AFTERMATH (2017)
Tidak ada robot dari masa depan, tidak ada alien ganas, tidak ada senjata mesin, film terbaru Arnold Schwarzenegger
ini kental dengan nuansa drama depresif yang diselimuti duka dan penyesalan terdalam. Judulnya sendiri punya arti
"efek atau konsekuensi pasca sebuah kejadian yang tidak menyenangkan", dalam kasus Aftermath yang juga merupakan
adaptasi kisah nyata peristiwa Überlingen mid-air collision menceritakan sebuah tragedi kecelakaan pesawat udara yang
mengubah drastis kehidupan dua manusia di dalamnya. Ada Roman (Arnold Schwarzenegger) ,arsitek paruh baya yang tengah
menunggu kedatangan istri dan putrinya dari Ukraina, ada Jake Bonanos (Scoot McNairy), operator ATC (Air Traffic Control)
yang "bertanggung jawab" atas musibah mengerikan itu karena sebuah situasi di luar kendalinya.
Meski menjual cerita tentang kecelakaan pesawat, Aftermath 95% mengambil setting di daratan yang datar dan aman, namun
bukan berarti tidak ada ancaman dari drama besutan Elliott Lester ini. Tetapi tenang saja, meski sebenarnya berpotensi menjadi
sajian drama depresif kontemplatif yang bisa menampar emosimu, ia tidak punya sesuatu yang benar-benar solid di narasinya
untuk sampai bisa membuatmu merenungkan apa yang terjadi di dalamnya. Skrip yang ditulis Javier Gullón terasa lemah untuk
sebuah film yang menjual tema tentang kedukaan, tragedi dan dendam, apalagi merupakan adaptasi dari kisah nyata yang mestinya
bisa menambah nilai emosional Aftermath. Ya, menjadi ironis mengingat di masa lalu Gullón bersama Enemy-nya Denis Villeneuve
pernah menghadirkan tontonan thriller misteri yang memikat.
Tetapi saya senang bagaimana Lester memilih untuk memisahkan dua cerita utamanya untuk kemudian dihantamkan di ujungnya nanti.
Ini berarti kita punya banyak waktu untuk mengenal kedua karakter utamanya dalam porsi yang berimbang, bagaimana kehidupan
normal mereka yang kemudian bertransformasi menjadi kedukaan, rasa bersalah dan penyesalan menghancur leburkan mereka dari dalam.
Masalahnya, alur yang digerakkan Lester berjalan terlalu lama, bahkan bisa dibilang terseok-seok. Penontonnya berharap akan ada
sesuatu yang lebih kuat pasca tragedi, namun kita lebih banyak disuguhkan dengan wajah muram Schwarzenegger dan McNairy yang putus
asa tanpa benar-benar diajak untuk terlibat secara emosional di dalamnya. Ini kemudian membuat Aftermath terasa melelahkan untuk
diikuti. Bahkan pertemuan keduanya di ujung nanti hanya tidak memberikan dampak yang terlalu besar, hanya ada unsur balas dendam
tanpa pernah benar-benar bisa memberikan perenungan mendalam atas apa yang terjadi hingga kemudian kita dengan mudah melupakannya
begitu saja.
Yah, meski tidak didukung penceritaan yang kuat tetapi Aftermath masih punya sedikit cengkeraman untuk membuatmu peduli, ini lebih
karena penampilan solid dari dua karakter utamanya yang tampil apik. Lester memang seperti hanya menunjukkan kedukaannya dari luar
semata dengan penampakan karakter-karakternya yang murung, tetapi susah untuk tidak mengakui bahwa Schwarzenegger tahu apa yang
harus dilakukannya di sini. Tidak banyak dialog yang terucap dari karakter yang dimainkan Arnie, tetapi permainan bahasa tubuhnya
cukup kuat untuk menunjukkan kedukaan di dalamnya, ia secara tidak langsung membuktikan bahwa Arnie bukan aktor yang hanya
mengandalkan ototnya semata. Ada amarah di sana namun kita tidak pernah benar-benar tahu apa yang akan dilakukan karakter Roman
di sini sampai di ujung cerita nanti. Sementara McNairy mengeban tugas yang sama besarnya ketika ia harus membawa rasa penyesalan
dan tanggung jawab begitu dalam setelah apa yang dilakukannya, Lester bahkan memberikan karakter Jake keluarga untuk menambah beban
moralnya, meski pada akhirnya tidak berpengaruh banyak karena lemahnya dukungan narasi yang diberikan.
5.8 MOVIEADDICT's
CERITA | 6 |
PENYUTRADARAAN | 6.2 |
AKTING | 7 |
VISUAL | 7 |
RELATED ITEMS:2017, ARNOLD SCHWARZENEGGER, BASED ON TRUE STORY, DRAMA, ELLIOTT LESTER, MAGGIE GRACE, MOVIENTHUSIAST, SCOOT MCNAIRY