Menjadikan Gay lebih gaya

 


 

 

Home

Cerita Erotis

Jeritan Hati

Links Panas

Galeri Pria

Galeri Model

Tips Gay

 


JERITAN HATI

 

Aku bukan gay

§     Aku bukan gay

§     Menjadi Gigolo Metropolitan

§     Aku menjadi anak pembantu pelayan seks majikan

 

 

Lelaki1 menuggu kiriman Kisah atau Jeritan Hati Anda ke email: lelaki1b@gay.com

 

Oleh: Tinto Sudewo

Nama bosku: Edy, orangnya besar, mungkin usianya sekitar 45 tahunan. Sebagai staf urusan administrasi, biasa aku harus ke ruang Pak Edy untuk minta tanda tangan apa yang perlu.

Pak Edy kami kenal sebagai bos yang baik dan ramah. Ditambah lagi istrinya Ibu Sinta pelatih Fitness ramah kepada kami para pegawainya. Terkadang jika hari raya dan natal ia membuat acara khusus dan meriah setiap tahun semenjak berdirinya Perusahaan ini.

Banyak orang bilang Pak Edy sangat beruntung memiliki istri yang cantik, seksi dan pandai mengambil hati orang lain. Terkadang dari gosip-an sesama pegawai mereka terangsang melihat Ibu Boss ke kantor apalagi kalau pakai baju fitness-nya itu.

Biasanya kalau akhir tahun, aku sangat sibuk sekali terutama mengurus pembukuan dan kas kantor. Maka, sering aku harus bolak balik ke kamar boss untuk minta tanda tangan, atau mungkin instruksi yang lain dari boss. Bahkan sangking banyaknya kerjaan yang belum selesai aku sering lembur di kantor.

Hari itu, aku lembur di kantor sampai jam 9 malam, kantor sudah tutup, dan aku mau berangkat pulang apalagi mata ini sudah tinggal 10 Watt kekuatannya. Tapi aku heran kok di kamar boss lampunya masih menyala, tanpa ragu-ragu aku langsung kekamarnya dengan tujuannya matikan lampu, mungkin boss lupa matikannya waktu dia pulang tadi sore. Kubuka pintu, dan sewaktu aku masuk betapa terkejutnya aku melihat Pak Edy tertidur di atas kursi tanpa baju sehelai-pun, sementara bau alkohol tersibak kemana-mana sampai aku mual. Hanya celana dalam yang ada di badannya. Karena aku orang normal, nggak ada sedikitpun aku terangsang melihat keadaan boss seperti begitu. Bahkan aku mendekatinya supaya ia bangun dan pulang.  

Kudekati dia, dan berusaha membangun-kannya berkali-kali tapi masih juga ngorok terus. Aku bingung soalnya kalau aku pulang kunci pintu kantor aku yang pegang. Kuambil keputusan mungkin aku lebih baik menunggu saja sampai Pak Edy terbangun. Lalu aku ke luar dari ruangan itu dan mencoba main-main game di komputer diruang kerjaku.

Jam sudah pukul 11 malam, belum juga terbangun. Karena mata sudah nggak tahan lagi menunggu aku malah tertidur.

 

 

Tapi 2 jam kemudian aku terbangun lagi, mengingat ruangan kerjaku banyak nyamuk. Garuk sana-garuk sini, sangking enaknya garuk-menggaruk kertas-kertas kerja jadi jatuh berhamburan.

“Ah, gara-gara si boss aku sengsara kayak begini”, gumamku kesal. Dan kuingat lagi apa si boss sudah pulang ya? Aku keluar dari ruang kerjaku dan ke ruangan dia. Kubuka pintunya, tapi kudengar di toiletnya ada suara sepertinya orang lagi buang hajat. Tapi anehnya di lantai aku lihat sebuah celana dalam, “Mungkin si boss lagi mandi”, pikirku. Tanpa ragu-ragu aku memanggil bos, “Pak Edy ! Masih belum pulang Pak? Saya pikir Bapak sudah pulang tahunya belum, jadi saya tunggu Bapak disini.” Namun tak ada suara menjawab. “Lho kok diam”, pikirku. Lalu aku mengetok pintu WC sekali lagi, tapi nggak ada jawaban. Aku penasaran, lalu perlahan-lahan aku membuka pintu WC tersebut, dan aku sangat terkejut Pak Edy ada disitu, dia dengan telanjang bulat. “Mas Sudewo, ini yang kutunggu-tunggu aku ingin memperkosamu sekarang”, ujarnya dengan bengis. “Sadar Pak, saya Sudewo, pegawai Bapak, laki-laki lagi, “ Tapi dengan cepat diraihnya tanganku masuk kekamar mandi, karena badannya besar aku sia-sia melawannya. Tangannya menggenggam badanku dengan kuatnya. Dan berkali-kali ia mencium bibirku walaupun nafasnya bukan main baunya akibat alkohol, tak pernah kupikir hari itu benar-benar sial bagiku. Bahkan aku yang bukan gay harus memuaskan hasrat seks boss yang buas itu sampai anusku terasa seperti terbakar. Semenjak itu, hampir setiap kali aku minta tanda tangan, dia menyuruh aku tutup pintu dan mencium bibirku.

Dia bilang, aku mirip pacarnya dulu waktu mahasiswa. Dan ia ingin menjadikanku simpanannya asalkan setia sama dia, atau kalau tidak aku dipecatnya.

Semakin hari aku bingung sebab kalau keluar siapa yang akan membiayai uang sekolah adik-adikku di kampung sementara hubunganku dengan Yanti – pacarku harus kuputuskan sesuai dengan permintaan boss.

Padahal jujur aku bukan gay, tapi terpaksa menjadi gay untuk melayani boss-ku sendiri yang dulu kuanggap seperti ayahku sendiri.

 

SELESAI

 

Hosted by www.Geocities.ws

1