LEMBAR INFORMASI
PROMOSI KOMPETENSI SISWA
TINGKAT NASIONAL KE XII
TAHUN 2004
Semarang - Jawa Tengah
Bidang Lomba :
DEBAT BERBAHASA INGGRIS
(English Debate Competition)
PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU KEJURUAN JAKARTA
JL. Raya Parung Km 22-23 Bojongsari, Sawangan, Depok, Jawa Barat
Telp. 021.7431270/71 Fax. 0251 611999/618252
I. Pendahuluan
Era perdagangan bebas memberi dampak ganda yaitu terbukanya kesempatan kerjasama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi lain membawa dampak yang sangat luas terutama dalam persaingan yang semakin ketat dan tajam di segala bidang.
Oleh karena itu, menguatnya daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor baik sektor riil dan moneter, dengan mengandalkan pada kemampuan SDM, teknologi dan manajemen sudah menjadi keharusan.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) melalui Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan untuk mengukur kualitas dan mendorong terciptanya persaingan yang sehat terhadap sumberdaya manusia yang dihasilkan SMK adalah dengan menyelenggarakan Promosi Kompetensi Siswa (PKS) bagi siswa SMK seluruh Indonesia.
II. Tujuan
Secara umum lomba debat berbahasa Inggris bertujuan untuk memacu prestasi siswa/siswi sekolah menengah kejuruan di Indonesia dalam penguasaan Bahasa Inggris. Lomba debat bahasa Inggris berpotensi sebagai wahana untuk:
III. Peserta
Peserta lomba adalah siswa/siswi sekolah menengah kejuruan utusan setiap propinsi seluruh Indonesia, dengan rincian sebagai berikut:
IV. Materi Lomba
Materi lomba terdiri dari 1 (satu) jenis, yaitu:
Lomba Debat Berbahasa Inggris (English Debate Competition)
Terdiri dari Chief adjudicators 3 orang,Senior adjudicators 1 orang, administrator 1 orang dan 45 orang.
VI. Kriteria Pemenang Lomba
Penentuan pemenang PKS bidang Debat Berbahasa Inggris ditentukan berdasarkan penilaian dewan juri yang menilai dari aspek matteeer, manner, dan method.
BIDANG LOMBA USAHA JASA PARIWISATA
1. Penanggung Jawab bidang lomba : Drs. Yuli Cahyono
2. Tim Pelaksana : Mangasa Aritonang, MA
Tempat lomba untuk bidang keahlian Debat Bahasa Inggris adalah :
SMK 5 Semarang (Penyisihan) dan PRPP (Final)
1.
International TOEICSemua peserta lomba debat berbahasa Inggris wajib mengikuti International TOEIC Test (kecuali yang sudah ikut International Test pada bulan Maret 2004 di daerah masing-masing atas subsidi Direktorat Dikmenjur) pada hari Selasa tanggal 22 Juni 2004 jam 08.00-10.00 WIB dengan ketentuan sebagai berikut:
. Debate Competition2
Setiap tim debat tampil selama kurang lebih 30 menit, sehingga setiap pertandingan akan berlangsung kurang lebih selama 60 menit, dengan ketentuan sebagai kerikut:
Babak Penyisihan mempertandingkan seluruh peserta masing-masing tiga kali dengan pola pertandingan sebagai berikut:
Pertandingan Pertama:
Tim 1
Tim 2
Tim 3
Tim 4
Tim 5
Tim 6
Tim 7
Tim 8
Dst. sampai sejumlah tim yang ada.
Pertandingan Kedua:Tim yang menang pada pertandingan pertama diadu dengan yang menang, yang kalah dengan yang kalah.
Pertandingan Ketiga:
Tim yang menang pada pertandingan kedua diadu dengan tim yang menang dan yang kalah diadu dengan yang kalah.
Selanjutnya berdasarkan banyaknya nilai kemenangan, margin dan skor yang diperoleh masing-masing tim akan dibuat peringkat untuk diambil 16 (enam-belas) tim terbaik yang berhak mengikuti pertandingan selanjutnya yaitu: Babak Octo Final, Babak Quarter Final, Babak Semi Final dan Babak Grand Final dengan menggunakan Sistem Gugur.
Skema perlombaan untuk Sistim gugur pada Babak Octo Final, Quarter Final, Semi Final dan Grand Final.
Tim 1
Tim 9
Tim 11
Tim 12
Tim 13
Tim 14
Tim 15
Tim 16
Tim-tim yang menang masuk ke Babak Quarter Final.
Babak Quarter Final
Tim 1
Tim 3
Tim 4
Tim 5
Tim 6
Tim 7
Tim 8
Tim-tim yang menang masuk ke Babak Semi Final.
Tim 1
Tim 2
Tim 3
Tim 4
Tim-tim yang menang pada Babak Semi Final akan bertemu pada pertandingan Grand Final. Tim-tim yang kalah akan dipertandingkan untuk memperebutkan Juara III.
Tim 1Babak Final
Tim 2
Babak Grand Final
Tim 1
Tim 2
c. Format debat menggunakan Format Debat Parlemen Australasia satu babak, yang menghadapkan dua tim: Tim Afirmatif dan Tim Negatif yang masing-masing berusaha meyakinkan Tim Ajudikator (Dewan Juri). Masing-masing tim menampilkan 3 pembicara utama (substantial speech) @ 5 menit dan 1 pembicara balasan (reply speech) @ 3 menit.
(Untuk selengkapnya, Lihat Buku Panduan Lomba Debat Berbahasa Inggris PKS SMK XII tahun 2004)
a.1. Aspek Materi dengan bobot 40 %, yang meliputi unsur-unsur Logika argumentasi dan Relevansi argumen dengan topik.
a.2. Aspek Sikap dengan bobot 40 %, yang meliputi Cara berbicara di hadapan publik dan Cara presentasi kasus.
a.3. Aspek Metode dengan bobot 20 %, yang meliputi Struktur dan Urutan pidato.
(Untuk selengkapnya, Lihat Buku Panduan Lomba Debat Berbahasa Inggris PKS SMK XII tahun 2004)
Pendaftaran (konfirmasi untuk berpartisipasi) dengan surat atau faksimili selambat-lambatnya hari Senin Tanggal 14 Juni 2004, kepada Panitia PKS Tingkat Nasional melalui:
Jl. Pemuda No.134 Semarang Telp: 024 3545153 / Fax: 024 3514945
Email: [email protected]
Kepala PPPG Kejuruan Jakarta
Up. Dra. Budi Kusumawati (Koordinator PKS Tingkat Nasional)
Drs. Yuli Cahyono (Penjab bidang lomba Debat Berbahasa Inggris, mobile: 0812 9302827atau [email protected])
Jl. Raya Parung Km. 22-23 Sawangan Depok Jawa Barat
Kode Pos 16516, Fax. 0251-611999, 0251-618252
Hal-hal yang belum tercantum dalam lembar informasi ini akan diinformasikan pada waktu rapat teknis (technical meeting).
Sawangan, Maret 2004
Penanggung Jawab Bidang Lomba
Debat Berbahasa Inggris PKS XII
Drs. Yuli Chayono
NIP. 132 089 712
Jadwal Kegiatan Lomba
Bahasa Inggris
Time |
20 June 2004 |
21 June 2004 |
22 June 2004 |
23 June 2004 |
24 June 2004 |
08.00-10.00 |
Check In and Registration of participants |
Adjudication Seminar & Preparation |
Preparation for final rounds |
International TOEIC |
Entrance Test (D3:UI-VEDC) |
10.00-12.00 |
-continued- |
Debate Contest: Qualification Round 1 |
Debate Contest: Octo Final Round |
-continued- |
Entrance Test (D3:UI-VEDC) |
12.00-13.00 |
BREAK |
||||
13.00-15.00 |
Debate Seminar & Technical Meeting |
Debate Contest: Qualification Round 2 |
Debate Contest: Quarter Final Round |
Debate Contest: Final for 3rd and 4th winners |
Entrance Test (D3:UI-VEDC) |
15.00-17.00 |
-continued- |
Debate Contest: Qualification Round 3 |
Debate Contest: Semi Final Round |
Debate Contest: Grand Final on main stage |
Check out |
17.00-21.00 |
BREAK |
||||
19.30-21.00 |
Official Opening Ceremony |
Entertainment and Art Exhibition |
Entertainment and Art Exhibition |
Official Closing Ceremony |
Check out |
THE Schedule is subject to CHANGE.
MOTIONS FOR DEBATE COMPETITION
STUDENTS SKILLS OLYMPIC (PKS) 2004
I.
PoliticMotion:
II. Education
Motion:
III. Economy
Motion:
IV. Sport
Motion:
V. Social
Motion:
VI. Law
Motion:
VII. Entertainment
Motion:
VIII. Culture
Motion:
MOTIONS FOR DEBATE COMPETITION
STUDENTS SKILLS OLYMPIC (PKS) 2004
I. Politic
Motion:
II. Education
Motion:
III. Economy
Motion:
IV. Sport
Motion:
V. Social
Motion:
VI. Law
Motion:
VII. Entertainment
Motion:
VIII. Culture
Motion:
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa sekarang ini dunia kerja di Indonesia jangkauanya semakin mendunia, selaras dengan iklim invenstasi perusahaan asing di Indonesia. Tuntutan akan tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang terampil dalam berbahasa internasional semakin tidak terelakkan.di setiap iklan lowongan kerja kemampuan berbahasa Inggris sudah menjadi sebuah syarat utama. Bahkan kebanyakan iklan kerja di harian nasional di penuhi oleh iklan lowongan kerja berbahasa Inggris. Surat lamaran kerja harus di tulis dalam bahasa Inggris dan wawancaranya juga semuanya dalam bahasa Inggris.
Bagi tenaga kerja Indonesa yang berkerja di luar negeri seperti malaysia, singapura, hong kong, arab saudi dan di negara lain, kemapuan berbahasa Inggris TKI kita yang rendah di anggap sebagai faktor penghambat yang merendahkan nilai jual mereka.kebanyakan tenaga kerja kita salah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari negara lain seperti filipina misalnya karena faktor kemanpuan bahasa Inggris yang lemah.Rendahnya kemapuan berbahasa Inggris menyebabkan mereka selalu kalah dalam bernegosiasi memperjuangkan nasib mereka sendiri.
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin terbuka dan kompeitif itu maka direktorat pendidikan menengah kejuruan memandang perlu untuk 1) membekali siswa-siswa lulusan SMK di Indonesia dengan wawasan pengetahuan dan kemapuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang baik 2) untuklebih meningkatkanmutu pembinaan kesiswaan di sekolah menengah kejuruan di Indonesia.
Salah satu bentuk kegiatan ekstrakulikuler di sekolah yang di rekomendasikan oleh Dikmenjur adalah kegiatan debat berbahasa Inggris (English Debate Club). Di samping itu juga, SMK diminta secara proaktif mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan ekstrakulikuler lain seperti Conversation Culb, English speech Competition, Poetry Reading Competition, Singing English Songs Contest, Presentation Skill Competition, News Reading Competition dan lain sebagainya.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik melalui kegiatan debat siswa SMK ini antara lain:
Kegiatan debat sangat mungkin untuk diterapkan di SMK karena sebenarnya dari segi administrasi dan hukum, sudah terwadahi melalui kebijakan-kebijakan Pemerintah Pusat. Kebijakan pemerintah pusat tersebut antara lain dituangkan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No: 0461/U/1984 tentang Pembinaan Kesiswaan yang didukung implementasinya melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah No: 226/C/Kep/O/1992 tentang Pedoman Pembinaan Kesiswaan yang salah satunya tentang adanya Forum Diskusi Ilmiah di sekolah.
Oleh sebab itu, penciptaan dan pemasyarakatan format debat berbahasa Inggris yang baku bagi SMK merupakan tantangan tersendiri. PPPG Kejuruan sebagai lembaga yang bertugas membina SMK-SMK di Indonesia mencapai visi dan misinya memberikan, mensosialisasikan dan memperkenalkan satu format debat baku yang digunakan secara nasional dan diberi nama "Format Debat Parlemen Australasia".
Selanjutnya Instalasi Bahasa PPPG Kejuruan Jakarta melalui buku ini memberikan, memperkenalkan dan memasyarakatkan format debat ini ke seluruh SMK-SMK di Indonesia. Buku panduan ini diharapkan bisa membantu sekolah dalam membina klub debat bahasa Inggris sehingga setiap waktu akan tumbuh klub-klub debat bahasa Inggris baru di setiap SMK di Indonesia.
Selama kurun waktu tahun 2000-2003, PPPG Kejuruan bidang Bisnis dan Pariwisata Sawangan-Jakarta, mendapat tugas dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta sebagai panitia pelaksana lomba debat bahasa Inggris tingkat nasional dalam Promosi Kompetensi Siswa (PKS). Pada tahun 2000 kami menjadi panitia PKS di Malang. Tahun 2001 kami bertugas sebagai panitia pada PKS di Bandung. Dan terakhir kali tahun 2003 yang baru lalu kami bertugas sebagai panitia lomba debat PKS di Yogyakarta
Dari ketiga kegiatan tersebut kami rangkum inti sarinya dalam tulisan ini agar dapat memberikan pengetahuan yang memadai bagi para guru bahasa Inggris SMK di Indonesia. Buku panduan ini pada intinya membahas tentang 1) Apa itu debat berbahasa Inggris dan 2) Bagaimana menyelenggarakan lomba debat bahasa Inggris. Disamping untuk memberikan penguatan dan pemahaman yang lebih luas kepada mereka bahwa menyelenggarakan lomba debat bahasa Inggris ternyata tidak sulit dan bahkan menyenangkan serta mengesankan di sisi lain. Karena kita bisa mengenal banyak rekan-rekan seprofesi melalui kegiatan seperti ini.
Bagi kebanyakan para guru bahasa Inggris SMK yang sudah pernah mewakili propinsinya baik sebagai pelatih, pemantau ataupun penggembira, kiranya masih perlu untuk membaca ulang buku panduan ini agar bisa membandingkannya dengan buku panduan debat PKS sebelumnya. Hal ini dikarenakan bahwa pada setiap tahun, kami selalu melakukan revisi dan penambahan materi pembahasannya. Mengapa ini perlu dilakukan? 1) sebagai penyempurnaan atas buku panduan sebelumnya, 2) sebagai penguatan atas pemahaman tentang debat sebelumnya dan 3) untuk memberikan dasar-dasar kajian teoritis yang lebih luas atas fenomena kemampuan berdebat sebagai wujud perkembangan kemampuan berbahasa Inggris yang lebih utuh. Secara khusus penambahan itu didasarkan atas kajian hasil penelitian kami tentang debat yang dilakukan pada tahun 2003.
Kajian teoritis ini disajikan khusus untuk membekali para guru bahasa Inggris dan sekaligus pelatih debat di sekolah bahwa debat adalah aktifitas yang sangat erat kaitanya dengan peningkatan keakuratan dan kefasihan berbahasa, kecerdasan berfikir, daya kritis, kedewasaan berbahasa, penguasaan olah tubuh dan pengendalian emosi seseorang. Oleh karena itu untuk selanjutnya, silahkan dicermati pada kajian tentang hal itu pada Bab II buku panduan debat ini.
BAB II
KEMAMPUAN BERDEBAT DALAM BAHASA INGGRIS DAN HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR PEMBELAJARAN BAHASA
1. Debat dalam kehidupan sehari-hari
Dalam dunia nyata, debat terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat seperti pada isu apakah persyaratan pendidikan seorang presiden harus S1; debat juga ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti pada isu baik atau buruk invasi AS dan sekutunya ke Irak; debat juga ada di rapat-rapat di sekolah seperti pada isu perlukah lima hari kerja diterapkan di sekolah; debat juga ada di meja makan malam seperti berapakah sebenarnya ukuran gaji yang tepat bagi guru dan sebagainya. Prosedur debatnya mungkin berbeda tapi bentuk aktifitasnya pasti sama yaitu bertukar pikiran atau berdiskusi untuk mencari pemecahan masalah dari sebuah isu yang akan menentukan apakah perubahan itu menjadi baik atau menjadi lebih buruk.
Debat adalah proses bertukar pikiran atau diskusi untuk mencari pemecahan masalah dari sebuah isu, topik, atau mosi tertentu. Pada saat berdebat orang berusaha untuk memberikan argumentasi, alasan-alasan, contoh-contoh dari suatu kasus dan membuat sanggahan-sanggahan terhadap lawan bicaranya.
2. Kemampuan Berdebat dan sebuah Lomba Debat
Dalam sebuah kompetisi lomba debat, aktifitas debat sudah tertata sedemikian rupa misalnya dengan menggunakan Format Debat Parlemen Australasia. Sebagai gambaran umumnya, sebuah tim yang berposisikan sebagai Tim Afirmatif akan berhadapan dengan tim lain yang posisinya sebagai Tim Negatif. Keduanya secara bersama-sama berusaha meyakinkan dewan juri dengan argumentasinya masing-masing. Penilaian debat meliputi tiga dimensi yaitu materi, metode dan sikap peserta dalam menyampaikan argumentasinya.
Birshan memberikan definisi dari sisi lomba debat itu sendiri sebagai berikut: 1) Ada dua pihak yang saling berhadapan untuk saling berpendapat mengenai satu isu, 2) Setiap pembicara diberi hak dan waktu yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, 3) Argumentasi dalam debat harus terstruktur, dan 4) Setiap pihak berdiri sebagai pribadi namun bagian dari sebuah tim.
Menurut Robert Brandham seorang pedebat yang baik harus menguasai empat prinsip yaitu: kompetitif, percaya diri, bersahabat dan meyakinkan. Berdebat bukan semata-mata menjelaskan sesuatu dengan detil dan terinci, akan tetapi, seorang pedebat yang sedang berbicara di depan juri; dia mencoba untuk meyakinkan para juri tersebut dengan argumentasinya. Agar mampu menjelaskan argumentasinya dengan meyakinkan maka seorang pedebat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang segala hal. Dengan pengetahuan yang luas tentang segala hal itu mereka akan mampu menganalisis secara kritis sebuah masalah dengan baik. Untuk itu diperlukan kemampuan menganalisis masalah dengan baik agar dapat beradu argumentasi dengan tepat dan menyerang kelemahan pendapat lawan bicara. Jadi seorang pedebat harus mampu berpikir secara kritis.
Dari serangkaian pendapat di atas, kegiatan berdebat adalah kegiatan yang menunjukkan kemampuan seseorang dalam bertukar pendapat, menyampaikan buah pikiran atau ide dan menyanggah pendapat orang lain dengan kritis yang ditinjau dari isinya (matter), penampilannya (manner), dan metodenya (method).
3. Hubungan Faktor-Faktor Pembelajaran Bahasa dengan Debat
Penelitian eksperimental dilakukan oleh Uren dari University of London. Dalam pelatihannya Uren memberikan sebuah bacaan kepada mahasiswa untuk diperdebatkan secara klasikal. Siswa diminta untuk mencari sudut pandang penulis, ide utamanya, menarik fakta, menarik asumsi dasar, menarik pertanyaan kunci dilengkapi dengan pemberian pertanyaan yang bermutu dan koreksi verbal atas jawaban peserta (asumsi atau pemahaman yang salah diluruskan) dan sebagainya sehingga akhirnya peserta memahami bacaan dengan seksama. Ternyata setelah beberapa kali dilakukan (menjadi biasa) siswa menjadi lebih kritis dalam berdebat walaupun tanpa bantuan sekalipun pada materi-materi yang lain.
Eksperimen tentang kemampuan berpikir kritis yang fantastis dilakukan oleh Barnett, hampir sama dengan eksperimen Uren, namun Barnett memberikan bahan bacaan (diselingi dengan bahan bacaan yang kontroversial) untuk diperdebatkan secara bebas. Barnett tidak melakukan intervensi sedikitpun pada proses berdebat siswa dari awal sampai akhir. Barnett menyimpulkan siswa secara bertahap semakin mantap pemahamannya dan mampu mengkritisi pendapat siswa lain secara lebih efektif. Pada awalnya diskusi berjalan melalui adu argumentasi yang rasional dalam pernyataan yang serabutan tapi kemudian diikuti dengan perubahan tingkah laku karena pengaruh tingkah laku siswa lain berupa naiknya intensitas berbicara (semakin banyak bicara), namun agresifitas semakin menurun.
Kesimpulan yang sama juga dibuktikan oleh Inhelder dan Piaget yang berpendapat bahwa kemampuan berpikir kritis berkembang utamanya sebagai hasil apresiasi dari berbagai pendapat berbeda yang muncul dalam kegiatan berdebat dan selama saling-silang pendapat itu terjadi.
Survei oleh penulis menyimpulkan bahwa debat secara positif dan signifikan berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan terhadap ke-ekstroversian siswa (merupakan faktor psikologis yang diyakini berpengaruh sangat kuat pada keberhasilan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa baru).
Dari serangkain penelitian di atas bisa kita ambil beberapa manfaat debat antara lain:
4. Implikasi kegiatan berdebat bagi pengembangan pembelajaran bahasa Inggris di kelas
Bila kemampuan berdebat seseorang identik dengan kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat berbicara dan sebagai alat untuk menyampaikan ide, gagasan serta pendapatnya maka pengajaran bahasa seharusnya meletakkan jenis kepribadian seseorang sebagai faktor penting karena secara dominan menentukan keberhasilan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa secara utuh.
Pelajaran bahasa Inggris seharusnya lebih menekankan pada aspek penggunaan bahasa (fungsi bahasa) dalam berbagai bentuk aktifitas kehidupan seperti berbicara, menyimak, membaca dan menulis pesan dari berbagai jenis bahasa (lisan maupun bahasa tulisan). Dan tidak lagi menekankan pemahaman siswa pada struktur bahasa yang berakibat bahasa hanya dilihat sebagai pengetahuan yang sifatnya hapalan.
Sudut pandang ini menyebabkan guru harus menyajikan materi pelajaran menurut fungsinya seperti: bagaimana mengungkapkan ketidak-setujuan, bagaimana menolak pendapat orang lain, bagaimana membuka pembicaraan, bagaimana menyimpulkan pembicaraan, bagaimana mengungkapkan pendapat secara panjang lebar, bagaimana menarik perhatian orang lain saat berbicara dan sebagainya. Pada intinya guru harus melatih menggunakan bahasa Inggris dalam berbagai bentuk aktifitas belajar.
Paradigma pengajaran juga harus dirubah dari pengajaran yang terpusat pada guru sebagai pusat sumber belajar ke paradigma baru yang menempatkan siswa sebagai pusatnya. Sebagai seorang yang sedang belajar siswa harus secara aktif berpikir, berbicara dan bergaul menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya. Guru bisa menerapkan metode belajar interaktif seperti: diskusi, role-play, drama, debat, permainan-permainan, pemberian tugas-tugas dan lain sebagainya.
Dalam rangka penguatan kemampuan berdebat siswa, maka berikut ini disajikan beberapa hal penting yang perlu untuk dilakukan baik oleh guru, pelatih maupun pembimbing siswa antara lain:
e. Gunakan pendekatan keterampilan berbahasa untuk melatih keterampilan siswa dalam mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan mendengarkan diperlukan agar siswa terbiasa memahami dan menyerap isi pembicaraan orang lain dengan lebih detil dan baik (tidak salah memaknai). Keterampilan berbicara akan melatih siswa untuk bisa mengungkapkan ide, pendapat, gagasan dan pandangannya secara panjang lebar namun tetap berisi sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan membaca akan melatih siswa untuk menyerap informasi baru yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Keterampilan menulis akan melatih siswa untuk berpikir sistematis, konstruktif dan ilmiah.
5. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas bisa kita simpulkan bahwa kegiatan debat bahasa Inggris sangat penting untuk segera disebarluaskan dan dilaksanakan di sekolah karena berpengaruh sangat kuat terhadap: 1) perkembangan kemampuan berpikir kritis, 2) perkembangan psikologis, 3) penguasan keterampilan berbahasa dan 4) perkembangan sosialitas siswa.
Diharapkan beberapa tahun mendatang potensi, minat, persepsi, pola pikir dan strategi belajar siswa berubah sehingga akan berpengaruh positif terhadap kemampuan berbahasa Inggris mereka secara lebih efektif.
BAB III
FORMAT DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA
Format debat ini diadopsi dari format debat yang ada di Parlemen Australia. Untuk lebih jelasnya gambaran tentang debat yang dimaksud berikut ini kami berikan sekilas abstraksinya:
Para pelaku dalam format debat kompetitif Australasia adalah:
Ketua Sidang
Pidato Utama (Substantial Speech) |
Pembicara Pertama Tim Afirmatif (A1) Pembicara Pertama Tim Negatif (N1) Pembicara Kedua Tim Afirmatif (A2) Pembicara Kedua Tim Negatif (N2) Pembicara Ketiga Tim Afirmatif (A3) Pembicara Ketiga Tim Negatif (N3) |
5 menit 5 menit 5 menit 5 menit 5 menit 5 menit |
Pidato Balasan (Reply Speech) |
Balasan Tim Negatif Balasan Tim Afirmatif |
3 menit 3 menit |
BAB IV
PERIHAL ISI DEBAT
Topik adalah sebuah pernyataan usulan yang akan diperdebatkan. Tim Afirmatif akan memberikan argumentasi untuk mempertahankan usulan/topik tersebut. Tim Negatif harus memberikan argumentasi untuk menolak usulan tersebut.
Beberapa contoh topik debat:
Tim Afirmatif harus mendefinisikan topik yang diajukan dengan:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan lugas mengenai topik yang dibicarakan
b. Membatasi lingkup pembicaraan dengan menetapkan batas yang jelas
Hal ini untuk mencegah perdebatan yang tidak jelas karena adanya perbedaan persepsi pada kedua belah pihak mengenai topik yang dibicarakan.
Beberapa contoh penyusunan definisi:
Topik : Bahwa sesuatu yang pernah naik harus pula turun.
Contoh di atas menunjukkan bahwa pada umumnya permasalahan yang diperdebatkan tidak diketahui hingga Tim Afirmatif menyajikan definisinya.
Panduan dalam menyusun definisi:
a. Harus dapat diperdebatkan (misalnya: memiliki dua sisi yang bertentangan)
b. Tidak boleh menyimpang dari topik yang diajukan
Definisi yang harus ditentang oleh Tim Negatif:
a. Definisi truistik
Terjadi bila tim mendefinisikan sebuah topik secara harfiah dan hakiki sehingga tidak dapat diperdebatkan.
Contoh:
Definisi yang truistik adalah: Bahwa kita harus makan supaya tidak mati kelaparan. Kita harus minum supaya tidak mati kehausan. Dan kita harus bergembira bahwa kita masih hidup.
Fakta bahwa manusia akan mati bila tidak makan dan minum, misalnya tidak dapat diperdebatkan karena betul secara hakiki.
b. Definisi tautologis atau berputar
Terjadi bila definisi disusun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin secara logis dapat dinegasikan.
Contoh:
Topik yang diajukan: Bahwa teknologi mengakibatkan rusaknya etika kerja.
Teknologi didefinisikan sebagai: segala kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan nyaman sehingga merusak etika kerja.
Karenanya definisi keseluruhan (tauologisnya) akan berbunyi : Bahwa segala kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan nyaman sehingga merusak etika kerja mengakibatkan rusaknya etika kerja. C. Squirelling
Terjadi bila definisi tidak sesuai dengan topik atau tidak memiliki kaitan yang logis dengan topik.
Contoh:
Topik: Bahwa KUD membuka kerja sama dengan Bulog
Tim Afirmatif melakukan squirelling bila mendefinisikan KUD sebagai Khusus Untuk Dikau dan Bulog sebagai Bukan Ulah Gay. Karena jelas-jelas bahwa topik yang diajukan adalah hubungan antara Koperasi Unit Desa dan Badan Urusan Logistik.
3. Pembatasan Ruang dan Waktu
Pokok permasalahan yang diperdebatkan tidak dapat dibatasi pada periode, waktu dan tempat tertentu.
Contoh: Membatasi pembahasan suatu pokok permasalahan pada perkembangan ekonomi Indonesia selama era Orde Lama.
4. Catatan mengenai tantangan terhadap suatu definisi
5. Benang Merah Argumentasi
Sebuah tim harus memiliki benang merah argumentasi yang merupakan alur pikir logis mengenai topik yang diperdebatkan. Benang merah argumentasi menunjukkan mengapa usulan/pandangan tim tersebut benar dan logis. Benang merah argumentasi adalah pikiran utama yang mengaitkan pembicara pertama, kedua, dan ketiga sehingga terdapat konsistensi.
6. Argumentasi
Argumentasi adalah proses menjelaskan mengapa sudut pandang tim tersebut harus diterima. Argumentasi BUKAN opini, karenanya harus didukung oleh bukti-bukti (contoh, fakta, statistik, kutipan pakar, pandangan masyarakat, dll) yang relevan.
Argumentasi yang baik:
Berikut ini panduan untuk menyusun argumentasi yang baik:
7. Sanggahan
Menyanggah adalah proses untuk membuktikan bahwa bobot argumentasi tim lawan lebih rendah daripada yang mereka katakan. Termasuk di dalamnya:
Seperti argumen sanggahan juga BUKAN opini semata. Seperti keharusan tim harus menjelaskan mengapa dan bagaimana keabsahan argumennya, mereka juga harus menunjukkan bagaimana dan mengapa argumen lawan dipandang tidak sah.
Berikut ini beberapa panduan menyusun sanggahan:
BAB V
PEMBAGIAN KERJA TIM
Debat adalah kerja tim, oleh karena itu seharusnya ada pembagian kerja yang jelas antara ketiga pembicara. Sehingga argumen-argumen yang diajukan penyampaiannya dibagi kepada ketiga pembicara.
Pembicara pertama berperan menyajikan pemahaman tim tentang mosi dan menyajikan argumen-argumen pokok untuk memenangkan debat.
A1. Pembicara Pertama Tim Afirmatif
N1 Pembicara Pertama Tim negatif
Pembicara kedua berperan menyajikan argumen-argumen pokok untuk memenangkan debat.
A2. Pembicara Kedua Tim Afirmatif
N2. Pembicara kedua Tim Negatif
Tugas utama pembicara ketiga adalah menyanggah tim lawan.
A3. Pembicara Ketiga Tim Afirmatif
N3. Pembica Ketiga Tim Negatif
B. Pidato Balasan
Pidato balasan merupakan pidato penutupan masing-masing tim yang memberikan ulasan mengenai keseluruhan debat.
Berikut ini panduan untuk menyusun pidato balasan:
C. Pembagian Tugas Pedebat
Debat adalah sebuah aktifitas tim. Seseorang tidak dapat mempertahankan kasusnya seorang diri. Karena itu diperlukan pembagian tugas. Secara singkat pembagian tugas di sini adalah pendistribusian argumen kepada masing-masing pembicara.
Walaupun setiap pembicara harus dapat membuktikan topik, pembagian tugas tidak dapat didasarkan atas premis. Contohnya premis satu untuk pembicara pertama, dan premis dua untuk pembicara kedua. Hal ini akan mengakibatkan kasusnya tidak jelas (hung case). Hung case adalah suatu keadaan di mana seorang pembicara tidak dapat membuktikan topiknya sendiri tetapi membutuhkan pembicara lain untuk akhirnya membuktikan topik tersebut. (baca dulu tentang bagaimana merumuskan sebuah kasus di Bab VI).
Cara yang bisa diambil untuk membagi tugas adalah dengan membaginya ke dalam beberapa aspek. Misalnya: ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sebagainya. Atau dapat juga digunakan pembagian menjadi masa lalu dan masa sekarang, filosofi dan praktek, keuntungan dan kerugian dan sebagainya. Karena pembicara pertama harus menjelaskan definisi, dasar argumentasi dan pembagian tugas maka pembagian antara pembicara pertama dan pembicara kedua tidak perlu seimbang, tetapi lebih baik untuk lebih ditekankan pada saat pembicara kedua tampil.
Pembicara ketiga dari Tim Negatif tidak diperbolehkan untuk memberikan argumen baru. Pembicara ketiga dalam posisi seperti ini hanya diperbolehkan membawa contoh-contoh baru.
4. Hal penting untuk diperhatikan
Sebelum waktu perumusan kasus selesai, pastikan bahwa setiap anggota tim benar-benar mengerti definisi, dasar argumen, dan pembagian tugas tim. Dan siapkanlah pidato Anda dengan sebaik-baiknya.
BAB VI
TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS
Bab ini akan membahas dan menjelaskan aspek-aspek penting yang diperlukan oleh para pedebat dalam membangun sebuah kasus yang akan diangkat menjadi bahan perdebatan dalam kompetisi yang menggunakan format debat Parlemen Australasia. Penyajian materi melalui kasus per kasus dengan harapan agar lebih mudah untuk dianalogkan untuk memunculkan kasus-kasus baru. Contoh-contoh yang digunakan hanyalah sekedar gambaran untuk memahami lomba debat. Untuk menumbuhkan kasus baru sangat ditentukan oleh kreatifitas seseorang untuk bersikap kritis, mengidentifikasi, bertanya dan bertanya terus menerus serta berusaha menggali fakta-fakta yang berserak di lautan luas khasanah kehidupan kita.
Setelah dilakukan pengundian untuk menentukan tim mana yang menjadi tim Affirmatif (Tim Afirmatif) dan Tim Negatif (Tim Negatif), maka selanjutnya kedua tim harus menentukan topik mana yang akan mereka perdebatkan. Panitia akan menyediakan tiga buah topik untuk dipilih.
Topik merupakan pernyataan atau kalimat lengkap, bukan dalam bentuk frase atau pertanyaan.
Contoh: A. Bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana
Sukardi.
B. Bahwa dunia itu berbentuk bulat.
Setelah memilih topik maka masing-masing tim akan diberikan waktu selama 30 menit untuk mendiskusikan dan merumuskan kasus mereka. Dalam waktu 30 menit itu, masing-masing tim tidak diperkenankan untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan pihak lain selain anggota tim termasuk manajer atau pelatihnya.
Perumusan kasus adalah proses mempersiapkan sebuah kasus untuk diperdebatkan. Kata kasus sendiri diangkat dari istilah hukum yang berarti kumpulan argumentasi, logika, fakta-fakta, contoh-contoh, dan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk membuktikan suatu hal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kasus:
Pendefinisian sebuah topik adalah hal yang paling mendasar dalam perumusan kasus. Mendefinisikan sebuah kasus berarti memberikan batasan yang jelas tentang masalah yang akan diperdebatkan. Untuk bisa membuat definisi yang baik, kita tidak bisa hanya dengan mengartikan sebuah topik, kata per kata sesuai dengan kamus. Yang paling penting adalah bagaimana mendefinisikan sebuah topik secara keseluruhan.
Contoh A. Kita harus memberi kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Untuk Tim Affirmatif
Anda mungkin akan mendefinisikan "Laksamana Sukardi sebagai salah satu menteri kabinet reformasi yang dicopot. Kemudian memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi dapat diartikan sebagai kesempatan untuk terus bekerja sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya (tahun 2004). Kita dapat diartikan sebagai rakyat Indonesia.
Definisi keseluruhan akan menjadi: Rakyat Indonesia seharusnya memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi untuk terus bekerja sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya.
Definisi hendaknya jelas, dibatasi ruang lingkupnya dan memiliki dasar yang kuat sehingga diterima oleh tim negatif. Sebuah definisi dapat disanggah oleh tim negatif apabila mengandung penjelasan yang tautologis, truistik, squirelling, dan pembatasan ruang dan waktu (untuk lebih jelasnya lihat petunjuk teknis bagi pedebat).
Definisi di atas tidak mengandung tautologis dan truistik dan dapat diperdebatkan. Definisi itu juga dapat dihubungkan dengan topik. Jadi tidak mengandung squirelling. Dalam definisi itu juga tidak terdapat pembatasan ruang dan waktu. karena dalam topik itu sendiri telah menunjukkan Indonesia sebagai tempat yang dibicarakan (Laksamana Sukardi) dan batasan waktu yang jelas (memberikan kesempatan--dalam hal ini sekarang).
Untuk Tim Negatif
Tim Negatif akan membangun sebuah kasus berdasarkan negasi dari topik. Cara yang paling mudah adalah dengan menambahkan kata tidak benar bahwa di depan sebuah topik. Jadi dalam kasus ini menjadi: tidak benar bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Walaupun selama waktu pembahasan kasus Tim Negatif tidak mengetahui definisi yang akan diberikan Pihak Affirmatif, mereka masih dapat membuat perkiraan tentang definisi tersebut. Tim Negatif lebih baik membuat definisi mereka pandangan/persepsi mereka sendiri seakan-akan mereka Tim Affirmatif karena kedua definisi tersebut kemungkinan besar memiliki kesamaan.
Jika kita menggunakan definisi diatas negasinya adalah bahwa kita harus menggantikan Laksamana Sukardi secepat mungkin. Definisi ini bisa dipersempit menjadi kata sebaiknya Laksamana Sukardi mengundurkan diri secepatnya. Tim Anda dapat merumuskan kasus berdasarkan definisi ini.
Perlu diingat bahwa Pihak Affirmatif dapat saja memberikan definisi yang tidak disangka sebelumnya walaupun dalam topik yang sudah jelas. Misalnya: Pihak Affirmatif mendefinisikan topik di atas sebagai memberikan kesempatan bagi Laksamana Sukardi hanya sampai akhir tahun 2000. Dalam hal ini Anda harus mengubah definisi secara langsung dalam debat menjadi tidak memberikan kesempatan untuk digantikan mejadi diganti secepatnya. Atau Anda mungkin merasa bahwa Tim Affirmatif mencoba untuk mengambil bagian Anda dan Anda memutuskan untuk menolak definisi mereka dan menyatakan bahwa Pihak Affirmatif melakukan squrelling. Walaupun demikian penolakan definisi yang diajukan Affirmatif akan menghasilkan dua kasus yang sama yang dibawakan oleh dua tim yang berbeda.
Dasar argumen adalah sebuah ide abstrak yang menghubungkan seluruh presentasi pedebat, mulai dari pebicara yang pertama, pembicara kedua hingga pembicara ketiga. Sebuah dasar argumen harus berbentuk singkat dan jelas. Dapat berbentuk sebuah kalimat singkat atau sebuah silogisme. Apapun bentuknya sebuah dasar argumen harus dapat membuktikan topik dan semua argumen akan berdasarkan padanya.
Contoh A. Kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Untuk Tim Affirmatif
Premis pertama: Rakyat Indonesia harus memprioritaskan penanganan masalah hukum terlebih dahulu.
Premis kedua: Krisis ekonomi hanya dapat ditangani oleh pemerintahan yang kuat dan stabil, dengan kabinet yang kuat dan stabil pula. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi apabila kita memberikan kesempatan kepada para menteri yang sekarang untuk menjalankan seluruh masa jabatannya.
Kesimpulan: Rakyat Indonesia harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi untuk memerintah sampai akhir masa jabatannya.
Premis satu dapat dengan mudah dibuktikan, sedangkan premis dua membutuhkan banyak argumen untuk mendukungnya. Akan lebih mudah apabila premis dua dibagi dalam beberapa pernyataan.
Untuk Tim Negatif
Premis pertama: Rakyat Indonesia memerlukan pemerintahan yang bebas dari KKN.
Premis kedua: Agar pemerintahan bebas dari KKN pemimpinnya, menteri-menterinya harus pula bersih dari KKN.
Kesimpulan awal: Rakyat Indonesia membutuhkan seorang menteri yang bebas dari KKN.
Premis ketiga: Laksamana Sukardi tidak bebas dari KKN.
Kesimpulan: Rakyat Indonsia memerlukan menteri lain selain Laksamana Sukardi.
Premis satu tidak memerlukan banyak argumentasi untuk membuktikannya. Premis dua mungkin memerlukan beberapa teori politik atau data-data untuk mendukungnya. Kedua premis itu membuktikan kesimpulan awal. Premis tiga memerlukan bukti yang kuat. Kalau ketiga premis terbukti maka dengan logika silogisme kesimpulannya akan terbukti.
Contoh B. Bahwa dunia berbentuk kotak
Topik: Bahwa dunia berbentuk kotak.
Untuk Tim Affirmatif
Topik bahwa dunia berbentuk kotak tidak mungkin didefinisikan apa adanya. Jenis topik metafora yang biasanya ditemukan di dalam babak humor, dapat didefinisikan bermacam macam, selama mereka dapat diperdebatkan.
Kita mendefinisikan dunia sebagai kehidupan secara keseluruhan, dan karena kehidupan memiliki berbagai macam segi, kita akan memiliki dua aspek yang berhubungan di dalam hidup: agama dan perkawinan. Sebuah kotak adalah suatu bentuk geometris yang memiliki empat garis lurus dan empat sudut. Hal ini melambangkan sesuatu yang tidak bisa diubah. Agama adalah seperangkat dogma yang berdasarkan atas kepercayaan akan adanya Yang Maha Kuasa (agama monotheisme). Agama memiliki peraturan yang tegas dan harus diikuti dan dijalankan oleh penganutnya tanpa disanggah lagi.
Kita akan mendefinisikan sebagai "bahwa seseorang seharusnya tidak menikah dengan penganut agama yang berbeda". Ini berhubungan langsung dengan kekakuan agama seperti di atas.
Definisi ini dapat diperdebatkan, karena mengandung truisme, atau tautologi, dan tidak mengandung pembatasan tempat dan waktu. Apakah definisi ini mengandung squirreling ? Tidak, apabila kita dapat menjelaskan secara hatihati tentang definisi kita dan secara jelas definisi itu memiliki hubungan yang logis antara topik asli dengan definisi kita.
Perhatikan juga katakata "seharusnya tidak menikah dengan". Kita tidak mengatakan bahwa perkawinan antar agama tidak diperbolehkan. Jadi, Tim Affirmatif di sini tidak bertindak sebagai pemerintah yang mengajukan usulan, tetapi hanya sekelompok orang yang mengeluarkan pendapatnya.
Untuk Tim Negatif
Walaupun definisi dari Tim Affirmatif akan lebih sulit untuk diterka, akan lebih baik untuk Tim Negatif agar tetap merumuskan kasusnya daripada merumuskan kasus di dalam debat. Karena, selalu ada kemungkinan bahwa Affirmatif melanggar aturan tentang definisi. Jadi negatif harus mempersiapkan definisinya sendiri. Atau, negatif dapat mencoba umtuk menegaskan topik secara filosofis. Selain itu, negatif bisa mencoba untuk mengirangira kemungkinan apa saja yang akan diberikan oleh pihak Affirmatif.
2. Teknik membuat argumentasi
Untuk Tim Affirmatif
Premis satu : Agama adalah seperangkat dogma dan nilai nilai fundamental serta aturan yang membimbing manusia di dalam kehidupannya; setiap agama memiliki aturan yang berbeda.
Premis dua : Pernikahan adalah ikatan suci antara dua individu; pernikahan adalah bentuk yang paling jelas untuk menunjukkan suatu hal yang kontras antara dua orang. Dan semua perbedaan yang fundamental antara mereka mungkin sekali akan mengganggu perkawinan.
Premis tiga : Apabila seseorang menikah dengan yang lain yang berbeda agama, maka akan terjadi perbedaan yang fundamental antara dua individu yang mungkin akan membahayakan keharmonisan rumah tangga.
Kesimpulan : Seseorang seharusnya tidak menikah dengan orang lain yang berbeda agama.
BAB VII
PENILAIAN DALAM LOMBA DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA
Penilaian dalam lomba debat harus dilakukan sebagaimana pandangan orang pada umumnya. Dasar penilaian adalah pengetahuan mengenai topik yang diperdebatkan. Oleh karena itu bagi seorang ahli debat pengetahuan yang luas dan holistik tentang segala hal adalah suatu keharusan. Pedebat, seperti halnya seorang pegolf atau atlet bola sodok, harus terampil untuk memandang sebuah kasus dari segala penjuru. Pedebat juga harus ahli menghitung-hitung peluang yang memungkinkan untuk melahirkan argumen yang paling tidak mungkin untuk disanggah tim lawan. Keterampilan ini hanya bisa dikembangkan dengan banyak-banyak membaca tentang apa saja.
Demikian juga halnya dengan juri lomba debat, untuk bisa menilai dengan baik seorang juri debat juga harus berpengetahuan luas dan memahami tentang segala hal. Juri harus tahu dan yakin bahwa argumen yang disampaikan oleh pedebat itu benar-benar sesuai dengan fakta pengetahuan yang dipunyai. Dalam kondisi seperti ini maka "feeling of scoring" juri satu dengan yang lain akan sama.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dilakukan oleh juri:
Hal-hal yang harus diingat selama melakukan penjurian:
Ada 3 (tiga) hal yang dinilai dalam sebuah lomba debat yaitu:
Untuk gampang mengingatnya ketiga hal itu biasanya dihafalkan dengan 3 M.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian terhadap materi antara lain dengan mengenali hal-hal sebagai berikut:
Untuk menilai metode yang digunakan pembicara dalam menyampaikan argumentasinya, maka beberapa hal ini perlu untuk dikenali:
Tentang Definisi:
3. Truistik/tautologis (tidak dapat diperdebatkan)
4. Squirreling (tidak memiliki hubungan logis dengan topik)
5. Pembatasan ruang dan waktu
5. Pidato Penutup
6. Kesalahan yang biasa terjadi:
1. Kesalahan dalam mengulangi argumen pihak lain.
2. Ketidaksesuaian dalam tim: Perbedaan pembawaan kasus diantara dua pembicara dalam satu tim.
7. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penilaian
8. Skala Penilaian
Penilaian dalam lomba debat menggunakan skala sebagai berikut:
b. Sikap 40%
c. Metode 20%
d. Pidato penutup dinilai setengah dari pidato pokok
Materi dan Sikap |
Metode |
Arti Penilaian |
27 |
13 |
Kurang sekali |
28 - 29 |
14 |
Kurang |
30 |
15 |
Rata - rata |
31 - 32 |
16 |
Bagus |
33 |
17 |
Bagus sekali |
Selisih Nilai |
Arti Penilaian |
1 4 |
Debat yang cukup berimbang dengan selisih yang sangat tipis diantara kedua tim. |
5 9 |
Debat yang relatif jelas terlihat perbedaan diantara kedua tim, dimana salah satu tim terlihat lebih mampu menarik keuntungan daripada debat yang dilakukan. |
10 - 12 |
Debat yang sangat jauh perbedaannya, dimana tim yang kalah mungkin saja telah mengalami kegagalan dalam beberapa aspek penting dalam mengemukakan argumen dalam debat. |
BAB VIII
PERIHAL PENYELENGGARAAN LOMBA DEBAT BAHASA INGGRIS
1. Menentukan sistim pertandingan
Pada dasarnya sistim pertandingan dalam debat bahasa Inggris sama dengan sistim pertandingan pada penyelenggaraan kegiatan olahraga lain seperti sepakbola, volley ball dan sebagainya. Jenis alternatif pemilihan model lomba ada 3 (tiga) yaitu: sistim kompetisi penuh, setengah kompetisi dan sistim gugur. Namun dari ketiga jenis sistim perlombaan tersebut yang paling sesuai dengan karakteristik lomba debat bahasa Inggris yang menuntut keterbukaan dan kesetaraan bagi setiap tim untuk bertemu dan bertanding dalam jangka waktu lomba yang umumnya singkat adalah Sistim Setengah Kompetisi.
Kelebihan sistim lomba debat setengah kompetisi antara lain:
Namun mengingat karakteristik lomba debat sangat khusus, sistim setengah kompetisi itu masih harus disesuaikan lagi keberadaannya. Setengah kompetisi dalam lomba debat biasanya terdiri dari babak penyisihan, babak perdelapan besar, babak semi final dan babak final. Babak penyisihan dilakukan dengan sistim ronde. Misalnya: Ronde I, Ronde II dan sebagainya. Jumlah ronde dalam lomba debat ditentukan dengan rumus matematis "n2" dengan "n=1,2,3 dst mengikuti jumlah tim yang ada. Contoh: untuk peserta lomba sebanyak 10 tim maka jumlah ronde pada babak penyisihan adalah 3 (Ronde I, Ronde II, dan Ronde 3). Hal ini karena jumlah 10 tim paling mendekati dengan perhitungan matematis"32 = 9". Jadi berapa jumlah ronde untuk jumlah peserta 28 Tim?
Pada permulaan ronde pertama dilakukan dulu pengundian untuk menentukan posisi awal (listing). Khusus untuk listing pertama dilakukan dengan undian. Undian atau lot bisa dilakukan dengan kertas kecil-kecil bertuliskan angka 1,2,3 dst sampai sejumlah peserta. Kertas kemudian digulung dan ditaruh di kotak seperti halnya pada lot arisan ibu-ibu PKK. Kemudian setiap tim debat (diwakili satu orang saja) mengambil kertas gulungan tersebut satu persatu. Angka yang diambil oleh wakil tim menjadi nomor urut dan menentukan posisi awal lomba debat. Nomor urut 1 melawan nomor urut 2; nomor urut 3 melawan nomor urut 4 dan sebagainya. Seperti contoh berikut:
Ronde I:
Setelah Ronde I berakhir maka dilakukan listing yang kedua. Listing adalah proses menentukan lawan bertanding selanjutnya dengan mempertimbang-kan tiga hal berikut yaitu: angka kemenangan (victory point), margin dan skor yang diberikan juri. Untuk listing kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan sebagai berikut:
Demikian listing dilakukan untuk Ronde II, III dan seterusnya.
Setelah ronde terakhir dari babak penyisihan (preliminery round) berakhir maka dilakukan listing yang terakhir. Dari hasil listing terakhir ini kemudian diambil 8 tim terbaik papan atas yang berhak masuk ke babak perdelapan besar (Quarter Final). Namun jika jumlah tim banyak sekali lebih dari 32 tim misalnya maka idealnya dilakukan Babak perenambelas besar (Octo Final) untuk lebih memperbesar peluang peserta saling bertemu selain juga untuk lebih memperketat persaingan antar tim. Untuk melakukan Octo final perlu dipertimbangkan jumlah juri, waktu, tenaga serta akibat langsung maupun tidak langsung yang ditimbulkan oleh adanya jumlah pertandingan yang semakin banyak.
Sejak babak perenambelas besar, babak perdelapan besar, babak semi final sampai babak final dan grand final berlaku sistim gugur. Dalam babak-babak ini yang ada hanya "menang" atau "kalah"; menang berarti akan terus melaju ke babak selanjutnya; kalah berarti harus rela menjadi penonton dan berharap di kemudian hari lebih baik lagi. Mengingat begitu berharganya kemenangan dalam babak-babak lanjutan ini maka penentuan lawan bertanding diatur sebagai berikut:
Dengan cara seperti ini maka hanya tim yang benar-benar solid dan kuat yang akan mampu meraih kemenangan demi kemenangan.
2. Mempersiapkan mosi
Salah satu bagian yang berpengaruh sangat besar terhadap kualitas penyelenggaraan lomba debat adalah ketersediaan mosi atau topik debat yang cukup dan bermutu serta bagus untuk diperdebatkan. Untuk membuat mosi yang baik diperlukan kejelian kita untuk menangkap isu yang sedang berkembang di sekitar kehidupan kita, di tengah masyarakat baik lokal, nasional maupun internasional. Perlu juga dilakukan studi pustaka, "searching data" di internet, memperhatikan berita di media massa, berdiskusi dengan seorang ahli dalam berbagai bidang dan pendekatan lain yang bisa dilakukan untuk menjamin tersedianya bahan yang cukup.
Setelah data terkumpul dan kasus per kasus dianalisis secara seksama, kemudian dilakukan penyusunan kalimat menurut aturan penulisan mosi debat. Bahwa dalam mosi debat isu-isu itu harus bisa diperdebatkan, berbentuk proposal atau usulan tentang sesuatu, disusun dalam sebuah kalimat yang tidak utuh dengan diawali kata that" atau "That House Believe That" atau "Be it resolved that" dan sebagainya yang menunjukkan bahwa sebuah isu itu masih mentah, mengambang, belum terjawab dan masih menjadi perbincangan yang sengit serta mengandung sikap "bi-polar"; pro dan kontra, atau setuju dan tidak setuju.
Setelah sejumlah mosi diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian dalam sebuah tim atau mini debat di antara beberapa anggota panitia penyelenggara untuk mengakaji kualitas mosi yang sudah disusun tadi. Sekaligus untuk menghindari adanya mosi yang tidak bisa diperdebatkan karena terlampau sulit atau terlampau kasar untuk diperdebatkan. Termasuk adanya kemungkinan untuk bisa ditanggapi negatif oleh peserta debat karena mosi yang tidak bagus. Pada tahap ini prinsip kerahasiaan mosi harus dijaga, namun untuk sekedar memberi acuan materi debat kepada semua calon peserta lomba, panitia bisa memberikan tema-tema yang akan dijadikan mosi dalam lomba debat tersebut.
Jumlah mosi untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat dipengaruhi oleh sistim pertandingan yang dipilih. Kalau jumlah babak pertandingan ada 7 babak misalnya maka paling tidak harus disediakan 21 mosi dari berbagai tema. Lebih banyak mosi semakin bagus sehingga memungkinkan pemilihan mosi yang benar-benar baik dan bermutu. 21 buah mosi itu didistribusikan sebagai berikut:
Babak Penyisihan Ronde 1 Ronde 2 Ronde 3 |
3 mosi 3 mosi 3 mosi |
Babak Perdelapan besar |
3 mosi |
Babak Semi Final |
3 mosi |
Babak Final (untuk Juara III, IV) |
3 mosi |
Babak Grand Final (untuk Juara I,II) |
3 mosi |
Jumlah mosi yang dibutuhkan |
21 mosi |
Mosi yang sudah ditawarkan kepada peserta dalam satu babak tidak boleh lagi ditawarkan pada babak selanjutnya. Mosi yang ditawarkan juga tidak boleh diangkat dari lebih dari satu tema, dengan kata lain, mosi yang ditawarkan harus dari tema yang sama. "Spirit of Debate"dimaksudkan agar pada setiap babak selalu terdapat kesamaan tema sehingga ada fokus pemikiran terhadap satu tema yang sama dari semua tim debat, meskipun mosi antara ruang debat satu dengan yang lain tidak sama namun tema yang digunakan sama; setidaknya hal ini bisa membantu peserta untuk bisa melangkah secara terarah dan terencana berjalan dari satu tema ke tema yang lain dan untuk menghindari adanya kebingungan di antara peserta berkenaan dengan tema-tema debat pada setiap babak selanjutnya.
Penawaran mosi untuk setiap babak dilakukan secara bertahap. Masing-masing untuk setiap babak ditawarkan 3 (tiga) buah mosi kepada kedua tim yang akan bertanding. Setiap tim diminta untuk menentukan prioritas dari ketiga mosi tersebut yaitu Prioritas 1, Prioritas 2 dan Prioritas 3. Kecocokan prioritas tertinggi yang diajukan dari masing-masing tim menentukan mosi mana yang akan dipakai dalam setiap babaknya. Misalnya: dalam sebuah babak perdelapan besar bertemu Tim Bengkulu melawan Tim Jatim. Panitia menawarkan 3 (tiga) buah mosi dari tema "Tourism" yaitu:
Prioritas dari masing-masing kedua tim debat yang akan bertanding menghasilkan distribusi data matematis sebagai berikut:
Prioritas |
Tim Bengkulu |
Tim Jatim |
Prioritas I |
2 |
1 |
Prioritas II |
3 |
2 |
Prioritas III |
1 |
3 |
Kesimpulan:
mosi yang akan dipakai adalah mosi yang nomor 2 karena mosi nomor 2 setingkat lebih tinggi dari pada mosi 3.
Pada kesempatan tertentu dimana distribusi data tidak bisa menentukan secara matematis seperti di atas contohnya pada distribusi data sebagai berikut:
Prioritas |
Tim Bengkulu |
Tim Jatim |
Prioritas I |
1 |
3 |
Prioritas II |
3 |
1 |
Prioritas III |
2 |
2 |
Maka kedua tim harus melakukan lot. Lot bisa dilakukan dengan koin mata uang recehan. Kedua tim diminta memilih "gambar" atau "angka", koin dilemparkan, muka koin yang muncul memberikan peluang bagi sebuah tim untuk memilih mosi yang akan dipakai.
Demikian seterusnya dilakukan untuk setiap babaknya.
3. Menentukan jumlah juri
Aspek lain dalam debat yang berpengaruh besar terhadap kredibilitas panitia penyelenggara lomba debat adalah berkenaan dengan penjuriannya. Sebaiknya pemilihan juri debat didasarkan atas:
Untuk lebih mendukung penilaian juri debat dari segi isinya (matter) maka sebaiknya tema-tema debat yang akan digunakan juga sudah diberitahukan kepada semua juri sebelum lomba dilaksanakan sehingga setidaknya semua juri mempunyai kesempatan yang cukup untuk membekali diri dengan berbagai pengetahuan (informasi) seputar tema-tema debat yang akan dipakai.
Jumlah juri dalam setiap babak/pertandingan harus ganjil; 1,3,5,7 dan seterusnya sesuai dengan kemampuan panitia menyediakan sejumlah juri yang memadai. Idealnya untuk setiap pertandingan pada tahap babak penyisihan adalah 3 orang namun untuk mendukung kualitas penjurian dan untuk menekan subyektifitas maka pada babak-babak selanjutnya jumlah juri ditambah. Juri tunggal atau single adjudicator diperbolehkan namun harus dicari dan diberikan hanya kepada orang yang memenuhi persyaratan pemilihan juri seperti telah disebutkan di atas atau hanya untuk juri yang mempunyai "jam terbang" tinggi atau berpengalaman atau sudah ahli.
Dengan melihat ketentuan di atas, selanjutnya kita bisa memperkirakan jumlah juri secara keseluruhan untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat bahasa Inggris. Perlu untuk diketahui bahwa jumlah juri yang diperlukan terkait sangat erat dengan jumlah tim peserta lomba debat. Artinya semakin banyak tim peserta lomba semakin banyak juga juri yang harus disediakan panitia lomba. Misalnya untuk jumlah tim peserta 16 tim dan jumlah juri setiap babaknya 3 orang, maka jumlah juri yang diperlukan minimal adalah sejumlah 16/2 X 3 = 24 orang juri. Sekarang mohon anda perhitungkan berapa juri yang dibutuhkan untuk jumlah tim peserta lomba sebanyak 30 tim?
Sebagai langkah antisipasif perlu juga ditambahkan beberapa juri cadangan untuk menjaga kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diperhitungkan pada saat lomba berlangsung. Jumlah juri cadangan bervariasi menurut kemampuan panitia penyelenggara dalam menyediakan sejumlah juri. Namun untuk sekedar menyederhanakan kompleksitas permasalahan kebutuhan juri lomba debat dan sekaligus dalam rangka efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan lomba debat, maka juri tunggal atau "single adjudicator" merupakan sebuah alternatif yang bisa dilakukan khususnya pada pertandingan-pertandingan babak-babak penyisihan. Alternatif lain yang bisa dilakukan adalah dengan pemberlakuan masa lomba yang lebih panjang dengan didukung oleh penjadwalan lomba yang lebih ketat sehingga jumlah juri bisa ditekan sedikit mungkin namun kualitas penyelenggaraan lomba debat tetap terjaga.
Berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan lomba debat maka untuk itu diperlukan adanya jalinan kerja sama (networking) yang solid dari semua panitia penyelenggara lomba debat. Mengingat begitu besarnya jumlah orang dan kuantitas kegiatan yang harus dilakukan maka diperlukan kejelian kita untuk melakukan berbagai variasi bentuk kegiatan yang bisa mempermudah kita dalam meraih kesuksesan sebagai panitia penyelenggara. Salah satu cara yang bisa dilakukan panitia penyelenggara adalah dengan membentuk Liaison Officer (LO). LO adalah sebuah tim yang terdiri dari banyak orang yang bertugas untuk membantu pelaksanaan lomba debat dalam berbagai peranan antara lain:
Jumlah orang yang terlibat sebagai LO biasanya bervariasi tergantung dari ketersediaan sumber daya manusia yang ada dan bentuk-bentuk kegiatan yang dibutuhkan panitia. Panitia dalam hal ini koordinator lomba membagi kerja LO untuk bertanggungjawab terhadap satu pertandingan debat yang akan dilakukan, biasanya dua-dua (1 orang sebagai chairperson 1 lagi sebagai time keeper). Mereka berdua bertanggungjawab untuk 1 pertandingan mulai dari bagi mosi (giving motion), menentukan posisi tim Afirmatif atau Negatif (positioning), menjaganya pada saat Case Building, mengantarkan kedua tim yang akan bertanding dari dan ke ruangan tempat lomba akan dilakukan, menyerahkan lembar penilaian kepada juri, mengumpulkan dokumen hasil penilaian, mengecek dokumen, dan menyerahkannya kepada panitia lain yang bekerja sebagai pengadministrasi atau pemroses data hasil pertandingan di komputer atau manual. Demikian terus menerus dilakukan untuk setiap babaknya.
5. Menentukan fasilitas penunjang lomba
Secara singkat berikut ini akan kami jelaskan fasilitas-fasilitas apa saja yang seharusnya ada dalam penyelenggaraan sebuah lomba debat yang ideal sehingga sedikit banyak panitia mampu menciptakan suasana lomba yang kondusif bagi semua peserta lomba debat bahasa Inggris. Fasilitas-fasilitas itu antara lain:
5.1. Ruangan
Untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat yang memadai diperlukan ruangan masing-masing:
5.2. Akomodasi dan transportasi peserta lomba
Untuk menyelenggarakan sebuah event lomba debat dengan skala yang luas dan menjangkau peserta dari berbagai wilayah memerlukan persiapan yang memadai agar tercipta suasana lomba yang mendukung proses lomba itu sendiri. Untuk itu perlu juga diperhitungkan ketersediaan akomodasi dan transportasi dari tempat penginapan peserta ke arena lomba. Faktor ini terbukti berperan besar bagi penciptaan kesuksesan penyelenggaraan sebuah lomba debat yang berkesan karena peserta debat tidak mungkin bisa secara maksimal mengembangkan materi debatnya misalnya jika perut dalam keadaan lapar, jika terlampau lelah di perjalanan dari dan ke arena lomba dan sebagainya. Setidaknya peserta tidak terbebani hal-hal di luar aktifitas debat itu sendiri yang berdampak buruk bagi kondisi fisik dan mentalnya.
Oleh karena itu perlu disiapkan konsumsi seperti snack, makan siang, minuman dan sebagainya. Panitia bisa mengutip biaya untuk hal-hal seperti ini, artinya bahwa biaya pendaftaran peserta lomba kalau perlu menjangkau sampai ke aspek ketersediaan konsumsi. Jika panitia tidak mau terbebani tugasnya dengan urusan konsumsi harus dipikirkan adanya kemudahan dan ketercukupan bagi semua peserta untuk mendapatkan makanan dan minuman di sekitar arena lomba seperti adanya warung, rumah makan, atau penjual makanan keliling dan sebagainya. Setidaknya ada juga tambahan ruangan sebagai tempat semua peserta makan dan minum selama lomba berlangsung di arena lomba.
Perlu juga disiapkan informasi berbagai tempat penginapan di dekat lokasi arena lomba debat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya peserta lomba dari wilayah yang jauh jaraknya sehingga perlu menginap selama lomba diselenggarakan. Informasi tentang jalur transportasi dari dan ke lokasi lomba juga perlu dipersiapkan agar tidak sampai ada peserta dari luar daerah yang datang terlambat, kesulitan mendapatkan angkutan ataupun tersesat di tingah jalan dan sebagainya. Untuk itu panitia perlu mengantisipasi dengan adanya petugas informasi yang secara khusus bertugas membantu peserta selama lomba diselenggarakan. Untuk sebuah lomba debat yang jumlah tim pesertanya banyak perlu dibentuk sekretariat panitia lengkap dengan bagian informasinya yang memadai.
Demikianlah berbagai hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan lomba debat yang perlu untuk kita ketahui bersama sehingga pada saat menyelenggarakan lomba debat di daerah anda tidak merasa berat atau terlalu berat namun lebih merasa sebagai sebuah aktifitas yang menyenangkan dan mengesankan bagi anda sendiri dan juga peserta dan pengunjung.
BAB IX
PANDUAN SINGKAT BAGI JURI DEBAT
Untuk menilai sebuah lomba debat diperlukan seorang juri 1) yang secara umum bisa diterima, 2) yang harus memiliki cukup pengetahuan atau wawasan tentang isu-isu yang diperdebatkan dan 3) harus seseorang yang memahami benar tentang debat baik dari sisi pengetahuan maupun pengalaman. Ketiga hal itu sangat penting untuk menghindari subyektifitas pribadi juri terhadap penilaian berdasarkan unsur suka dan tidak suka, penilaian yang berdasarkan adanya prasangka-prasangka atau penilaian yang berdasarkan adanya pendapat-pendapat pribadi juri yang bisa mempengaruhi penilaian.
Ada 3 (tiga) hal penting yang merupakan fungsi juri dalam lomba debat:
1. Untuk menentukan tim mana yang memenangkan debat
Berikut ini beberapa hal-hal penting yang harus diberikan juri selama melakukan pidato penjurian (verbal adjudication):
Menilai isi (matter):
Menilai metode (method)
Menilai sikap (manner):
Catatan penting lainnya:
Definisi:
Berharap akan adanya "even-if" dalam sebuah definisi yang menantang perdebatan.
Pidato Balasan:
Beberapa kesalahan yang sering terjadi selama lomba:
Hal-hal yang lain:
Skala Penilaian:
Skala Penilaian untuk pidato utama.
Isi (Matter) dan Sikap (Manner) |
Metode (Method) |
|
27 |
13 |
Kurang sekali |
28 - 29 |
14 |
kurang dibawah rata-rata |
30 |
15 |
Rata-rata |
31 - 32 |
16 |
Di atas rata-rata bagus |
33 |
17 |
Bagus sekali |
Rentang Margin skor kedua tim harus berada di antara 1 sampai 12.
Selisih skor (Margin) |
Arti |
1 4 |
Debat yang cukup berimbang dengan selisih yang sangat tipis di antara kedua tim. |
5 - 9 |
Debat yang relatif jelas terlihat perbedaan di antara kedua tim, dimana salah satu tim terlihat lebih mampu menarik keuntungan dari perdebatan yang dilakukan. |
10 - 12 |
Debat yang sangat jauh perbedaannya, dimana tim yang kalah mungkin saja telah mengalami kegagalan dalam beberapa aspek penting dalam mengemukakan argumen dalam debat. |
CONTENT CHART KETIGA ASPEK PENILAIAN LOMBA DEBAT
Aspek Penilaian |
Komponen |
1. Isi (matter) |
Pendapat harus logis |
Pendapat harus relevan dengan topik (parameter harus terukur ; pendapat yang kuat atau pendapat yang lemah) |
|
Contoh-contoh, bukti-bukti, fakta-fakta, teori-teori, konsep, konsep, pendapat ahli, atau hasil penelitian/survei dsb yang mendukung |
|
Kasus harus bermakna (valid atau tidak valid) |
|
Pendapat harus bisa dibuktikan (kasus menggantung) |
|
Pembicara ketiga tidak mengungkap pendapat baru |
|
Tanggapan terhadap dinamika perdebatan (bantahan/penolakan) |
|
2. Sikap (manner) |
Penggunaan suara (organ of speech)
|
Penggunaan bahasa
|
|
Penggunaan catatan/contekan |
|
Pandangan mata |
|
Bahasa tubuh: cara berdiri, wajah, gerakan tangan, kaki, kepala, bahu, dsb. |
|
Pembawaan diri: emosi, semangat, ekspresi, percaya diri, dsb. |
|
Ketulusan hati: kesan, keterbukaan, keramahan, keaslian, dsb. |
|
Humor: anecdot, joke, dsb. |
|
Tidak ada penyerangan secara pribadi |
|
3. Metod (metode) |
Penataan dan pengorganisasian ide/gagasan pendapat
|
Cara penyajian ide/gagasan: kronologis, spasial, sebab akibat, dsb. |
|
Penggunaan waktu bicara |
|
Cara menyampaikan tanggapan terhadap dinamika perdebatan (merespon bantahan/penolakan) |
Lampiran 1. PANDUAN BAGI MODERATOR DAN PENCATAT WAKTU
Sebelum debat berlangsung, semua berada di Ruang Utama. Disana akan diundi mana Tim Affirmatif (Positif) dan Tim Negatif (Negatif). Setelah itu ditunjukkan tiga pilihan topik yang akan dipertandingkan. Tim yang terpilih menghadap penanggung jawab ruangan debat yaitu panitia debat. Panitia memberi peserta masing masing 30 menit untuk memilih prioritas topik yang akan dibawakan, misalnya :
Misalnya: Urutan prioritas dari masing-masing tim sebagai berikut:
TIM AFIRMATIF |
TIM NEGATIF |
2 |
3 |
3 |
1 |
1 |
2 |
maka topiknya adalah no. 3
TAPI MISALNYA TERJADI SEPERTI INI :
TIM AFIRMATIF |
TIM NEGATIF |
1 |
3 |
3 |
1 |
2 |
2 |
Maka panitia harus memilih antara topik 1 atau 3 dengan lemparan koin. Sisa waktu dipergunakan peserta untuk merumuskan kasus (case building) atau menyusun strategi mereka.
Waktu 30 menit habis, MAKA debat dapat dimulai dengan :
Untuklebih jelasnya, silahkan diihat pada lampiran contoh pidato ketua sidang (chairperson) pada halaman 66.
Lampiran 2. LEMBAR PENILAIAN
Babak : Ruangan :
Moderator : Pencatat Waktu :
Juri :
Pembicara |
Nama |
Materi |
Sikap |
Metode |
Total |
Waktu |
Pertama |
||||||
Kedua |
||||||
Ketiga |
||||||
Penutup |
Nilai akhir
Oposisi
Pembicara |
Nama |
Materi |
Sikap |
Metode |
Total |
Waktu |
Pertama |
||||||
Kedua |
||||||
Ketiga |
||||||
Penutup |
Nilai akhir
Pemenang : Affirmatif/Negatif Margin :
Tanda Tangan
Skala Penilaian:
Pembicara substansi (pertama, kedua dan ketiga) dinilai :
Materi |
Sikap |
Skala |
27 |
13 |
Kurang sekali |
28 29 |
14 |
Kurang |
30 |
15 |
Rata rata |
31 32 |
16 |
Bagus |
33 |
17 |
Bagus sekali |
Catatan :
Nilai tertinggi : 83 Nilai secara umum : 70 80
Nilai tengah : 75 Pembicara penutup dinilai setengah dan pembicara inti
Nilai terendah : 67 Selisih nilai antara kedua tim harus berada antara 1 sampai 12
Lampiran 3. Contoh Pidato Ketua Sidang
Ladies and Gentlemen:
Welcome to the debate contest.
First, let me introduce the debaters. On my right is Group _____ as the Affirmative Team. Acting as the first speaker is _____; acting as the second speaker is _____; and acting as the third speaker is _____.The reply speech will be given by _____
The team on my left is Group _____ as the Negative Team. Acting as the first speaker is _____; acting as the second speaker is _____; and acting as the third speaker is _____. The reply speaker is _____.
Ladies and Gentlemen:
Now, Id like to introduce the adjudicators. The first adjudicator is _____; the second adjudicator is _____; the third adjudicator is _____; the fourth adjudicator is _____; and the fifth adjudicator is _____, etc.
The time keeper is _____; and I am _____ acting as the chair person .
Ladies and Gentlemen:
Before we begin, let me announce the rules and regulation of this contest.
Each substantive speech takes five minutes; after three minutes the time keeper will knock once; after five minutes the time keeper will knock twice; and after five minutes twenty seconds the time keeper will knock continuously to show that the time is over.
For the reply speech the maximum time is three minutes; after two minutes the time-keeper will knock once; after three minutes the time keeper will knock twice; and after three minutes twenty second the time keeper will knock continuously.
Ladies and Gentlemen:
The motion today is _____.
Well, ladies and gentlemen, I would like to invite the first speaker from the Affirmative Team. Ladies and gentlemen, please welcome Mr./Mrs. _____.
Now, I would like to invite the first speaker from the Negative Team. Ladies and gentlemen, please welcome Mr./Mrs. _____.
Etc.
ooooo000ooooo
BIBLIOGRAPHY
2. Cary L. Cooper and Peter Makin. 1984. Psychology For Managers. Mac Millan Ltd. London: England
4. Glen J. Cook, 1999. The Art of Making People Listen to You. Vikas Publishing House PVT Ltd. New Delhi: India
5. Greville Janner. 1990. How To win Meetings. Gower House. London: England
6. Juan Rubin and Irene Thompson. 1994. How To Be More Successful Language Learners. Heinle & Heinle Publishers.Massachusets: USA
7. Lenny Laskowski. 2001. 10 Days to A More Confident Public Speaking. Warner Books. New York: USA
8. Malcolm X. 1965. The Autobiograhgy of Malcolm X. Grove Press. New York: USA
9. Michael Scriven and Richard Paul. 1994. Defining Critical Thinking. Longman. London: England
10. Michael Birshan. 2000. Debating Handbook. The Bar Council Oxford Union Schools' Debating Competiton. London: England
11. Permata Harahap, English Debate, EDS-University of Indonesia.
12. Rebecca Stott. Torry Yound and Cordellia Bryan. 2001. Speaking Your Mind. Pearson Education Ltd. Essex: England
13. Robert Brandham. 1991. Debate and Critical Thinking. Hill's Dale, Lawrence Erlbaum. New Jersey: USA
14. Stephen E. Lucas, 1998. The Art of Public Speaking. Mc. Graw Hill Company. Boston: USA.
© Copy Right
For Further Consultation
Please, Contact:
Drs. Yuli Cahyono, M.Pd
Instalasi Bahasa
PPPG kejuruan Jakarta
08129302827