Pahlawan muda,
ini punya nama lengkap Basel Ibrahim Abdullah Najee. Dilahirkan di
Kamp Pengungsi Jabaliya pada awal tahun 1980-an, dari seorang ayah
dan ibu yang merasakan pahitnya petaka (nakbah) dan pengusiran. Keluarga
Basel terpaksa eksodus dari tanah kelahirannya, el Sawafir Utara,
saat terusir pada tahun petaka (nakbah) 1948, ketika bandit-bandit
Israel yang didukung kolonial Inggris menjarah dan merampas tanah
suci Palestina dari pemiliknya yang sah, sebuah awal dari episode
penderitaan panjang bagi rakyat Palestina. Karena berbagai pengusiran,
pembantaian dan tindak kebiadaban akhirnya menjadi episode-episode
yang tak pernah tamat hingga hari ini. Basel dilahirkan dalam sebuah
keluarga besar. Dia anak laki-laki yang keenam dengan lima saudara
laki-laki dan tiga saudara perempuan. Basel tumbuh dan berkembang
di Kamp Pengungsi Jabaliya. Di sana Singa muda Palestina ini menyusu
berbagai arti dan makna kemuliaan dan perjuangan. Bagaimana tidak,
Kamp Pengungsi Jabaliya tempat dia tumbuh dan berkembang telah melahirkan
seorang pemimpin para aktivis al Qassam, pejuang legendaris Palestina
yang ditakuti oleh musuh-musuhnya meski tubuhnya telah tercabik-cabik
tak bernyawa: Asy Syahid Imad Aqil. Basel menyelesaikan pendidikan
dasar dan menengah pertama di sekolah putera di Jabaliya. Hampir semua
guru yang pernah mengajarnya sangat mencintai Basel meski dia dalam
kesengsaraan dan kemalangan. Kemudian, dia melanjutkan pendidikan
di Ma'had Dieni al Azhar tingkat atas (Aliyah). Namun, kondisi ekonomi
keluarga yang sulit tidak mendukungnya. Dan seperti dapat diduga,
dia lebih mengutamakan keluarga dan saudara-saudaranya dari dirinya
sendiri. Dia pun berhenti sekolah kemudian belajar menggeluti profesi
tukang kayu (furniture) membantu ayahnya menanggung beban ekonomi
keluarga.
Keterlibatan
Basel dalam Brigade Izzuddin al Qassam banyak dilakukan dalam berbagai
operasi penanaman bom, aksi-aksi militer bersenjata dan penembakan rudal
al Qassam. Basel banyak ikut andil dalam berbagai aksi penyerangan yang
dilakukan Brigade Izzuddin al Qassam, terutama dalam penyerangan pemukiman
Yahudi Doughit. Dia bertugas mengawasi lokasi sasaran dalam waktu cukup
lama. Sebagaimana diketahui, Basel Najee adalah prajurit yang terus
bersiaga di daerah utara dekat pemukiman-pemukiman Yahudi dan pagar
kawat pemisah. Dia bersiaga untuk mengawasi segala gerak tentara Imperialis
Israel dan kendaraan perangnya, kemudian menyampaikan informasi ke rekan-rekan
al Qassam lainnya.
Menurut seorang pejuang al Qassam, Basel sangat merindukan dan berharap
dapat menggapai syahadah, selalu mendorong ikhwan-ikhwannya untuk menjadi
istisyhadiyun (pelaku syahid). Dan begitulah realitanya, beberapa kali
dia menyediakan dirinya melakukan amaliyah istisyhadiyah (aksi syahid).
Namun setiap kali keluar melakukan amaliyah istisyhadiyah, semua dikejutkan
oleh kepulangannya dalam keadaan selamat. Bahkan pada suatu kesempatan,
pemimpin Brigade Izzuddin al Qassam, Syaikh Sholah Syahadah pernah melepasnya
dan direkam oleh ikhwan yang lain dalam video, namun karena suatu sebab,
aksi dibatalkan.
Setiap
orang yang mengenalnya mengungkapkan bahwa dia seorang pribadi teladan
yang dicintai semua orang, senyumnya selalu menghiasi wajahnya, tidak
mengenal dendam dan dengki apalagi benci meskipun terhadap orang pendengki
sekalipun, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, selalu menanyakan siapa
saja yang pernah dia kenal, selalu mengunjungi kerabat dekat bahkan
kepada orang-orang yang tidak memiliki hubungan kekerabatan dengannya.
Bagi teman-temannya, Basel adalah sosok pemuda yang memiliki keberanian
(syaja'ah), memiliki keteguhan hati yang tak ada bandingnya. Berbagai
peristiwa dahsyat, terutama dalam aksi intifadhah pertama berhasil dia
lalui dengan keteguhan hati. Terlebih saat berhadapan dengan militer
Imperialis Israel, Singa Pejuang kita ini langsung terlibat menggerakkan
aksi intifadhah dan berada di barisan terdepan dalam aksi-aksi perlawanan
menghadapi militer Imperialis Israel.
Mujahid
muda ini pun masih terus menyempurnakan peran dan strateginya bersamaan
dengan meletusnya Intifadhah al Aqsha, namun dengan warna dan cara lainnya.
Bersamaan dengan meletusnya Intifadhah al Aqsha, Mujahid Basel Najee
bergabung dengan Gerakan Perlawanan Islam Hamas. Tetap kukuh berjamaah
di Masjid An Nur, meski jarak antara masjid dan rumahnya cukup jauh.
Suatu hal yang tidak mungkin, Anda melakukan sholat lima waktu di masjid
tersebut kecuali Anda menyaksikan Basel berada di shaf pertama di antara
para jama'ah, terutama ketika shalat fajar (subuh) karena dia sangat
menjaganya untuk selalu berjama'ah. Semua itu sudah sangat populer di
kalangan para pemuda, bahkan dia menjalin hubungan sangat erat dengan
para pemuda, mendorong mereka untuk selalu menghadiri majlis ilmu, dzikir
dan tahfidz al Quran. Basel sendiri selalu tekun menghafal al Quran,
membaca kitab-kitab fiqh, sirah dan menghafal hadits-hadits Rasul. Menurut
rekan-rekannya di Masjid an Nur, Basel - semoga Allah merahmatinya -
selalu suntuk menghafal hadits-hadits Rasul dan gandrung mencarinya
di manapun tempatnya. Dia selalu mendorong para pemuda untuk melakukan
hal yang sama, sampai-sampai mereka menggelari Basel sebagai "Abu Hadits".
Oleh karena itu, salah seorang pemuda pernah menjumpainya pada suatu
malam sekitar jam setengah satu malam (24: 30), dia ditanya mau kemana.
Basel bilang bahwa dia menemukan sebuah hadits, karenanya dia ingin
pergi menemui Dr. Nizar Rayyan untuk menegaskan keshahihan hadits tersebut.
Dan, memang sudah menjadi kebiasaan Basel sering pergi ke Dr. Nizar
Rayyan, keduanya memiliki ikatan keilmuan yang sangat kuat. Bagi Basel,
menurut Usamah yang juga saudara kandung Basel Najee, tak seharipun
dia lewatkan kecuali diisi dengan tilawah Al Quran atau kalau tidak,
dia dengarkan lewat tape recorder. Selalu menunaikan shalat malam, disamping
menyuruh keluarganya untuk melakukan hal yang sama. Menurut Usamah,
Basel lebih mengutamakan aktivitas dakwah dan gerakan daripada aktivitas-aktivitas
lainnya. Sebagian besar uang yang dia pegang dibelanjakan kaset-kaset
keislaman dan ceramah-ceramah keagamaan, terutama ceramah Khalid Suwaidan
dan Thariq Suwaidan, dua tokoh inilah yang sangat dia gandrungi. Di
samping itu, dia suka membeli kaset-kaset ceramah lain untuk dibagikan
kepada para pemuda muslim, bahkan kepada yang kurang memiliki komitmen
keislaman untuk mendawai dan membuka hidayah mereka. Bahkan pernah terpikir
olehnya mendirikan markas kecil untuk dakwah, dibelikan seperangkat
komputer beserta puluhan CD yang berisi berbagai ceramah, wasiat para
pelaku aksi syahid juga video TV untuk memutar kaset-kaset keislaman.
Serta diadakan berbagai aktivitas kesenian Islam lainnya yang dilakukan
oleh para pemuda. Tentang hubungannya di dalam keluarganya, Basel memiliki
tempat tersendiri di hati kedua orang tuanya, seorang anak yang taat.
Bagi ibu Basel, meski dia sangat mencintai puteranya dan begitu sangat
sedih saat berpisah dengannya, namun beliau melepas puteranya tanpa
beban ketika mendengar berita kesyahidan anaknya, Basel. Bagi Basel,
perbincangan dan cerita tentang syahadah adalah suatu hidangan keseharian.
Hampir dapat dipastikan oleh rekan-rekannya, selama 24 jam, lisannya
tak pernah berhenti membincangkan masalah agama, dzikir dan keutamaan
para syuhada', disamping itu dia juga sangat menyukai nasyid-nasyid
perjuangan. Dalam aktifitasnya, lisannya selalu mendendangkan syair,
kematianku adalah kehidupan generasi
betapa murah (harga) darahku
dan hendaklah dunia tahu akan keluhuran kematian kami
Kehidupan
Basel, meski banyak menampilkan keharuman, ternyata ada sisi kedzaliman
yang harus dia lalui. Pada Januari 2001, dia sempat ditangkap dan ditahan
pihak dinas keamanan rezim Imperialis Israel selama 45 hari atas tuduhan
berafiliasi dengan Gerakan Hamas dan ikut serta dalam aksi penyerbuan
ke markas dinas keamanan Israel di Kamp Pengungsi Jabalya dengan batu.
Selama penyidikan, Basel mengalami berbagai penyiksaan dan penganiayaan.
Sehingga ketika keluar tahanan dia mengeluhkan rasa sakit yang amat
sangat pada pendengaran dan pinggangnya. Namun, penjara dan penganiayaan
tidak mampu melemahkan kekuatannya. Bahkan sebaliknya, bertambah kuat,
teguh dan lebih komitmen. Menurut salah seorang rekannya, begitu Basel
keluar dari penjara Israel, dia langsung pergi ke masjid untuk menunaikan
shalat. Menurutnya, hal yang paling membuatnya disiksa adalah ketika
para penyidik memintanya mencukur lihyah (jenggot) sebagai kompensasi
pelepasannya, namun dia menolak dengan tegas permintaan tersebut. Ketawadhu'an
adalah sisi lain yang dimiliki Mujahid yang zuhud ini. Menurut Usamah,
saudaranya, Basel tidak pernah tergiur urusan dunia dan tetek bengeknya.
Hidupnya begitu sederhana sekali bahkan kamar yang dia tinggali berukuran
hanya 1,5 X 2 meter persegi, padahal ruangan tersebut sedianya dijadikan
gudang. Namun Basel - semoga Allah merahmatinya - menjadikan kamar itu
untuk menjadi tempat tinggal dirinya, dia tidur hanya dengan menggelar
tikar di lantai tanah. Dan barangkali tidak pernah terpikir dalam benaknya
seharipun untuk membelanjakan uangnya untuk membeli pakaian ataupun
hal lainnya. Hasratnya mengumpulkan uang hanya untuk membeli senjata
dan sisir mesiu. Usamah pun teringat satu peristiwa, saat itu dia menghubungi
Basel dan memberitahu agar pergi ke satu tempat untuk membeli alat penggiling
makanan. "Apakah kita butuh alat tersebut? Saya mengumpulkan uang untuk
membeli senjata dan meriam," jawab Basel yang selalu memburu sumber-sumber
penghasilan dan uang demi membeli senjata. adalah sebaik-baik teman.