“Build your own dreams, or someone else will hire you to build theirs.” – Farrah Gray

 

QUOTES

 

 

Home

Articles

 About Me

TV Streaming


    

 Flag Counter

Kejadian yang Tak Terduga

Akbar adalah seorang anak yang pandai, dan juga rajin membantu kedua orang tuanya, terutama ayahnya. Ayahnya seorang petani sederhana di desa mereka, Ayahnya hanya memiliki sepetak ladang di sudut desa.

Sepulang sekolah Akbar selalu pergi ke ladang untuk membantu ayahnya. Meskipun lelah berladang, ia selalu menyempatkan diri untuk membaca dan memahami apa yang telah ia dapatkan di sekolah.

Hari baru telah tiba, suara adzan yang merdu terdengar dari gubuk kecilnya. Tanpa menunda lagi ia langsung berwudhu kemudian melaksanakan sholat Subuh. Stelah itu ia lekas mandi kemudian bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

“Bar Sarapan dulu Nak, ibu sudah buatkan bubur ubtuk kamu di atas meja makan.” Ujar Ibunya.

“Iya Bu” Sahut Akbar dengan penuh hormat.

Roda waktu tak pernah berhenti beputar, jarum jam menunjukkan angka 07:00. Akbar harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat. Jarak antara sekolah dan rumahnya cukup jauh, ia selalu berangkat ke sekolah dengan sepeda motor yang tak layak pakai lagi.

Rintangan demi rintangan di laluinya hingga ia sampai di sekolah, ia pun langsung menuju ruang kelasnya dan menyiapkan buku mata pelajaran yang akan ia pelajari. Hari itu di awali dengan mata pelajaran Matematika, Akbar melihat pak Riva’I dengan penuh simak.

“Logika Mate-Matika  itu ada dua penyataan, ada pernyataan terbuka dan tertutup. Perbedaan dari kedua pernyataan tersbut ialah apabila suatu pernyataan yang sudah pasti benar, sedangkan kalimat terbuka ialah apabila suatu pernyataan yang belum tentu benar atau masih diragukan kebenarannya.” Pak Riva’I menjelaskan .

Detik demi detik telah berlalu, waktu sekolah telah usai, dan seluruh siswa pun pulang ke rumah mereka masing-masing. Seperti biasa, Akbar pergi ke ladang untuk menghantarkan makanan sekaligus membantu ayahnya membersihkan rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman ayahnya.

“Assalamualaikum, Yah ini makanannya.” Ujar Akbar.

“Bagaimana sekolahmu tadi Nak ?” tanya Ayah

“Alhamdulillah menyenangkan , tadi pak Riva’I mejelaskan tentang Logika Mate-Matika” Jawab Akbar.

“Sudah mulai Bab baru ya ?” Tanya Ayah kembali.

“Iya yah, kami sudah mulai bab baru. Kemarin kami belajar tentang perpangkatan”Jawab Akbar kembali.

Tak lama berbincang-bincang dengan ayanhya Akbar lagsung membersihkan rumput di sekitar tanaman ayahnya.

“Akbar! Yang itu bersihkan ya Nak ?!. Ayah mau mengambil cangkul di ladang Pamanmu dulu.” Suruh Ayah.

“Iya yah, percayakan semuanya pada Akbar.” Sahut Akbar.

Tak lama kemudian Ayahnya kembali dengap cangkul di bahunya. Ayahnya mecangkuli sekitar tanaman yang sudah di bersihkan oleh Akbar, dan lubang akan di isi oleh pupuk tanaman. Penghasilan seorang petani tidaklah menentu, terkadang rata-rata harga hasil pertanian naik tinggi terkadang juga meleset rendah. Hidup di zaman sekarang memerlukan biaya yang tidak sedikit.

Keesokan harinya Akbar berangkat sekolah seperti biasa. Mental Akbra kali ini di uji, dia di ejek oleh salah satu temannya. Mereka berdua berkelahi di dalam kelas, teman-teman Akbar memberitahukan hal ini kepada guru dan Akbar dan Dwi pun di panggil ke ruang guru.

Buruknya, Akbar di tuduh yang memulai konflik padahal ia korban hinaan Dwi. Setelah mendengar penjelasan dari Dwi, Pak Ahmad langsung percaya dan memberi akbar surat peringatan. 

Sepulang sekolah, Ayahnya kaget membaca surat peringatan dari sekolah yang di bawa oleh Akbar.

“Ini apa Akbar ! Kamu berkelahi ?” Tanya Ayahnya dengan penuh amarah.

“Akbar di fitnah memulai perkelahian yah” Jawab Akbar.

Setelah mendengar penjelasan dari Akbar, Ayahnya langsung marah . Dan berniat untuk mendatangi Dwi.

Hari berikutnya Akbar berangkat sekolah dengan Ayahnya, Ayahnya langsung mengahmpiri Dwi dan menampar wajah Dwi. Dwi pun tidak terima di kasari ia langsung memberitahukan hal itu kepada Papanya.

Ayahnya Dwi pun bergegas datang ke sekolah anaknya dengan membawa dua orang polisi. Ayah Akbar langsung terkejut melihat Ayahnya Dwi membawa dua orang polisi. Polisi tersebut menghampiri Ayanya akbar lalu memborgol tangannya. Ayah akbar di masukan kedalam sel tahanan.

Hari sudah mulai sore, ia menceritakan langsung kejadian ini kepada ibunya. Ibunya pun terkejut mendengar kabar tersebut. Ibunya langsung bergegas untuk berangkat ke kantor polisi untuk mengunjungi suaminya.

Hari telah berganti, Akbar kembali berangakt ke sekolah. Di tengah perjalanan, ia berpapasan dengan Dwi yang sedang ngebut-ngebutan. Tidak lama kemudian suara menggelegar terdengar dari kejauhan. Tak disangka suara tersebut berasal dari tempat kejadian dimana Dwi bertabrakan dengan mobil.

Tanpa basa-basi, ia langsung membawa Dwi kerumah sakit terdekat untuk diobati, setelah itu ia menghubungi orangtua dari Dwi dan meminta mereka untuk datang ke Rumah Sakit dimana Dwi di rawat.

Seminggu berlalu, luka-luka pada tubuh Dwi mulai membaik dan ia boleh pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, orang tua Dwi mencertiakan bahwa Akbar yang telah membawa kamu ke rumah sakit. Mendengar cerita tersebut, Dwi langsung menyesali apa yang telah ia perbuat terhadap Akbar dan meminta ayahnya mencabut tuntutan terhadap  ayah Akbar. Kemudian ayah akbar keluar dari penjara dan hidup Akbar mulai lagi seperti sebelumnya.  Akbar dan Dwi pun menjadi teman baik sejak kejadian tersebut.

 

 

S E L ESA I