ANALISIS ISI MEDIA DALAM METODE
ANALISIS WACANA

Ada banyak metode dan analisis isi dalam penelitian komunikasi yang khususnya berkaitan dengan media. Beberapa definisi dalam menganalisis isi media antara lain, sebagai metode pembelajaran dan menganalisa komunikasi secara sistematis, secara objektif, dan bersifat kuantitatif.
Adapun beberapa alternatif dalam menganalisa (terutama teks) media, yakni analisis wacana, hermeneotik, semiotika, dan analisis isi. Pilihan yang saya ambil adalah analisis wacana. Berikut penjelasan dalam analisis wacana.
Analisis wacana merupakan salah satu alternative dari analisis isi selain analisis isi kuantitatif (yang lebih menekankan pada pertanyaan ‘apa’), sedangkan analisis wacana lebih melihat pada ‘bagaimana’dari suatu pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Selain itu, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari sebuah teks melalui struktur kebahasaannya.
Analisis wacana dapat melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif. Hal ini bukan berarti metode ini lebih unggul , namun lebih menjelaskan bahwa setiap metode memiliki karakteristik tersendiri, baik kelebihan maupun kekurangannya.
Pada dasarnya, metode analisis wacana menempatkan manusia sebagai konstruk/ makhluk aktif (dinamis). Yang mana peranannya sebagai peneliti media, memiliki fungsi memberikan pengamatan secara sistematis dan teratur. Baik objek yang diteliti berasal dari ilmu-ilmu alam, dan terlebih lagi ilmu-ilmu social.
Hal yang membedakan analisis wacana dengan analisis isi kuantitatif, antara lain
1. Analisis wacana lebih bersifat kualitatif dibanndingkan dengan analisis isi yang umumnya bersifat kuantitatif. Analisis wacana menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit kategori seperti dalam analisis isi. Dasar yang dipakai adalah interpretasi,karena analisis wacana merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi dan penafsiran peneliti.
2. Analisis isi kuantitatif umumnya membedah muatan teks komunikasi yang bersifat nyata, sedangkan analisis wacana berpretensi memfokuskan pada pesan yang tersembunyi. Proses pemaknaan suatu pesan tidak hanya bisa hanya menafsirkan apa yang tampak nyata dalam teks, namun harus menganalisis dari makna yang tersembunyi. Pretensi analisis wacana adlah pada muatan, nuansa, dan makna yang laten dalam teks media. Unsur penting dalam analisis wacana adalah penafsiran dimana tanda dan elemen yang ada dalam teks ditafsirkan secara mendalam oleh peneliti, sebagai sesuatu yang tidak terdapat dalam analisis isi kuantitatif.
3. Analisis isi kuantitatif hanya mempertimbangkan ‘apa yang dikatakan’, tetapi tidak dapat menyelidiki ‘bagaimana ia dikatakan’. Dengan demikian, analisis wacana tidak hanya bergerak dalam level makro (isi dari suatu teks), namun juga bergerak dalam level mikro dalam penyusunan sustu teks, seperti kata, kalimat, ekspresi, dan retoris.
4. Analisis wacana tidak berpretensi melakukan generalisasi.
Penekanan analisis wacana pada wacana adalah bentuk interaksi.Wacana berfungsi sebagai suatu pernyataaan, pertanyaan, tuduhan, atau ancaman. Bahkan dapat mendiskriminasi atau mempersuasi orang lain.
Analisis wacana termasuk dalam pendekatan konstruksionis, dimana ada 2 karakteristik penting, yakni proses pemaknaan dan penggambaran tentang suatu realitas (secara aktif), dan kedinamisan dalam proses kegiatan komunikasi.
Elemen-elemen struktur wacana antara lain (menurut van Dijk), Tematik(apa yang dikatakan), Skematik (bagaimana pendapat disusun dan dirangkai), Semantik ( makna yang ingin ditekankan), Sintaksis (bagaimana pendapat disampaikan), Stilistik (pilihan kata apa yang dipakai), dan Retoris (bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan).
Pada kesimpulannya, menganalisis isi media dengan metode analisis wacana lebih menekankan pada kedinamisan membuat penelitian dan penggambaran dari suatu teks berita dan pada akhirnya memberikan suatu pemaknaan secara lebih mendalam.

Contoh Kasus:
Penulisan berita pada kasus STPDN, dimana sumber berita nyata yang didapat berasal dari berbagai pihak, kebenarannya benar-benar diragukan. Hal itu memang dikarenakan oleh pandangan dari berbagai sisi baik dari sisi peneliti, pihak STPDN itu sendiri, dan juga para alumni dari STPDN yang juga memberikan kesaksiannya yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan sumber teks berita yang dituliskan dalam media itulah, pengamatan yang dilakukan oleh para peneliti kurang merespon dengan baik. Dan hasilnya dapat dilihat pada keputusan akhir waktu lalu.
Komentar
Isi dalam suatu teks berita sangat mempengaruhi proses pemaknaan dalam memberikan argumen. Sumber penting dalam membantu penelitian jika tidak dipaparkan dengan jelas akan mempengaruhi proses pemikiran maupun pandangan dari peneliti.

Back to Index

Hosted by www.Geocities.ws

1