<%@ Language=JavaScript %> For Your Info
     

Home --> Antar Kita --> For Your Info  Last update 23 May 01    Riau punya maskapai penerbangan, Merpati tunda jadwal pengadaan 2 unit B 737

Antar Kita

For Your Info

Riau punya maskapai penerbangan

Merpati tunda pengadaan B-737

Utang Merpati dipotong

Cost per hours

Presentasi Audit oleh DS

 

 

 

 

 

 

Riau Punya Maskapai Penerbangan

Inilah contoh daerah yang benar-benar memanfaatkan era otonomi daerah. Riau, kini punya maskapai penerbangan. Meski armadanya masih terbatas, perusahaan penerbangan itu sudah beroperasi. Menggunakan pesawat jenis SAAB 340 B, bikinan Swedia, Riau Airline segera terbangi udara Pekan Baru-Batam. Pesawat yang memiliki kapasitas 36 tempat duduk ini direncanakan akan menghubungi Pekan Baru-Batam serta Pekan Baru dengan daerah lain di sekitar Riau. Termasuk Malaka dan Singapura.

Untuk tahap pertama Riau akan melakukan sewa beli sebuah pesawat SAAB 340 B. Rencana seluruhnya Riau Airline akan berisi dua buah armada SAAB 340 B dan dua buah armada Cessna 20B. Penerbangan perdana Riau Airline akan dilakukan awal Juni mendatang.

Pesawat ini dianggap cocok untuk penerbangan jarak dekat. Sedangkan harga tiket yang ditawarkan, dijanjikan lebih rendah dari harga tiket maskapai Merpati. Selain itu pemilihan jenis pesawat SAAB 340 B dengan pertimbangan cocok dengan jarak terbang. Selain multi fungsi, karena SAAB 340 B bisa dialihkan menjadi pesawat kargo dalam tempo 30 menit.

Sumber: Manado Post, 23 Mei 2001

TOP

Merpati tunda jadwal pengadaan 2 unit B 737

PT Merpati Nusantara Airlines, kata seorang direksinya, mengundurkan jadwal pengadaan dua pesawat Boeing 737 dari Maret menjadi Juni karena biaya sewanya membengkak setelah rupiah melemah terhadap US$.

Moch. Masykur, direktur operasi PT Merpati, mengemukakan pihaknya sudah membayar uang muka untuk menyewa pesawat tersebut sebesar US$86.000 per unit. Untuk mendatangkan pesawat itu, kata dia, Merpati masih harus membayar uang muka kedua pada saat penandatanganan kontrak dan uang sewa bulanan pada saat pesawat didatangkan masing-masing US$86.000.

Menurut dia, pengadaan pesawat itu direncanakan sejak tahun lalu dan dijadwalkan tiba awal Maret 2001. Namu bila didatangkan sekarang, ujarnya, PT Merpati harus membayar uang sewa padahal nilai US$ mencapai Rp11.000-an. "karenanya, kami putuskan kedatangan pesawat itu diundur jadi Juni 2001 dan pihak penyewa sudah setuju," kata dia kepada Bisnis di Jakarta kemarin.

Menurut dia, BUMN itu tahun ini akan menyewa empat unit Boeing 737. Dua diantaranya tiba bulan lalu dan sudah dioperasikan, sedangkan dua unit lainnya diundur kedatangannya. Dua Unit B 737 yang diundur kedatangannya, lanjut dia, akan digunakan untuk melayani rute-rute yang sebelumnya sempat ditutup seperti Jakarta-Padang. "Kami harapkan pesawat ini tiba Juni supaya bisa dioperasikan pada saat peak season."

Sementara itu direktur keuangan PT Merpati Budiman Rafioedin mengatakan pihaknya berminat menyewa lima pesawat Fokker 28 yang tidak dioperasikan lagi oleh maskapai Garuda Indonesia. "Kami sudah mengirimkan proposal kerja sama kepada Garuda dalam mengoperasikan F-28 sekitar dua minggu lalu." Merpati, kata dia, mengusulkan pola revenue sharing dalam mengoperasikan lima pesawat itu. Merpati, tuturnya, masih memerlukan beberapa unit pesawat untuk memperkuat armada maskapai milik pemerintah itu.

Menurut dia, Garuda belum memberikan jawaban atas usulan Merpati. Garuda, dia memperkirakan, akan menjadilkan lima F-28 sebagai pesawat cadangan. "Meskipun Fokkernya tidak digunakan lagi, tidak berarti Garuda tidak akan menggunakan sama sekali pesawat itu."

Berdasarkan data Dephub, Merpati - samapi posisi Februari 2001 - mengoperasikan 30 unit pesawat yaitu tiga B737-200, tga F-100, delapan F-28, tujuh F-27, empat C-212 dan lima DHC-6. Dengan dioperasikannya dua unit B737-200 yang baru disewa, berarti Merpati kini mengoperasikan  32 pesawat.

Sementara Garuda Indonesia diketahui menghentikan pengoperasian lima Fokker 28 sejak 25 Maret 2001 sebagai upaya maskapai itu menyederhanakan pesawat yang dioperasikan. Lima F-28 buatan tahun 1973 itu digunakan untuk mendukung penerbangan ke Padang, Palembang, Pekan Baru, Pontianak, Banjarmasin dan Solo.

Sumber: Bisnis Indonesia, 09 Mei 2001

TOP

Utang Merpati dipotong 30 persen

Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dan Merpati Nusantara Airlines (MNA) mencapai kesepakatan restrukturisasi dengan menurunkan 30 persen utang MNA di Bank Danamon.  Demikian Direktur Keuangan MNA Budiman Rafioedin usai acara pemberian apresiasi kepada 76 mitra agen perjalanan terbaik, pekan lalu di Jakarta.

"Utang sebesar Rp 320 milyar sekarang tinggal 206 milyar, yaitu terdiri dari utang pokok Rp 154 milyar dan bunga yang harus dibayar 56 milyar," katanya. Menurut Budiman, utang pokoknya akan dilunasi dalam kurun waktu 10 tahun, sedangkan bunga lima tahun. Menjawab pertanyaan, Budiman mengatakan, utang kepada Bank Mandiri sebesar Rp 175 milyar sudah tuntas karena memang Merpati lebih memprioritaskannya lebih dulu.

Budiman Rafioedin menjelaskan, total utang MNA kepada kreditor tercatat mencapai Rp 1,7 trilyun, ke lembaga perbankan sebesar Rp 600-Rp 700 milyar, dan sisanya kepada vendor/penyuplai termasuk provider lainnya sebesar Rp 500-Rp 600 milyar. Sebelum krisis moneter, Merpati masih sanggup memenuhi kewajibannya. Namun, krisis moneter melanda Indonesia tahun1997 mengakibatkan Merpati mulai mengalami kesulitan keuangan untuk membayar kewajiban kepada para kreditor.

Budiman juga mempertegas keterangan Direktur Utama Wahyu Hidayat, awal bulan, dalam peluncuran produk "Call & Fly" bahwa target pendapatan Rp 1,4 trilyun tahun 2001 bakal tidak tercapai. "Kemungkinan sama dengan tahun 2000 yang Rp 1,1 trilyun," ujarnya. Dalam kesempatan tersebut ia juga menyatakan bahwa Merpati tertarik menyewa lima pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia yang akhir April lalu tidak lagi diikut sertakan dalam penerbangan regulernya. Pesawat tersebut diperlukan karena Merpati masih kekurangan pesawat untuk melayani sejumlah jalur penerbangan yang masih belum bisa dilayani. Dalam kaitan ini, Merpati telah mendatangkan dua buah Boeing 737-200 dan dua lagi akan menyusun dalam waktu dekat.

Sumber: Kompas 08 Mei 2001

TOP

Cost of Casa per Hour

Total operating cost Casa NC-212 per jam dengan asumsi 1 US Dollar = Rp. 9.400

 

I. BIAYA LANGSUNG

  I.1  Biaya penerbangan                      1,901,395.5

  I.2  Biaya perawatan pesawat             2,006,123.9

  I.3  Biaya penyusutan dan amortisasi      240,531.0

 

II. BIAYA TIDAK LANGSUNG

  II.1 Biaya station                                 154,948.4

  II.2 Biaya pelayanan pax                       273,469.8

  II.3 Biaya penjualan                             707,385.5

  II.4 Biaya administrasi dan umum            153,520.3

                      TOTAL BIAYA per JAM Rp. 5,483,498.1

TOP

Presentasi audit oleh DS

Pada tanggal 5 April 2001 yang lalu diadakan rapat rutin yang bertempat di lantai II Kantor Pusat Merpati dengan salah satu agendanya adalah presentasi audit oleh DS yang diwakili oleh Capt. Ertata Lananggalih, Capt. Sogi Prakoso dan Capt. Indriawan Wiryono. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Pengertian audit secara luas adalah melihat secara keseluruh suatu kegiatan untuk dikembalikan ke jalur yang benar. Baru-baru ini divid DS telah berhasil mendapatkan setifikat ISO dalam bidang Aviation Safety yang berarti bahwa dalam hal keselamatan penerbangan jajaran DS Merpati telah mendapatkan pengakuan Internasional. Hal ini menjadi tantangan bagi Merpati khususnya DS untuk mempertahankan prestasi tersebut. Salah satu caranya adalah dengan mensosialisasikan akan pentingnya sertifikat ISO ke setiap unit kerja yang ada.

Khusus Casa sendiri, sebagian besar peserta rapat menghendaki agar DS juga melaksanakan audit dilingkungan Casa.

Menyangkut audit di Casa, ada usulan untuk meningkatkan safety, diperlukan adanya penggantian GPS yang selama ini sudah sering diusulkan. Tetapi usul ini mempunyai kendala dimana GPS yang selama ini digunakan di pesawat Casa yaitu Garmin 100 tidak dapat di-upgrade, tetapi harus diganti total. Berbeda dengan Garmin 165 yang dapat di-up grade.

Juga ada usulan agar DS dalam mengaudit Casa untuk turun langsung ke lapangan.

Beberapa hasil yang didapat yaitu:

  1. Trip Report sekarang sudah ada tembusan ke DS dan tidak hanya kepada Chief Pilot saja.

  2. Untuk setiap crew diminta untuk mengisi AML, dikhawatirkan kaena banyaknya margin yang diberikan, sehingga pesawat yang unserviceable dikatakan serviceable.

Sumber : Pertemuan rutin Casa tgl. 05/Apr/01

TOP

Kritik dan saran harap kirimkan ke webmaster

 Credit image. Copyright © 2001

Hosted by www.Geocities.ws

1