Puisi khalil Gibran




Prosa III

Dan aku melihat hal - hal yang menyedihkan, Para Malaikat Kebahagiaan tengah
berperang dengan Syaitan-syaitan Penderitaan Dan Manusia berdiri diantara mereka.
Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lain dengan Keputus-asaan.
Aku melihat Cinta dan Benci bermain-main dihati manusia,
Cinta menyembunyikan kesalahan Manusia dan memabukkanya
dengan anggur kepatuhan, pujian dan rayuan:

sementara Kebencian menghasutnya dan menutup telinganya
dan membutakan matanya dari Kebenaran...
Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan
juri penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk
Melawan Kebahagiaan Manusia...

Dan aku melihat Manusia memanggil Kebijakan untuk membebaskannya,
tetapi Kebijakan tidak mendengar jeritannya, kerana Manusia pernah
Mengabaikannya ketika ia berbicara kepadanya dijalananan kota...
Kemudian datang seorang pertapa, Yang sekali setahun turun ke kota,
Memohon jawaban tentang kesenangan.

Jawabnya demikian : Kesenangan adalah lagu kebebasan, Namun bukannya sang kebebasan sendiri,
Dialah bunga-bunga hasrat keinginan, Namun bukan buah yang asli. Sebuah
jurang ternganga yang berseru ke puncak ketinggian, Itulah dia namun dia
bukan kedalaman maupun ketinggian itu sendiri.

Dialah si terkurung yang terbang terlepas, Namun bukannya ruang yang terbentang luas ;
Ya, sesungguhnyalah kesenangan merupakan lagu kebebasan. Dan aku amat suka
bila dapat mendengarkan, Kalian menyanyikannya dengan sepenuh hati,
Namun jangan hanyutkan diri dalam nyanyian Beberapa diantaramu mencari kesenangan,
Seolah kesenangan itu adalah segala-galanya, Dan mereka ini dipersoalkan, dihakimi dan dipersalahkan.

Aku tak akan mempersalahkannya, ataupun memarahinya,
Melainkan akan mendorong mereka untuk mencari dan menyelami.
Sebab mereka akan menemukan kesenangan, Namun kesenangan tiada berdiri
sendiri. Saudaranya ada beberapa, ialah tujuh orang puteri, Yang terjelek
pun diantaranya lebih unggul kecantikannya, Daripada dia yang bernama
kesenangan. Engkau pernah mendengar tentang seorang manusia, Yang menggali
tanah hendak mencari akar, Namun menemukan harta pusaka ?

Beberapa di antara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan penuh
rasa penyesalan, Seolah kesenangan itu dosa yang diperbuatnya, Tatkala
sedang terbius diluar kesedarannya. Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi,
Tiada berkemampuan menyucikan hati nurani, Sayugia mereka mengingat kesenangan yang
lalu, Dengan rasa syukur dan terima kasih dalam kalbu, Sebagaimana mereka
mengenang rahmat tuaian di musim panas, Namun pabila rasa penyesalan lebih
menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka menikmati ketenteramannya.

Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu mencari,
Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang - kenangan untuk digali,
Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada dimaya pada, Khuatir
melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya.
Tapi dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka,
Dan dengan demikian mereka pun menemui sebuah mustika,
Walau semua mereka dengan tangan gementar,hanya mencuba menggali akar.

Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenang jiwa ? Si burung bul-bul yang menyanyikan lagu merdu,
Terganggukah olehnya ketenangan malam yang syahdu ? Atau ambillah dia, si kunang - kunang,
Adakah diganggunya keagungan bintang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara,
Adakah dia memberati pawana ? Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau yang tenang,
Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat kauganggu ?Betapa seringnya, dengan menyingkiri segala kesenangan,
Kau hanya menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesedaran.

Siapa tahu bahawa apa yang nampaknya lenyap sekarang,
dari permukaan,hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian ?
Bahkan jasmani memahami kudratnya dan keperluan hak alamiahnya, Serta
tiada sudi mengalami tipuan dari akal manusia. Jasmani adalah kecapi jiwa,
Tergantung kepada manusia, Untuk menggetarkannya dengan petikan lagu
merdu, Ataupun suara yang tiada menentu.

Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membedakan
baik - buruk dalam kesenangan? Maka pergilah dikau ke ladang, kebun dan
tamanmu, Dan kau akan mengerti, bahawa bagi lebah, menghisap madu adalah
kesenangan, namun bagi bunga pun memberikan madu adalah kesenangan.

Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga, lebah
merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya,sang lebah maupun sang
bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah keperluan dan keasyikan.
Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah.


Hosted by www.Geocities.ws

1