<%@ Language=JavaScript %> Artikel

     

Home  ---> Artikel                                  Last Update 13 Jul 01

Artikel

Jet lag dan gangguan otak

Cara baru obati Jet lag

Hijacker
   
   
   
   

 

 

   

 

"Jet Lag" dan Gangguan Otak

 

SEBELUM menderita sakit, Gus Dur (Abdurrahman Wahid) mampu menghafal 2.000 nomor telepon. Mehmed Ali Halici dari Ankara sanggup mengutip 6.666 ayat Al Quran dalam waktu enam jam. Nama lain yang layak disebut adalah Rajan Mahadevan yang bisa mengingat 31.811 digit dari Pi. Itulah kehebatan otak. Memang salah satu perabot paling spektakuler dari tubuh manusia adalah kemampuan untuk menyimpan informasi.

Tidak mengherankan kalau sedini apa pun sebuah penelitian tentang otak manusia, selalu bisa menarik perhatian. Contohnya adalah apa yang disiarkan Senin lalu oleh kantor berita Reuters, bahwa otak bisa mengkerut kalau sering melintasi kawasan yang perbedaan waktunya besar. Akibat lain adalah mental yang terganggu, termasuk ingatannya.

Orang yang sering bepergian jauh dan melintasi apa yang disebut sebagai "kawasan waktu yang berbeda" memang mendapat risiko terkena jet lag. Pengidapnya ditandai dengan rasa lelah, bingung, dan tidurnya pun menjadi kacau. Para korban utama jet lag ini tentulah para pilot, awak pesawat, atau pramugari, serta mereka yang begitu sibuk sehingga ulang-alik antarbandara.

Obyek penelitian terbaru yang diungkap oleh Kwangwook Cho dari Department of Anatomy dari University of the Bristol, Inggris, ini memang adalah para pramugari. Ia melibatkan 20 pramugari dari penerbangan internasional, berusia antara 22 sampai 28. Sebelumnya ia telah meneliti bahwa gangguan tersebut kurang berarti pada laki-laki, dan karena itu laki-laki tidak menjadi lahan penelitiannya sekarang. Menggunakan alat scan MRI, timnya menemukan bahwa para pramugari yang mendapat tenggang waktu antar-penerbangan lebih singkat, daya ingatnya lebih terganggu dan kemampuan mengenali abstrak yang sederhana ternyata memburuk.

Dr Robert Sack dari Klinik Gangguan Tidur di University of Portland, AS, melihat temuan ini menunjukkan bahwa jet lag bukan sekadar "gangguan" seperti anggapan umum selama ini. Katanya, "Mungkin konsekuensinya lebih serius."

Konsep kawasan berbeda waktu ini terwujudkan di dalam mekanisme "jam tubuh". Waktu makan siang di London adalah sarapan di New York. Maka seseorang yang terbang melintasi kawasan itu bagai digojlok. Para penumpang merasa lelah sampai beberapa hari sesudah penerbangan, namun tetap terjaga sampai tengah malam berkat kerja hormonal yang memberi isyarat waktu adalah "pagi". Jet lag juga bisa mengganggu pencernaan, bahkan mengacaukan jadwal menstruasi. Hal itu terjadi kalau orang terbang dari timur ke barat. Penerbangan dari utara ke selatan berlangsung di dalam kawasan waktu yang sama dan karena itu tidak menimbulkan jet lag.

Menurut Nature Science Update, kunci masalahnya terletak pada hormon 'cortisol'. Kalau terserang demam, mengejar bus, atau bahkan selagi jatuh cinta, tubuh manusia mengeluarkan cortisol. Tingkat cortisol yang tinggi di pagi hari mengiringi kita melewati sepanjang hari, namun pasokan ini terbuang ketika tubuh menyongsong malam.

Jet lag yang sudah parah bisa ibarat membuka keran cortisol. Itulah dasar dari temuan tim yang dipimpin Cho ini. Dengan itu, tubuh tidak bisa memberi isyarat apakah saatnya malam atau siang, dan memproduksi hormon tersebut seperti seharusnya.

Charalambos Kyriacou yang meneliti irama tubuh dari University of Leicester, Inggris, mengatakan bahwa jet lag memang mengacaukan "jam tubuh" di otak. Otak kemudian mengirim sinyal, misalnya dengan menaikkan tingkat cortisol, untuk menyesuaikan diri. Masalahnya, tuturnya, "Otak menyesuaikan dengan cepat, dan bagian tubuh lain lebih lambat." (Reuters/Nature/efix)

Sumber: Kompas, Minggu, 27 Mei 2001

TOP

INFO KESEHATAN, Cara Baru Obati "Jet Lag"

   

TAHUKAH Anda, jet lag yang sangat mengganggu ketika bepergian melintasi separuh bagian dunia bisa dihilangkan hanya dengan menyinari lutut? Hasil penelitian terbaru para ilmuwan Universitas Cornel, New York, menunjukkan menyinari kulit dengan sinar yang menyerupai panjang gelombang matahari dapat menyetel kembali jam tubuh.

Para ahli memilih bagian belakang lutut, organ tubuh yang selama ini dipercaya sebagian ahli sebagai penentu ritme circadian, karena mudah dicapai dan jauh dari mata.

Selama bertahun-tahun para ahli mengobati jet lag dan gangguan perasaan di musim dingin dengan sinar. Caranya, penderita duduk di depan sinar yang menyerupai panjang gelombang matahari, selama beberapa jam tiap hari. Namun orang buta mengalami jet lag juga.

Karenanya, psikolog Scott Campbell dan Patricia Murphy melakukan penelitian dengan menyinari bagian belakang lutut para sukarelawan untuk melihat apakah ritme internal tubuh dapat diubah dengan cara itu. Ke-15 sukarelawan yang berpartisipasi dalam penelitian itu tak tahu bahwa mereka disinari.

Ternyata penemuan itu memberikan pemahaman lebih baik mengenai bagaimana tubuh mengetahui jam atau waktu. Kedua peneliti berhasil mengubah ritme internal tubuh para sukarelawan lebih dari tiga jam yang diketahui dengan cara mengukur suhu tubuh. Hasil itu juga menawarkan cara yang lebih mudah untuk mengobati gangguan tidur. (Rtr/atk)

 

***Jalansutra

Jet Lag

Sesuai permintaan pembaca setia, Rachmad Reggy, kali ini kita diskusikan tentang jet lag. Jet lag bukanlah penyakit, melainkan suatu perasaan tidak enak (discomfort) yang dialami seseorang setelah perjalanan panjang dengan pesawat terbang melintasi beberapa zona waktu (time zone). Perasaan ini timbul karena ketidakmampuan jam tubuh (body clock) kita menyesuaikan. Dinamakan jet lag karena gejala ini memang diakibatkan oleh era pesawat penumpang jet yang mampu melakukan penerbangan transmeridian jarak jauh. Kalau kita naik kapal laut yang berlayar melintasi Samudra Pasifik, kita tidak akan mengalami jet lag, karena perbedaan setiap melintasi zona waktu terjadi sangat pelan dan dapat diadaptasi oleh tubuh kita dengan baik.

Jet lag juga terasa lebih 'sakit' bila kita terbang tegak lurus pada garis waktu dari Barat ke Timur. Biasanya, bila saya terbang dari San Francisco-Jakarta, setiba di Jakarta saya masih bisa langsung masuk kantor dan makan nasi Padang. Tetapi, sebaliknya, bila saya terbang dari Jakarta-San Francisco, maka pastilah saya telah 'teler' sesampai di San Francisco. Karena itu, banyak orang yang pergi dari Jakarta-New York-Jakarta dengan cara mengelilingi bumi. Dari Jakarta-New York lewat Eropa agar arah penerbangan dari Timur ke Barat. Lalu pulang dari New York-Jakarta lewat Jepang. Sayangnya, harga tiket keliling dunia begitu lebih mahal daripada pergi-pulang melalui rute yang sama. Padahal, jaraknya hampir persis sama.

Ketika masih tinggal di Amerika Serikat, saya sering mengambil penerbangan Los Angeles-New York yang disebut 'Red-Eye Special'. Artinya, berangkat malam dari Los Angeles, dan tiba di New York pagi hari ketika mata kita masih merah karena kurang tidur. Penerbangan ini disukai kaum bisnis terutama karena harga tiketnya murah, dan tidak membuang terlalu banyak waktu produktif.

Setelah sehari penuh mengurus bisnis di New York, maka petang harinya kita sudah bisa kembali ke Los Angeles dan tiba di rumah sebelum tengah malam. Artinya, kita hanya kehilangan satu hari kerja untuk menghasilkan satu hari penuh di New York. Bagi mereka yang sudah berusia di atas 50 tahun, saya anjurkan untuk tidak melakukan penerbangan semacam itu. Terlalu 'menyiksa' tubuh. Penerbangan semacam itu mengakibatkan jet lag yang cukup berat. Pertama, karena perbedaan waktu membuat kita setidaknya kehilangan waktu istirahat selama enam jam. Kedua, karena kita terlalu cepat maju dan mundur dalam penyesuaian jam tubuh. Statistik menunjukkan adanya cukup banyak orang yang meninggal di bandara karena stress perjalanan yang terlalu berat.

Pada waktu itu, untuk mengatasi jet lag, saya mempergunakan cara yang biasanya dilakukan oleh para polisi dan detektif yang karena jenis pekerjaannya juga sering kacau jadwal istirahatnya. Konsepnya kita sebut saja 'terapi air'. Pertama, mandi dengan air dingin dan panas yang dilakukan secara bergantian dalam waktu relatif singkat. Katakanlah, dalam semenit pertama kita mengguyur seluruh tubuh dengan air dingin, lalu menit kedua dengan air panas. Begitu terus dilakukan secara bergantian. Kedua, minum air sebanyak mungkin selama bangun. Biasanya saya juga minum kopi hanya bila saya yakin bahwa saya akan terjaga dalam delapan jam berikutnya. Bila terlalu banyak minum kopi, kita akan malah mengganggu waktu tidur atau istirahat yang kita perlukan kemudian. Air minum bisa berfungsi menyegarkan. Bila perlu, cuci muka dan mandi lagi dengan air panas dan dingin untuk penyegaran ulang.

Berenang adalah juga salah satu cara dan bagian dalam 'terapi air' untuk menetralkan jet lag. Kiat ini saya pelajari dulu dari para penerbang dan pramugari KLM. Waktu itu penerbangan dari Jakarta ke Amsterdam masih harus menyinggahi beberapa bandara: Singapura, Bombay atau Karachi, Abu Dhabi atau Dubai, Wina atau Athena, dan baru mendarat di Schiphol. Untuk penerbangan sejauh itu biasanya dilakukan pergantian awak pesawat di Bombay atau Karachi. Di sanalah saya perhatikan para penerbang dan pramugari segera berenang jarak jauh sesampai di hotel. Membawa tubuh melintasi air, konon, meredakan dampak jet lag.

Sekalipun pada penerbangan jarak jauh penumpang disuguhi banyak alkohol dan kopi - apalagi bila terbang di kelas utama atau kelas bisnis - kedua jenis minuman ini justru harus dijauhi bila kita ingin mengatasi jet lag. Alkohol dan kopi bersifat diuretik - membuat kita selalu ingin kencing. Ini mengakibatkan dehidrasi - kondisi buruk dalam penerbangan. Yang baik justru membawa botol air dan minum sekitar 200 cc setiap jam sekali.

Penyegaran tubuh selama penerbangan juga merupakan hal yang penting. Pakailah pakaian yang longgar, dan lakukan stretching setiap dua atau tiga jam sekali. Kalau keadaan memungkinkan, jalan-jalan saja sekeliling kabin ketika semua orang sedang tidur lelap.

Beberapa hotel di megapolis dunia punya kamar-kamar khusus yang disebut circadian suites untuk mengatasi jet lag. Kamar khusus itu diatur pencahayaannya agar memiripi tata surya di tempat asal sang musafir. Begitu pula makanan disajikan menurut jam makan di tempat asal. Kalau di New York, misalnya, ketika semua orang makan malam, kita malah disuguhi makan pagi. Cara mengatur makan mengikuti jam makan di tempat asal juga dianggap sebagai salah satu cara mengatasi jet lag.

Baru-baru ini di The Asian Wall Street Journal saya baca tentang uji klinis sebuah obat bebas bernama ENADAlert. Tablet ini sebetulnya adalah dietary supplement yang mengandung NADH (nicotinamide adenine dinucleotide hydrogen). Dalam uji klinis itu ditemukan bukti yang cukup menggembirakan bahwa mereka yang menelan ENADAlert setelah penerbangan panjang melintasi beberapa zona waktu bisa secara relatif mempertahankan kesegarannya setiba di tempat tujuan.

Sebelumnya, mereka yang biasa melakukan penerbangan transmeridian jarak jauh mengenal obat yang mengandung melatonin, yaitu sejenis hormon yang dilepas pelan-pelan ke dalam sistem peredaran darah untuk mengatasi gejala jet lag.

Sayangnya, pagi ini saya menelepon beberapa apotik di Jakarta untuk menanyakan ketersediaan ENADAlert, tetapi tidak ada satu pun yang punya stok. Dengar saja belum. Ya, sudah!

Sumber: Kompas, Senin 19 Januari 1998

HIJACKER

 

The cockpit door bursts open to reveal an armed, masked hijacker to a startled pilot, copilot, navigator, and stewardess. He holds his gun at the pilot's head and says, "Take this plane to Cuba or I'm gonna spill your brains all over the place!"

The pilot calmly reaches up, pushes the gun aside and says, "Look buddy, if you shoot me this plane will crash right into the sea and you'll die along with the rest of us."

The hijacker thinks about this and then holds the gun at the copilot's head and says, "Take this plane to Cuba or I'm gonna spill HIS brains all over the place."

The copilot also calmly reaches up, pushes the gun aside and says, "Listen to me. The pilot's got a bad heart and he could keel over at the shock of my being killed like that. So if you shoot me, this plane will still crash right into the sea and you'll die along with the rest of us."

The hijacker thinks about this for a moment and then holds the gun at the navigator's head and says, "Take this plane to Cuba or I'm gonna spill HIS brains all over the place."

The navigator calmly reaches up, pushes the gun aside and says, "I wouldn't do that if I were you. Those other two guys have no sense of direction. Without me they couldn't find their way out of a paper bag much less get this plane to Cuba. So if you shoot me, this plane will still crash right into the sea and you'll die along with the rest of us."

The hijacker thinks some more, shrugs and this time holds the gun at the stewardess's head and says, "Take this plane to Cuba or I'm gonna spill HER brains all over the place."

No one says a word but the stewardess leans over and whispers something into the hijacker's ear. The hijacker turns beet red, drops his gun, and runs out of the cockpit in a panic.

Later after the crew has tracked down the hijacker (whom they found cowering behind some crates in the hold) and tied him up, the pilot asks the stewardess what she said that terrified the man so. "I told him, sir, that if he killed me, HE'd be the one who'd have to give you guys your blowjobs."

Sumber: Fanny Barcham

TOP

 

 

Kritik dan saran harap kirimkan ke webmaster

Credit image. Copyright © 2001

Hosted by www.Geocities.ws

1