Cetak Biru
Pendayagunaan Teknologi Informasi
dalam Membina Khairu Ummah
Divisi Penelitian dan Pengembangan
Muslim Information Technology Association (MIFTA)
EXECUTIVE SUMMARY
Positioning MIFTA
Cetak biru ini dipersiapkan dengan positioning MIFTA sebagai berikut :
MIFTA dikembangkan sebagai 'playing ground' bagi mekarnya profesional IT Muslim, maupun pebisnis Muslim. MIFTA tidak akan diarahkan, misalnya, untuk mengembangkan produk atau layanan yang bersaing dengan anggota. Tetapi sebaliknya MIFTA akan mengembangkan berbagai kegiatan yang bisa menjadikan berkembangnya anggota-anggota MIFTA. MIFTA membantu pebisnis IT Muslim untuk lebih dikenal market, sebagaimana membantu profesional Muslim untuk berkarya. Di sisi lain, MIFTA merancang, mempersiapkan dan mengembangkan solusi bagi ummah.
MIFTA dikembangkan sebagai 'hub' bagi kerjasama antar organisasi-organisasi Islam, baik bisnis, penelitian, pendidikan, politik, lsm, pesantren, masjid dll, dalam pendayagunaan IT. MIFTA tidak akan melakukan aktivitas-aktivitasnya sendirian, tetapi mengembangkan kemitraan.
MIFTA dikembangkan sebagai 'think tank' bagi mengembangkan strategi, perencanaan dan manajemen pendayagunaan IT. MIFTA mengembangkan disain, sebagaimana mempersiapkan tim kerja, dan dengan bekerjasama dgn berbagai pihak untuk merealisasikan disain tsb. MIFTA akan bergerak dari kekuatan anggota profesional dan bisnis yang dimilikinya, sebagaimana jaringan kemitraan yang dimekarkannya.
Objective
Cetak Biru ini dikembangkan bersama dengan beberapa sasaran :
Sebagai inspirasi untuk Muslim dari bidang Teknologi Informasi untuk bisa melihat celah bagi memberi kontribusi dalam proyek pendayagunaan Teknologi Informasi untuk ummah.
Sebagai motivasi untuk Muslim dari bidang Teknologi Informasi untuk mengembangkan diri untuk terlibat, menyusun agenda harian agar bisa terlibat.
Sebagai panduan untuk terbangunnya sinergi antara aktivitas berbagai pribadi Muslim saat ini agar bisa membangun suatu keterpaduan, berkaitan pendayagunaan Teknologi Informasi.
Sebagai inspirasi bagi masyarakat Islam dari masjid, pesantren, perusahaan, lsm dan media untuk bisa melihat Teknologi Informasi sebagai 'strategic enabler'.
Sebagai panduan untuk terbentuknya tim-tim kerja yang bisa mendayagunakan Teknologi Informasi untuk membina khairu ummah.
Sebagai panduan untuk membangun organisasi-organisasi Islam yang bergerak di bidang Teknologi Informasi.
Sebagai panduan untuk membangun 'framework' bagi kerjasama berbagai organisasi Islam dalam bidang IT.
Kerangka Berpikir
Perlu disusun suatu batasan tentang apa yang merupakan cakupan Teknologi Informasi sebagaimana deskripsi kerja dan keahlian dari SDM-SDM di dalamnya.
Dalam perspektif, Teknologi Informasi bukan sebagai 'bangunan terpisah' tetapi sebagai strategic enabler dalam memecahkan masalah-masalah ummah.
Pendayagunaan Teknologi Informasi harus berawal dari identifikasi atas masalah-masalah ummah terlebih dahulu.
Agenda-agenda aksi dikembangkan dengan arahan untuk menyediakan solusi bagi masalah-masalah ummah tersebut.
Sejumlah Task Force harus dirancang, dipersiapkan dan dikembangkan agar Cetak Biru tidak menjadi 'macan di atas kertas'.
Perlu dirancang, dipersiapkan dan dikembangkan organisasi-organisasi Islam yang bisa mempunyai kemampuan mendukung task Force dan agenda-agenda aksi tsb.
Kemitraan yang perlu dibangun antar berbagai organisasi Islam untuk bisa secara maksimum mendayagunakan Teknologi Informasi.
Cakupan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi mencakup beberapa bidang di antaranya :
Teknologi hardware
Teknologi jaringan
Teknologi software
SDM-SDM di bidang ini di antaranya :
IT Architect
System Engineer
Network Engineer
System Administrator
Database Administrator
Business Analyst
Software Architect
Programmer
Perspektif
Pendayagunaan Teknologi Informasi
Semangat mendayagunakan Teknologi Informasi perlu diarahkan dalam satu perspektif sebagai berikut :
Teknologi dan sistem infocom adalah peralatan, bukan tujuan.
Pengembangan teknologi dan sistem infocom bisa menjadi enabler, selain competitive advantage dalam persaingan dakwah Islam melawan kebathilan.
Visi dari pengembangan teknologi dan sistem infocom harus mendukung dengan visi dari pembinaan khairu ummah.
Pengembangan teknologi dan sistem infocom tidak terpisahkan dari aktivitas bisnis, politik, hukum, pendidikan, penelitian, media dan industri.
Suatu perencanaan strategis sangat dibutuhkan untuk menjadi panduan bagi aksi-aksi nyata di lapangan agar mencapai hasil yang maksimum dalam kerangka membina khairu ummah.
Sebuah cetak biru bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk mengembangkan aksi dan inovasi dalam pengembangan teknologi dan sistem infocom. Cetak biru menyediakan daftar-daftar masalah ummat dan ide-ide bagaimana teknologi infocom bisa digunakan untuk memecahkan masalah ini.
Sebuah cetak biru bisa menjadi platform bersama dari aktivis, dan organisasi Islam dalam pengembangan teknologi dan sistem infocom.
Masalah Ummah
Terdapat beberapa masalah ummah yang memberi peluang bagi merancang, mempersiapkan dan mengembangkan solusi :
Keterbatasan masjid, pesantren dan lsm-lsm Islam dalam implementasi Teknologi Informasi karena masalah biaya, sdm dan wawasan.
Keterbatasan infrastruktur untuk komunikasi, interaksi dan kolaborasi antar masjid, pesantren dan lsm-lsm Islam.
Infrastruktur komunikasi seperti Internet, dan terutama Warnet, merupakan front baru bagi agenda tarbiyah dan dakwah.
Tingkat penguasaan Teknologi Informasi yang rendah di aktivis masjid, pesantren dan lsm-lsm Islam.
Keterbatasan sistem pendidikan nasional dalam menyebarkan iptek berkaitan Teknologi Informasi.
Minat masyarakat Muslim terhadap penggunaan Teknologi Informasi masih terbatas.
Teknologi internet untuk menyediakan wahana untuk membangun kolaborasi virtual di dalam organisasi Islam ataupun antar organisasi Islam, sebagaimana juga menyediakan tantangan baru berkaitan peperangan al haq melawan al bathil.
Agenda-agenda dakwah seperti ekonomi syariah, pesantren terpadu, ekonomi-bisnis dll membutuhkan dukungan sistem informasi yang bisa menjadi 'strategic enabler'.
Lemahnya sistem informasi manajemen di organisasi, pesantren, masjid, perusahaan, lsm Islam. Dibutuhkan bantuan dalam perancangan sistem informasi sebagaimana pemilihan teknologi, solusi dan produk dalam implementasi sistem informasi.
Pembinaan pemuda, wanita dan keluarga Islam, sebagaimana anak-anak Islam, di satu sisi mendapatkan tantangan baru dengan maraknya Internet, dan di sisi lain menyediakan celah baru bagi aktivitas dakwah dan tarbiyah yang lebih menjangkau.
Media, sebagaimana industri seni, pariwisata dan hiburan, memasuki dunia Internet untuk menjadi jalan baru bagi mereka menyebarkan fikrah jahiliyah ke masyarakat Islam.
Media Web di Internet menyediakan peluang baru bagi pengembangan pendidikan, dan budaya sebagaimana juga ekonomi dan bisnis.
Apresiasi berbagai perusahaan dan organisasi terhadap profesional di bidang IT masih kurang memuaskan.
Terdapat berbagai 'ruang untuk mengembangkan diri' yang cukup luas bagi profesional di bidang IT.
Semangat knowledge sharing di antara profesional IT Muslim masih bisa ditingkatkan.
Di industri IT, pelaku bisnis IT dari kalangan Muslim masih sangat terbatas dan tidak menjadi pemain utama.
Lemahnya kerjasama dan aliansi antara pelaku bisnis IT dari kalangan Muslim.
Keterlibatan pelaku bisnis IT dari kalangan Muslim untuk bisa mendanai pendidikan, penelitian dan pengembangan IT menuju kemandirian ummah di bidang IT masih sangat terbatas.
Informasi yang berkaitan dengan masyarakat Islam bertebaran melalui berbagai media cetak, elektronik maupun Internet, tetapi tidak terkelola dengan baik, sehingga cenderung menjadi 'banjir sampah informasi'.
Analisa, dan tindak lanjut atas informasi-informasi tersebut tidak terorganisasi dengan baik.
Kerjasama antar organisasi-organisasi Islam dalam memanfaatkan informasi tersebut, berbagi beban masalah dan saling melengkapi masih sangat terbatas.
Pengembangan Task Force
Tanpa adanya SDM yang terlibat mengimplementasikan IT untuk memecahkan masalah ummah, maka semua cetak biru akan menjadi 'macan di atas kertas'. Task Force seperti ini harus dirancang, dipersiapkan dan dikembangkan secara lintas organisasi, baik bisnis, pendidikan, politik, sosial, hukum dll.
Task Force Pengembangan Infrastruktur. Membantu berbagai organisasi Islam seperti pesantren, masjid dan LSM untuk bisa mempunyai infrastruktur seperti komputer dan akses ke jaringan internet.
Task Force Layanan Pendidikan dan Pelatihan. Menyediakan pelatihan, seminar dan kegiatan lain yang bisa meningkatkan penguasaan IT oleh masyarakat Islam.
Task Force Layanan Konsultasi. Menyediakan rekomendasi-rekomendasi dalam pemilihan teknologi informasi, membantu mengimplementasikan sistem informasi di organisasi-organisasi Islam.
Task Force Pengembangan Web.Tim khusus yg juga menyediakan layanan consulting, spesifik dalam pengembangan website, dan portal, termasuk membangun kerjasama di antara web-web site Islam untuk saling berbagi pengalaman, masalah dan pengetahuan.
Task Force Advokasi Profesional IT.Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membantu advokasi profesional IT dalam hak-hak, pengembangan dll.
Task Force Pengembangan Bisnis IT. Mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membina kerjasama di antara pelaku-pelaku bisnis di bidang IT.
Task Force Dakwah Intelligence. Tim khusus yg juga menyediakan layanan consulting, spesifik untuk mendukung Dakwah Intelligence, yaitu penerapan teknik-teknik 'Business Intelligence' dalam dakwah.
Task Force ini bisa di-host di salah satu organisasi atau perusahaan Islam yang sesuai dengan objective dari masing-masing Task Force tsb.
Organisasi MIFTA
Secara khusus, MIFTA yang dirancang menjadi 'pusat kerjasama' lintas organisasi ini perlu mempersiapkan beberapa hal :
Manajemen Keuangan, bertanggungjawab mengelola dan mengembangkan keuangan MIFTA.
Cyborg <Cyber Organization), bertanggungjawab atas approval membership di website dan milis-milis MIFTA, mengelola milis-milis MIFTA, website MIFTA dan sarana-sarana virtual MIFTA lain.
Pengembangan SDM, bertanggungjawab melakukan rekruitment, penempatan dan pelatihan atas anggota-anggota MIFTA untuk mendukung Task Force yang dikembangkan MIFTA.
bertanggungjawab menyebarkan press release ke media-media berkaitan dengan aktivitas-aktivitas Task Force MIFTA.
Kemitraan, bertanggungjawab untuk menyediakan komunikasi ke organisasi-organisasi Islam lain bagi Task Force di atas untuk bisa bekerjasama dengan organisasi tsb.
Litbang, bertanggungjawab untuk memantau agenda-agenda aksi dan Task Force-Task Foce MIFTA untuk diperbaiki secara berkelanjutan.
Pengembangan Organisasi, bertanggung jawab mempersiapkan organisasi-organisasi MIFTA di daerah dan di luar negeri serta menjalin semua komunikasi antara MIFTA di pusat dan di daerah serta di luar negeri.
Pengembangan Kemitraan
Kemitraan perlu dikembangkan antar berbagai organisasi Islam untuk bisa mewujudkan pendayagunaan IT ini.
Kerjasama ini bisa dibangun dengan cara :
Penyusunan Cetak biru ini sebagai kerangka, inspirasi dan motivasi kerjasama.
Penyusunan Standard Operation Procedure dalam Kerjasama
Penyusunan model-model atau contoh-contoh disain kerjasama.
Pengembangan success story dalam kerjasama-kerjasama
Pengembangan evaluasi dalam kerjasama.
Standard Operation Procedure dalam Kerjasama
Langkah ke-1. MIFTA mengajukan Cetak Biru yang dikembangkan MIFTA, bersama Task Force yang telah dipersiapkan MIFTA
Langkah ke-2. Organisasi calon mitra kerja MIFTA mempelajari Cetak Biru tersebut.
Langkah ke-3. Organisasi calon mitra kerja MIFTA menganalisa masalah sosial kemasyarakatan dalam bidang kerjanya untuk menemukan peluang proyek kerjasama.
Langkah ke-4. Organisasi calon mitra kerja MIFTA mengajukan proyek kerjasama yang bisa membantu memecahkan masalah sosial kemasyarakatan dan dalam lingkup kerja Task Force MIFTA. Mitra kerja menawarkan dukungan-dukungan yang bisa disediakan, dan mengajukan permohonan atas dukungan yang diharapkan dari MIFTA.
Langkah ke-5. Task Force MIFTA mereview usulan proyek kerjasama tersebut termasuk kesiapan SDM MIFTA, dan seberapa kesiapan mitra kerja mendukung kegiatan ini.
Langkah ke-6. Jika Task Force MIFTA mempunyai kesiapan, maka akan melakukan perencanaan lebih jauh bersama Mitra Kerja.
Langkah ke-7. Bersama-sama bekerja di lapangan untuk menjalankan proyek tersebut.
Langkah ke-8. Melakukan evaluasi dan rekomendasi bagi perbaikan-perbaikan Cetak Biru maupun Task Force MIFTA.
Contoh Kerjasama
Beberapa contoh proyek kerjasama yang bisa dikembangkan :
Pelatihan Komputer. Bekerjasama dengan Task Force Education Service mengadakan kegiatan pelatihan komputer.
Pengembangan Kurikulum IT. Bekerjasama dengan Task Force Education Service menyusun kurikulum untuk pendidikan IT.
Penulisan Artikel. Media massa bisa bekerjasama dengan Task Force Education Service untuk membuka rubrik IT.
Seminar IT. Bekerjasama dengan Task Force Education Service mengadakan seminar IT.
Audit Sistem Informasi. Bekerjasama dengan Task Force Consulting service untuk mengaudit sistem informasi organisasi Islam.
Disain Sistem Informasi. Bekerjasama dengan Task Force Consulting service untuk mendesain sistem informasi organisasi Islam.
Pengembangan Website. Bekerjasama dengan Task Force Web Development untuk mengembangkan web site Islam.
Forum Pengusaha IT. Bekerjasama dengan Task Force Infocom Business menyelenggarakan forum pertemuan wirausahawan IT.
Seminar Pengembangan Karir Profesional IT. Bekerjasama dengan Task Force Advokasi Profesional IT untuk mendukung pengembangan karir profesional IT.
Jaringan Media Islam.Bekerjasama dengan Task Force Dakwah Intelligence mengembangkan sistem jaringan informasi antar media dan organisasi Islam.
Gerakan Komputer Bekas untuk Pesantren. Bekerjasama dengan Task Force Pengembangan Infrastruktur untuk mengumpulkan komputer bekas untuk pesantren.