacaan Ayat Alkitab

Lukas 6:21 - Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.

Renungan Harian

Menjadi Kristen bertahun-tahun bukanlah jaminan seseorang mengalami pertumbuhan iman atau menjadi dewasa rohani. Untuk mengalami perubahan dan pembaharuan dari waktu ke waktu seseorang harus memiliki rasa haus dan lapar secara rohani. Mungkin kita dapat 'berpura-pura rohani' dengan rajin ke gereja, namun kita tidak dapat membohongi Tuhan karena Dia tahu benar motivasi hati kita: apakah kita benar-benar punya kerinduan bertemu Tuhan dengan penuh rasa haus dan lapar, atau kita datang beribadah sekedar menjalankan kewajiban dan rutinitas belaka?

Rasa haus dan lapar itulah yang membedakan kualitas masing-masing orang. Yesus berkata, "Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." (Matius 5:6). Rasa haus dan lapar itu mendorong orang mendapatkan lebih banyak lagi dari Tuhan. Ia akan memiliki kerinduan yang begitu dalam kepada Tuhan, bukan sekedarnya; ia pun menyediakan waktu bersekutu, menyukai firmanNya dan sangat antusias terhadap perkara-perkara rohani. Daud merasakan demikian, "aku suka melakukan kehendakMu, ya Allahku; TauratMu ada dalam dadaku." (Mazmur 40:9). Rasa haus dan lapar itulah awal segala sesuatu. Lapar menyebabkan orang menjangkau sasaran yang lebih tinggi, menjadi agresif secara rohani, melangkah dengan segala upaya dan segenap keberadaan kita untuk menangkap setiap kesempatan yang dari Tuhan. Layaknya tentara militan yang sedang berperang, ia rela berkorban apa pun, tidak takut musuh demi satu tujuan: meraih kemenangan.

Sampai kapan kita harus meras haus dan lapar akan Tuhan? Sampai rasa haus dan lapar itu terpenuhi dan terpuaskan olehNya. Bagaimana mengembakan rasa haus dan lapar? Melalui latihan rohani sehingga roh (manusia batiniah) kita berkembang. Otot tubuh jasmani kita saja semakin kuat dan berkembang ketika kita rajin melatihnya, begitu juga tubuh rohani kita. Dan hal itu membutuhkan kedisiplinan yang begitu tingging. Untuk mendapatkan hal yang lebih dari Tuhan kita harus memiliki rasa haus dan lapar akan Dia!


**Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Agustus 2009

 

 


Renungan Harian Tentang Tanpa Ketaatan Kita Akan Binasa

Bacaan Ayat Alkitab

Matius 24:37 - Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.

Renungan Harian

Seperti apakah orang-orang di zaman Nuh dulu? Ternyata kehidupan mereka pada waktu itu penuh dengan segala jenis kejahatan. Mereka sama sekali tidak mengindahkan hukum-hukum Allah, lebih senang melakukan dosa daripada kebenaran. Moral manusia benar-benar telah rusak. "...dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata," (Kejadian 6:5).

Di masa sekarang ini menjelang kedatangan Yesus yang kedua, keadaan manusia tidak jauh berbeda dengan orang-orang zaman Nuh dulu, dimana segala jenis kejahatan merajalela di mana-mana (pembunuhan, kekerasan, tipu-muslihat, kedurhakaan dan sebagainya). Namun bukanlah berarti kehidupan orang-orang Kristen boleh tenggelam dan terlibat di dalamnya. Jika kita tidak berbeda dengan orang dunia maka kita juga akan mengalami hal yang sama seperti nenek moyang kita yaitu binasa.

Tuhan menghendaki kita memiliki kehidupan seperti Nuh, "...seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; ...Nuh itu hidup bergaul dengan Allah." (Kejadian 6:9). Karena ketaatannya, Nuh dan seisi keluarga selamat dari air bah. Tuhan mencari orang-orang yang taat dan hidup tidak bercela. Inilah yang paling dicari Tuhan di akhir zaman ini! Bukan orang-orang yang hidup dalam kefasikan dan kesuaman. Terhadap orang yang suam-suam kuku, Tuhan dengan sangat keras berkata, "...Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu." (Wahyu 3:16).

Ketaatan menuntut kita menyangkali diri setiap hari, menyalibkan hawa nafsu kedagingan dan memiliki penyerahan diri total kepada Tuhan. Banyak yang berkata, "Mengapa harus capek-capek melayani Tuhan? Mendingan waktu kita digunakan untuk hal lain yang bisa menghasilkan uang. Jadi orang Kristen jangan rohani-rohani amat deh, gak ada untungnya". Namun bila kita menyia-nyiakan kesempatan, kelak kita akan menyesal karena setiap ketaatan selalu mendatangkan upah yaitu kehidupan kekal. "...apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu." 1 Petrus 5:4


**Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Agustus 2009