|
Beberapa Catatan Mengenai Proses Pemilihan Gubernur Maluku 2003.
|
Masariku
Network August
4, 2003
|
Beberapa Catatan Mengenai Proses Pemilihan Gubernur Maluku 2003.
Menuju pemilihan Gubernur Maluku tanggal 14 Agustus mendatang,
fraksi-fraksi di DPRD Maluku telah menetapkan susunan calon Gubernur dan
Wakil Gubernur sebagai berikut:
Fraksi Partai Golkar: Z.Sahuburua (Calon Gubernur) & Taher Laitupa
(Calon Wakil Gubernur); Fredy Latumahina (Calon Gubernur) & Rahimi
Yusuf (Calon Wakil Gubernur).
Fraksi PDI Perjuangan: Karel Ralahallo (Calon Gubernur) & M.Abdullah
Latuconsina (Calon Wakil Gubernur).
Fraksi Partai Persatuan Pembangunan: Z.Sahuburua (Calon Gubernur) &
Taher Laitupa (Calon Wakil Gubernur).
Fraksi Penegak: Rahimi Yusuf (Calon Gubernur) & Chris Tanasale (Calon
Wakil Gubernur); M.Saleh Latuconsina (Calon Gubernur) & Paula Renyaan
(Calon Wakil Gubernur).
Fraksi Penggalang: Frans de Wanna (Calon Gubernur) & Yusuf Oesep
(Calon Wakil Gubernur).
Para calon di atas telah memaparkan visi dan misi pencalonan mereka
di depan para anggota DPRD di 'rumah rakyat' DPRD Maluku, Karang
Panjang.
Fraksi Partai Golkar dan Fraksi Penegak mencalonkan dua pasangan calon. Dengan banyaknya calon yang muncul, maka diperkirakan akan terjadi dua putaran pemilihan. Putaran pertama akan memilih
dua pasang calon yang memperoleh suara terbanyak, kemudian dilanjutkan
dengan pemilihan putaran kedua untuk memilih pasangan yang menjadi
Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku yang baru.
Hingga hari ini, tidak dapat dibayangkan kandidat mana yang memiliki dukungan paling banyak. Karena berbagai fraksi mengalami persoalan internalnya masing-masing. Konfigurasi pencalonan di atas menunjukan
bahwa hasil pemilihan ini akan sulit ditebak sampai dengan saat akan
diadakannya pemilihan. Hal ini tentu dengan mempertimbangkan berbagai
faktor 'X' yang sering berperan dalam pemilihan pejabat publik di Indonesia saat ini (money politics).
Pasangan Z.Sahuburua & Taher Laitupa, sering disebut sebagai calon yang berpeluang besar karena dicalonkan oleh Fraksi Partai Golkar.
Akan tetapi partai Golkar Maluku saat ini rentan terpecah karena
adanya calon lain yaitu Fredy Latumahina. DPP Partai Golkar
memberikan rekomendasi kepada kedua tokoh Golkar ini untuk dicalonkan
sebagai calon dari fraksi. Keuntungan Sahuburua adalah dicalonkan pula oleh Fraksi Partai Persatuan
Pembangunan, sehingga sekalipun 'tenggelam' di fraksi partai Golkar tapi akan muncul lewat
fraksi PPP.
Fraksi besar lainnya, Fraksi PDI Perjuangan, juga mengalami guncangan
internal. Peristiwanya terjadi karena hingga akhir Juli lalu, tidak
ada konsolidasi yang tuntas untuk finalisasi nama calon mereka. Sementara itu, para pengurus partai yang mendukung calonnya terus
melakukan lobby ke pengurus pusat di Jakarta untuk mendukung calon
mereka. Akhirnya pimpinan pusat PDI Perjuangan memberikan rekomendasi
kepada pencalonan Brigjen (Purn.) Karel Ralahallo sebagai calon
gubernur. Namun pencalonan ini tidak didukung oleh seluruh anggota
fraksi. Diperkirakan fraksi ini akan terpecah suaranya pada saat pemilihan nanti. Ralahallo adalah mantan Komandan Korem Pattimura
pada tahun 1999, saat pecahnya kerusuhan. Itu sebabnya pencalonannya
tidak direspons dengan mulus oleh beberapa komponen masyarakat yang
pernah menjadi korban kerusuhan. Calon wakil gubernur yang diajukan,
AM 'Memet' Latuconsina, adalah seorang birokrat berpengalaman pada
pemerintah daerah Maluku tapi disinyalir kurang memiliki dukungan
politik dari fraksi lainnya.
Salah satu calon gubernur yang ditolak 'lamarannya' oleh PDI
Perjuangan, adalah Brigjen (Purn.) Frans de Wanna. Pada dasarnya
calon ini datang dari Partai Keadilan & Persatuan (PKP), yang di DPRD
tergabung dalam fraksi Penggalang. Karena lobby para pengurus PKP
(termasuk pengurus pusatnya) gagal untuk diterima oleh PDI
Perjuangan, maka nama Frans de Wanna kemudian dicalonkan melalui fraksi Penggalang. Fraksi ini adalah fraksi kecil yang merupakan
gabungan partai-partai kecil nasionalis. Calon wakil gubernur yang
diajukan mereka adalah Yusuf Oesep. Oesep adalah orang Sunda yang pernah menjadi Direktur Bank Indonesia cabang Maluku. Pensiun dan
berdiam di Ambon, serta merasa tergerak untuk ikut membangun Maluku
pasca konflik.
Fraksi lainnya adalah Fraksi Penegak, yang merupakan gabungan dari
beberapa partai Islam. Fraksi ini memiliki pengaruh yang kuat pada
komunitas muslim di Maluku. Oleh karena itu, kemunculan calon mereka
memperoleh perhatian luas pula. Nama yang diajukannya ada dua pasang:
Rahimi Yusuf (Calon Gubernur) & Chris Tanasale (Calon Wakil
Gubernur); M.Saleh Latuconsina (Calon Gubernur) & Paula Renyaan
(Calon Wakil Gubernur). Yusuf Rahimi adalah seorang pengusaha asal
Maluku yang memimpin sebuah perusahaan perkapalan tanker minyak di
Jakarta. Pengaruh politiknya cukup luas karena spektrum aktifitas politik yang dijalani sejak muda, diyakini pengaruhnya sampai pada
para anggota DPRD di partai Golkar dan PPP. Kolonel (Purn.) Chris
Tanasale, adalah ex-walikota Ambon.
Calon lain dari fraksi Penegak adalah 'stock lama' M.Saleh Latuconsina (Calon Gubernur) & Paula Renyaan
(Calon Wakil Gubernur). Keduanya pernah berada pada jabatan yang sama pada masa selama
terjadinya kerusuhan. Kemunculan Latuconsina, yang kader Golkar, melalui fraksi Penegak menunjukan berkurangnya pengaruh yang dimiliki
di partai Golkar dan kegagalan lobby politik ke PDI Perjuangan.
Dengan latar belakang di atas, bagaimana prediksi hasil pemilihan?
Sulit ditebak, karena beberapa pertimbangan:
- Jika suara partai Golkar terpecah, maka sulit bagi Latumahina
memenangi pemilihan. Kehadiran Rahimi sebagai calon wakil gubernur
ternyata tidak menunjukan adanya koalisi dengan fraksi Penegak, karena nama Rahimi muncul sebagai calon Gubernur di fraksi Penegak.
Peluang Sahuburua akan lebih terbuka, jika didukung oleh pendukungnya
di Golkar, pecahan PDI Perjuangan, dan PPP.
- Jika preferensi agama masih menjadi pertimbangan, maka nama Rahimi
dan Latuconsina (Saleh) akan mengemuka. Melihat kekecewaan banyak pihak kepada Latuconsina, dan keinginan akan adanya 'wajah baru',
maka nama Rahimi akan menguat. Para politisi yang kecewa dengan peran
pengurus mereka di Golkar dan PDI Perjuangan akan menjadi sangat
menentukan.
- Suara dari Fraksi TNI/Polri akan sangat berpengaruh. Mereka tidak
memiliki calon sama sekali. Jika PDI Perjuangan solid, dan didukung
oleh Fraksi TNI/Polri mendukung Ralahallo yang ex-militer, maka
tentunya peluang Ralahallo akan lebih terbuka.
Kesimpulan:
- Suara fraksi TNI/Polri akan sangat penting dalam pemilihan. Itu
menempatkan fraksi ini pada posisi yang kuat untuk melakukan tawar menawar politik. Pertanyaan yang membayang adalah apakah hasilnya akan merugikan atau menguntungkan
rakyat?
- Suara fraksi-fraksi kecil ternyata juga penting. Pertanyaannya,
adakah kontribusinya terhadap proses pemulihan demokrasi di Maluku?
Ataukah hanya menjadi ajang 'dagang sapi' politik?
- Semua proses ini berlangsung dengan sangat elitis. Oleh karena
itu, maka agenda politik baru yang menunggu untuk digarap pasca Pemilu 2004 adalah Pemilihan Langsung Gubernur, Walikota dan Bupati.
|