- 81 -
3.43. KECELAKAAN KERJA ,” 2 ORANG TEWAS, KEPALANYA HANCUR
TERTIMPA WF,” DIMANAKAH JAMSOSTEK ?
Sudah tahu bahwa pembangunan di Ma’had Al-Zaytun itu penuh pekerjaan
kontruksi yang berat dan resiko kecelakaannya tinggi, dimana gedungnya luas dan
bertingkat tentu sudah selayaknya harus ada JAMSOSTEK yang bisa memberikan
pertanggungan resiko jika sewaktu – waktu ada terjadi kecelakaan kerja, sehingga
tidak menambah beban berat bagi yang terkena musibah kecelakaan kerja dan bagi
yang ditinggalkannya ( jika sipekerja tewas ). Namun ini aneh dan ajaib, diluar logika
kita, bahwa Ma’had Al-Zaytun yang katanya pesantren termegah di Asia Tenggara,
menyimpan kejanggalan dan kejahatan kemanusiaan luar biasa. Tidak ada sama sekali
JAMSOSTEK dan perlindungan terhadap karyawan pembangunan. Bagaimana ada
JAMSOSTEK ! idzin ketenagakerjaannya saja tidak ada, semua recruitmen personnel
dilakukan hanya melalui mekanisme internal yang amat tertutup dan rahasia, bahkan
tenaga kerja yang mau dikirim ke Al-Zaytun baik itu muadhof maupun guru didalam
perjalanannya pada malam hari matanya ditutup. Makanya warga desa sekitar Al-
Zaytun berada itu pada bingung dan tidak habis pikir, darimana itu tenaga kerja
didatangkan tiba – tiba kok sudah ribuan lebih orang jumlahnya, kenapa kok kami
orang – orang kampung disini yang membutuhkan kerja kok tidak direkrut menjadi
tenaga bangunannya, apa sebenarnya kekurangan kami ?,’ itulah pertanyaan –
pertanyaan aneh dari warga desa Mekar Jaya, Gantar, Suka Slamet, Haurgeulis dll,
yang terus menimbulkan kecemburuan dan gejolak sosial yang tiada habisnya,
terlebih ditambah lagi dengan aksi penyerobotan tanah yang dilakukan AS Panji G.
dengan Kuwu Api Karpi dengan seenaknya, penuh rekayasa.
Dengan tidak adanya perlindungan tenaga kerja astek/ jamsostek dari Al-Zaytun /
AS Panji G. , yang paling fatal adalah terjadinya kecelakaan pada 2 orang muadhof
hingga tewas mengerikan, lho bagaimana tidak tewas yang namanya jatuh dari lantai
lima rangka baja Asrama Al Fajr ( baca: al fajar ) lalu kepala dari kedua tenaga kerja/
muadhof tersebut tertimpa baja WF ( lengkapnya: Wide Flange Beam ) dari lantai
lima juga hingga jatuh ke lantai dasar, sehingga kepalanya pecah/ remuk penuh darah
berceceran dimana –mana, kebetulan saat itu ada santri – santri nisa yang melihat
kejadian tersebut,’ tersentak tiba – tiba menjerit histeris penuh kengerian melihat dua
orang muadhof tergeletak tidak berdaya dengan keadaan kepalanya yang sudah
hancur, ( innalillahi wainnalillahi rojiun semoga Allah mengampuni dosa – dosa
orang yang tertindas ). Namun tentang kejadian hal ini AS Panji G. tidak transparans
siapakah nama dan identitas korban tewas yang dimaksud, lalu bagaimana mengenai
pertanggungan dan kompensasi terhadap keluarga yang ditinggalkan yaitu anak dan
istri, jangan bisa berharap sikap manusiawi AS Panji G. tergerak, bahkan menurut
berita yang kami dengar pengiriman jenasah kepada keluarganya yang berada di Jawa
( sekitar Yogyakarta, Bantul, Kebumen ) tetap dikenai biaya pada keluarganya ( ingat
semboyan internal AS Panji G.: kita harus tega ! ), padahal yang tewas tidak lain
adalah karyawan bangunannya sendiri, yang telah lama habis – habisan baik moril
dan materiil diteritorial, hingga kemudian kerja rodi bertahun - tahun membangun
prasarana gedung pendidikan di Ma’had Al-Zaytun sebagai muadhof. Tahun 1999
menjadi duka paling mendalam bagi muadhof sekaligus menggetarkan jiwa
keselamatannya, apakah nasibnya akan sama mengenaskan seperti mereka namun
dalam konteks yang berbeda, yaitu seumur hidup dalam belenggu kemiskinan yang
sempurna, tiada akhir ?. Memang kecelakaaan kecil dan sedang sudah sering terjadi
dan tak terhitung jumlahnya Jika fakta ini ditanyakan pada hati nurani kita sebagai
manusia, masih pantaskah orang seperti AS Panji G. diberi tempat hidup dalam hati
ummat islam Indonesia ?.
81