|
Dramatis!!
Latumahina & Latuconsina Tersingkir
|
Masariku
Network August
6, 2003
|
Latumahina & Latuconsina
Gagal Jadi Kandidat Gubernur Maluku
Perkembangan dramatis terjadi
kemarin, saat fraksi-fraksi di DPRD Maluku harus memutuskan nama
calon definitif kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku
periode 2003-2008.
Peristiwa tersebut terjadi pada
penetapan calon di dua fraksi yang sebelumnya memiliki dua paket
calon, yaitu:
- Fraksi Partai Golkar yang
sebelumnya memiliki dua calon kandidat yaitu pasangan Fredy
Latumahina-Jusuf Rahimi Marasabessy versus Z Sahuburua-H
Laitupa.
- Fraksi Penegak yang sebelumnya
memiliki dua calon kandidat yaitu pasangan Saleh
Latuconsina-Paula Renyaan versus Jusuf Rahimi
Marasabessy-Chris Tanasale.
Kedua fraksi itu harus menentukan
pasangan definitif mereka. Terjadilah pemilihan di dalam kedua
fraksi tersebut. Peristiwa dramatis terjadi pada saat pemilihan
kandidat partai Golkar. Pemilihan dilakukan di ruang VIP Airport
Pattimura.
Mengapa pemilihan kandidat partai
Golkar dilakukan di Airport Pattimura? Karena rombongan Sekjen
Pusat Partai Golkar, Budi Harsono, memutuskan untuk menentukan
para calon itu di tempat tersebut. 12 orang anggota DPRD
Maluku dari Partai Golkar kemudian melakukan voting, hasilnya 7
untuk Sahuburua dan 5 untuk Latumahina. Rombongan DPP Partai
Golkar segera kembali ke Jakarta setelah pemilihan itu
berlangsung.
Hasil ini cukup tragis, mengingat
Latumahina sudah 4 kali mencalonkan diri sebagai gubernur Maluku
dan selalu kalah, bahkan pada saat ini dimana dia merupakan
salah satu ketua Golkar pusat.
Sementara itu, Fraksi Penegak juga
memutuskan melakukan voting untuk menentukan kandidat gubernur
dari fraksi mereka. Hasilnya mantan gubernur Saleh Latuconsina-Paula
Renyaan kalah dari Jusuf Rahimi Marasabessy-Chris Tanasale. Renyaan
sebelumnya pernah didekati dan memperoleh dukungan luas
untuk berpasangan dengan Rahimi, akan tetapi pada saat-saat
terakhir memutuskan bergabung dengan Latuconsina yang ternyata
kalah dukungan dalam fraksi.
Sisi Positif Proses Ini
Proses pengambilan keputusan di
atas, memunculkan satu sisi positif bagi proses politik di
Maluku, yaitu pengambilan keputusan dilakukan oleh Fraksi dan
bukan oleh Pengurus Partai.
Saat ini di berbagai tempat di
Indonesia terjadi keributan akibat pemilihan gubernur, dimana
intervensi Pengurus Partai masuk dalam pengambilan keputusan
fraksi di DPRD. Kasus DKI Jakarta, Lampung, Sumatera Utara, NTT,
NTB, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, menunjukan peran
pengurus partai cukup dominan dalam menentukan kandidat calon
gubernurnya.
Intervensi pengurus partai
kebanyakan dilakukan oleh partai PDI Perjuangan dalam kasus DKI
Jakarta, Lampung, Sumatera Utara, NTT, Jawa Tengah, dan Bali.
Partai Golkar melakukannya dalam pemilihan gubernur NTB dan Jawa
Timur. PKB melakukannya pada pemilihan gubernur Jawa Timur.
Sehingga dalam kasus pemilihan gubernur Maluku, fraksi Partai
Golkar dan Fraksi Penegak DPRD Maluku telah memulai suatu proses
politik baru yang positif bagi perkembangan demokrasi di Maluku.
Anyway, selamat kepada yang menang
dan yang kalah, karena tidak ada yang menang dan kalah sebab
semuanya adalah asset daerah Maluku.
|