Semangat
Pendidikan di tahun ini masih saja diwarnai dengan
keprihatinan akan kondisi bangsa khususnya dunia pendidikan.
Pemberitaan-pemberitaan masih seputar robohnya gedung
sekolah, kurangnya fasilitas pendidikan, sampai demo
guru.
Pendidikan
di Indonesia memang mengalami berbagai macam permasalahan
dan selalu menuai kritik bahkan oleh pelaku di bidang
pendidikan sendiri. Pendidikan merupakan suatu hal
yang sangat penting, seharusnya pendidikan sudah menjadi
kebutuhan pokok manusia. Pendidikan seharusnya bukan
hanya dimaknai sebagai proses dimana ada murid dan
guru yang melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Guru bisa jadi berupa buku atau apa saja
yang bisa dijadikan media untuk belajar.
Bangsa
ini belum mampu untu memberikan pendidikan berupa
sekolah-sekolah yang maju, berkualitas baik, dengan
fasilitas-fasilitas yang memadai. Seharusnya kita
tidak hanya berharap kepada Negara untuk memperoleh
pendidikan, namun bukan berarti juga Negara dalam
hal ini pemerintah berpangku tangan, pemerintah mempunyai
kewajiban untuk menyediakan fasilitas pendidikan yang
memadai.
Melihat
perkembangannya, mungkin sudah saatnya untuk merubah
paradigma pendidikan di Negara ini. Mengingat pengalaman
selama mengenyam pelajara di bangku sekolah terpikir
bahwa sebenarnya kami-kami dulu (angkatan pendidikan
tahun 80an - 90an), kami berangkat sekolah bukan karena
secara sadar membutuhkan pengetahuan. Bila diingat
kebanyakan dari kami selalu masuk sekolah karena adanya
suatu hukuman bila kita ternyata bolos, entah itu
dari pihak sekolah maupun dari orang tua.
Bila
menilik dari proses belajar mengajar, sepertinya siswa
dididik bukan untuk bisa berfikir tapi bagaimana siswa
bisa menjawab pertanyaan dalam ujian. Indicator yang
dipakai selalu sama yaitu nilai dari setiap ujian,
bahkan ada pula guru yang aka memberi nila lebih untuk
siswa yang bisa menjawab dengan tapat (sesuai dengan
teks) pertanyaan-pertanyaan dalam ujian. Jadi bisa
dikatakan siswa banyak dituntut untuk hapal daripada
berfikir.
Dengan
kondisi yang semacam ini, pantaslah kiranya bila generasi-generasi
masa depan bangsa ini hanya pintar untuk melihat apa
yang dilihat oleh mata tanpa "melihat" sesuatu
yang ada dibalik suatu kejadian. Otak kita tidak dilatih
untuk berpikir, menganalisis dengan baik. Sehingga
kebanyakan apa yang kita lakukan hanya untuk kepentingan
yang mudah untuk dilihat, atau degan kata lain apapun
yang kita lakukan hanya mengharapkan suatu hasil yang
cepat (instant). Apa yang kita lakukan hanya bertujuan
jangka pendek tanpa memikirkan apa yang akan terjadi
atau apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Lahirnya
tokoh-tokoh cendekiawan yang mampu berpikir jangka
panjang dan bisa menggunakan otaknya untuk berpikir,
kebanyakan adalah mereka yang sudah terlatih untuk
menggunakan otaknya dengan menganalisis kondisi apa
yang sedang dihadapinya, tidak dipungkiri golongan
ini kebanyakan adalah lahir dari manusia-manusia yang
pada masa pendidikan formalnya aktif diberbagai macam
kegiatan, baik intra maupun ekstra. Hal ini bisa kita
lihat sebagai contoh adalah tokoh-tokoh politik kita,
kita persempit mungkin di jajaran anggota Dewan (yang
lebih plural dan dari berbagai latar belakang). Pada
komunitas anggota dewan dapat kita ketahui mana anggota
dewan yang bisa berpikir da hanya asal bicara. Kebanyakan
anggota dewan yang bicaranya berisi dapat dipastikan
mereka mempunyai latar belakang aktif dalam banyak
kegiatan pada masa pendidikan formalnya (siswa/mahasiswa).
Bagaimanapun
kondisi pendidikan bangsa ini, kita masing-masing
mempunyai tanggung jawab terhadapnya tidak perlu kita
menuntut terlalu besar kepada pemerintah meskipun
itu sudah menjadi tanggung jawab mereka. Tanggung
jawab kita adalah minima pada diri sendiri untuk selalu
belajar, menambah pengetahuan, dan melatih otak untuk
selalu berpikir. Selanjutnya adalah pada keluarga
kita, bagaimana menumbuhkan budaya belajar tanpa henti,
karena belajar tidak hanya di sekolah, dimanapun kita
bisa belajar.
Menyambut
Hari Pendidikan Nasional tahun ini, semoga generasi-generasi
penerus bangsa ini di masa depan tidak lagi selalu
tertinggal dan mampu untuk bersaing dengan pesaing-pesaingnya
yang sudah mengglobal, mendunia. (nets)
Beri
|