Prosa III

Dan aku melihat hal - hal yang menyedihkan, Para Malaikat Kebahagiaan tengah berperang dengan Syaitan-syaitan Penderitaan Dan Manusia berdiri diantara mereka. Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lain dengan Keputus-asaan. Aku melihat Cinta dan Benci bermain-main dihati manusia, Cinta menyembunyikan kesalahan Manusia dan memabukkanya dengan anggur kepatuhan, pujian dan rayuan: sementara Kebencian menghasutnya dan menutup telinganya dan membutakan matanya dari Kebenaran... Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan juri penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk Melawan Kebahagiaan Manusia... Dan aku melihat Manusia memanggil Kebijakan untuk membebaskannya, tetapi Kebijakan tidak mendengar jeritannya, kerana Manusia pernah Mengabaikannya ketika ia berbicara kepadanya dijalananan kota... Kemudian datang seorang pertapa, Yang sekali setahun turun ke kota, Memohon jawaban tentang kesenangan. Jawabnya demikian : Kesenangan adalah lagu kebebasan, Namun bukannya sang kebebasan sendiri, Dialah bunga-bunga hasrat keinginan, Namun bukan buah yang asli. Sebuah jurang ternganga yang berseru ke puncak ketinggian, Itulah dia namun dia bukan kedalaman maupun ketinggian itu sendiri. Dialah si terkurung yang terbang terlepas, Namun bukannya ruang yang terbentang luas ; Ya, sesungguhnyalah kesenangan merupakan lagu kebebasan. Dan aku amat suka bila dapat mendengarkan, Kalian menyanyikannya dengan sepenuh hati, Namun jangan hanyutkan diri dalam nyanyian Beberapa diantaramu mencari kesenangan, Seolah kesenangan itu adalah segala-galanya, Dan mereka ini dipersoalkan, dihakimi dan dipersalahkan. Aku tak akan mempersalahkannya, ataupun memarahinya, Melainkan akan mendorong mereka untuk mencari dan menyelami. Sebab mereka akan menemukan kesenangan, Namun kesenangan tiada berdiri sendiri. Saudaranya ada beberapa, ialah tujuh orang puteri, Yang terjelek pun diantaranya lebih unggul kecantikannya, Daripada dia yang bernama kesenangan. Engkau pernah mendengar tentang seorang manusia, Yang menggali tanah hendak mencari akar, Namun menemukan harta pusaka ? Beberapa di antara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan penuh rasa penyesalan, Seolah kesenangan itu dosa yang diperbuatnya, Tatkala sedang terbius diluar kesedarannya. Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi, Tiada berkemampuan menyucikan hati nurani, Sayugia mereka mengingat kesenangan yang lalu, Dengan rasa syukur dan terima kasih dalam kalbu, Sebagaimana mereka mengenang rahmat tuaian di musim panas, Namun pabila rasa penyesalan lebih menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka menikmati ketenteramannya. Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu mencari, Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang - kenangan untuk digali, Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada dimaya pada, Khuatir melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya. Tapi dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan dengan demikian mereka pun menemui sebuah mustika, Walau semua mereka dengan tangan gementar,hanya mencuba menggali akar. Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenang jiwa ? Si burung bul-bul yang menyanyikan lagu merdu, Terganggukah olehnya ketenangan malam yang syahdu ? Atau ambillah dia, si kunang - kunang, Adakah diganggunya keagungan bintang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara, Adakah dia memberati pawana ? Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau yang tenang, Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat kauganggu ?Betapa seringnya, dengan menyingkiri segala kesenangan, Kau hanya menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesedaran. Siapa tahu bahawa apa yang nampaknya lenyap sekarang, dari permukaan,hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian ? Bahkan jasmani memahami kudratnya dan keperluan hak alamiahnya, Serta tiada sudi mengalami tipuan dari akal manusia. Jasmani adalah kecapi jiwa, Tergantung kepada manusia, Untuk menggetarkannya dengan petikan lagu merdu, Ataupun suara yang tiada menentu. Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membedakan baik - buruk dalam kesenangan? Maka pergilah dikau ke ladang, kebun dan tamanmu, Dan kau akan mengerti, bahawa bagi lebah, menghisap madu adalah kesenangan, namun bagi bunga pun memberikan madu adalah kesenangan. Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga, lebah merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya,sang lebah maupun sang bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah keperluan dan keasyikan. Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah. Prosa V

Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi Dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu. Hatiku akan menjadi tempat tinggal keanggunanmu serta dadaku akan menjadi kubur bagi penderitaanmu. Aku akan selalu mencintaimu& sebagaimana padang rumput yang luas mencintai musim bunga. Aku akan hidup di dalam dirimu laksanabunga-bunga yang hidup oleh panas matahari. Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah menyanyikan gema loceng di desa Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti pantai mendengarkan kisah-kisah gelombang. Aku akan mengingatimu seperti perantau asing yang mengenang tanah air tercintanya, Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan, Seperti raja yang turun takhta mengingati masa-masa kegemilangannya, Dan seperti seorang tahanan mengingati masa-masa kesenangan dan kebebasan. Aku akan mengingatimu sebagaimana seorang petani yang mengingati bekas-bekas gandum di lantai tempat simpanannya, juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan sungai yang segar airnya." (Dari Sayap Sayap Patah) PROSA (VI)

Bersyukurlah pada kehidupan yang telah menganugerahimu rasa haus. Hatimu akan menjadi seperti tepian pantai daris ebuah samudera yang tak memiliki gelombang. Tak menyimpan gemuruh dan tak mengerami pasang surut bila engkau tak memiliki rasa haus. Teguklah isi pialamu sendiri sambil memekik gembira. Junjunglah pialamu diatas kepala mu lalu teguklah kuatdemi mereka yang meminumnya dalam kesendirian. AKu pernah sekali mencari gerombolan manusia yang kemudian duduk rapi mengelilingi meja jamuan sebuah pesta kemudian minum dengan sepuas - puasnya. Namun mereka tidak mengangkat anggurnya diatas kepalaku, tidak pula meresapkannya kedalam dadaku. Mereka hanya membasahi kakiku....kebijakan kumasih kerontang. Hatiku terkunci dan terpatri. Cuma sepasang kakikulah yang bergomol dengan mereka diantara selubung kabut yang suram. Aku tidak lagi mau mencari kumpulan manusia atau pula meneguk anggur bersama mereka dalam meja jamuan pesta mereka. Apa yang engkau rasakan jika kututurkan padamu semua itu jika waktu begitu garang menghentaki jantungmu? Akan sangat baik bagimu bila engkau meneguk pial arengsamu seorang diri dan piala bahagianmu seorang diri pula... LAGU OMBAK

Pantai yang perkasa adalah kekasihku, Dan aku adalah kekasihnya, Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta, Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya. Kupergi padanya dengan cepat Lalu berpisah dengan berat hati. Membisikkan selamat tinggal berulang kali. Aku segera bergerak diam-diam Dari balik kebiruan cakerawala Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku Ke pangkuan keemasan pasirnya Dan kami berpadu dalam adunan terindah. Aku lepaskan kehausannya Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora didada. Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya, dan dia memelukku penuh damba Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang Gerakku pantas diwarnai kebimbangan Sedangkan dia tetap sabar dan tenang. Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan Kala air pasang kami saling memeluk Kala surut aku berlutut menjamah kakinya Memanjatkan doa Seribu sayang, aku selalu berjagasendiri Menyusut kekuatanku. Tetapi aku pemuja cinta, Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa, Mungkin kelelahan akan menimpaku, Namun tiada aku bakal binasa. ANTARA PAGI DAN MALAM HARI

TENANGLAH hatiku, kerana langit tak pun mendengari Tenanglah, kerana bumi dibebani dengan ratapan kesedihan. Dia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu. Tenanglah, kerana roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahsiamu, dan bayang-bayang tak berhenti dihadapan mimpi - mimpi. Tenanglah, hatiku. Tenanglah hingga fajar tiba, kerana dia yang menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan. Dia yang mencintai cahaya, dicintai cahaya. Tenanglah hatiku, dan dengarkan ucapanku. DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi saatdia terbang di atas kawah gunung berapi yang meletus. Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju. Kulihat seorang bidadari telanjang menari - menari di antara batu-batu kubur. Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan tengkorak - tengkorak. Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi. Ketika aku terjaga dan memandang sekelilingku, kulihat gunung berapi memuntahkan nyala api, tapi tak kudengar murai bernyanyi, juga tak kulihat dia terbang. Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah, dilapisi warna putih mayat dari bunga lili yang membeku. Kulihat kuburan - kuburan, berderet-deret, tegak dihadapan zaman-zaman yang tenang. Tapi tak satu pun kulihat di sana yang bergoyang dalam tarian, juga tidak yang tertunduk dalam doa. Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; kemanakah perginya kegembiraan dan kesenangan impian? Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana gambaran - gambarannya menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan sampai sang tidur membawa kembali roh-roh dari hasrat dan harapannya? DENGARLAH hatiku, dan dengar lah ucapanku. Semalam jiwaku adalah sebatang pohon yang kukuh dan tua, menghunjam akar - akarnya ke dasar bumi dan cabang-cabangnya mencekau ke arah yang tak terhingga. Jiwaku berbunga di musim bunga, memikul buah pada musim panas. Pada musim gugur kukumpulkan buahnya di mangkuk perak dan kuletakkannya di tengah jalan. Orang - orang yang lalu lalang mengambil dan memakannya, serta meneruskan perjalanan mereka. KALA musim gugur berlalu dan gita pujinya bertukarmenjadi lagu kematian dan ratapan, kudapati semua orang telah meninggalkan diriku kecuali satu-satunya buah di talam perak. Kuambil ia dan memakannya, dan merasakan pahitnya bagai kayu gaharu, masam bak anggur hijau. Aku berbicara dalam hati Bencana bagiku, kerana telah kutempatkan sebentuk laknat di dalam mulut orang-orang itu, dan permusuhan dalam perutnya. " Apa yang telah kaulakukan, jiwaku, dengan kemanisan akar-akarmu itu yang telah meresap dari usus besar bumi, dengan wangian daun - daunmu yang telah meneguk cahaya matahari?" Lalu kucabut pohon jiwaku yang kukuh dan tua. Kucabut akarnya dari tanah liat yang di dalamnya dia telah bertunas dan tumbuh dengan subur. Kucabut akar dari masa lampaunya, menanggalkan kenangan seribu musim bunga dan seribu musim gugur. Dan kutanam sekali lagi pohon jiwaku di tempat lain. Kutanam dia di padang yang tempatnya jauh dari jalan-jalan waktu. Kulewatkan malam dengan terjaga di sisinya, sambil berkata, " Mengamati bersama malam yang membawa kita mendekati kerlipan bintang. Aku memberinya minum dengan darah dan airmataku ", sambil berkata, " Terdapat sebentuk keharuman dalam darah, dan dalam airmata sebentuk kemanisan." Tatkala musim bunga tiba, jiwaku berbunga sekali lagi. PADA musim panas jiwaku menyandang buah. Tatkala musim gugur tiba, kukumpulkan buah - buahnya yang matang di talam emas dan kuletakkan di tengah jalan. Orang-orang melintas, satu demi satu atau dalam kelompok - kelompok, tapi tak satu pun menghulurkan tangannya untuk mengambil bahagiannya. Lalu kuambil sebuah dan memakannya, merasakan manisnya bagai madu pilihan, lazat seperti musim bunga dari syurga, sangat menyenangkan laksana anggur Babylon, wangi bak wangi-wangian dari melati. Aku menjerit,"Orang-orang tak menginginkan rahmat pada mulutnya atau kebenaran dalam usus mereka, kerana rahmat adalah puteri airmata dan kebenaran putera darah!" Lalu aku beralih dan duduk di bawah bayangan pohon, sunyi jiwaku di sebuah padang yang tempatnya jauh dari jalan waktu. TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba. Tenanglah, kerana langit menghembus bau hamis kematian dan tak bisa meminum nafasmu. Dengarkan, hatiku, dan dengarkan aku bicara. Semalam fikiranku adalah kapal yang terumbang - ambing oleh gelombang laut dan digerakkan oleh angin dari pantai kepantai Kapal fikiranku kosong kecuali untuk tujuh cawan yang dilimpahi dengan warna-warna, gemilang berwarna-warni. Sang waktu datang kala aku merasa jemu terapung - apung di atas permukaan laut dan berkata, "Aku akan kembali ke kapal kosong fikiranku menuju pelabuhan kota tempat aku dilahirkan." Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku Aku mulai mengecat sisi-sisi kapalku dengan warna - warni kuning matahari terbenam, hijau musim bunga baru, biru kubah langit, merah senja kala yang menjadi kecil. Pada layar dan kemudinya kuukirkan susuk-susuk menakjubkan, menyenangkan mata dan menyenangkan penglihatan. Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku laksana pandangan luas seorang nabi, berputar dalam ketidak terbatasan laut dan langit. Kumasuki pelabuhan kotaku, dan orang muncul menemuiku dengan pujian dan rasa terima kasih. Mereka membawaku ke dalam kota, memukul gendang dan meniup seruling. Ini mereka lakukan kerana bahagian luar kapal ku yang dihias dengan cemerlang, tapi tak seorang pun masuk ke dalam kapal fikiranku. Tak seorang pun bertanya apakah yang kubawa dari seberang lautan, Tak seorang pun tahu kenapa aku kembali dengan kapal kosongku ke pelabuhan. Lalu kepada diriku sendiri, aku berkata, "Aku telah menyesatkan orang-orang, dan dengan tujuh cawan warna telah kudustai mata mereka". Setelah setahun aku menaiki kapal fikiranku dan kulayari di laut untuk kedua kalinya. Aku berlayar menuju pulau-pulau timur, dan mengisi kapalku dengan dupa dan kemenyan, pohon gaharu dan kayu cendana. Aku berlayar menuju pulau-pulau barat, dan membawa bijih emas dan gading, batu merah delima dan zamrud, dan sulaman serta pakaian warna merah lembayung. Dari pulau-pulau selatan aku kembali dengan rantai dan pedang tajam, tombak - tombak panjang, serta beraneka jenis senjata. Aku mengisi kapal fikiranku dengan harta benda dan barang-barang hasil bumi dan kembali ke pelabuhan kotaku,sambil berkata, "Orang-orangku pasti akan memujiku, memang sudah pastinya. Mereka akan menggendongku ke dalam kota sambil menyanyi dan meniup trompet Tapi ketika aku tiba di pelabuhan, tak seorangpun keluar menemuiku. Ketika kumasuki jalan-jalan kota, tak seorang pun memerhatikan diriku. Aku berdiri di alun-alun sambil mengutuk padaorang-orang bahawa aku membawa buah dan kekayaan bumi. Mereka memandangku, mulutnya penuh tawa, cemuhan pada wajah mereka. Lalu mereka berpaling dariku. Aku kembali ke pelabuhan, kesal dan bingung. Taklama kemudian aku melihat kapalku. Maka aku melihat perjuangan dan harapan dariperjalananku yang menghalangi perhatianku. Aku menjerit. Gelombang laut telah mencuri cat dari sisi - sisi kapalku, tak meninggalkan apa pun kecuali tulang belulang yang bertaburan. Angin, badai dan terik matahari telah menghapus lukisan - lukisan dari layar, memudarkan ia seperti pakaian berwarna kelabu dan usang. Kukumpulkan barang-barang hasil dan kekayaan bumi ke dalam sebuah perahu yang terapung di atas permukaan air. Aku kembali keorang-orangku, tapi mereka menolak diriku kerana mata mereka hanya melihat bahagian luar. Pada saat itu kutinggalkan kapal fikiranku danpergi ke kota kematian. Aku duduk di antara kuburan-kuburan yang bercatkapur, merenungkan rahsia - rahsianya. TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba. Tenanglah, meskipun prahara yang mengamuk mencerca bisikan - bisikan batinmu, dan gua-gua lembah takkan menggemakan bunyi suaramu. Tenanglah, hatiku, hingga fajar tiba. Kerana diayang menantikan dengan sabar hingga fajar, pagi hari akan memeluknya dengan semangat. NUN di sana! Fajar merekah, hatiku. Bicaralah,jika kau mampu bicara! Itulah arak-arakan sang fajar, hatiku! Akankah hening malam melumpuhkan kedalaman hatimu yang menyanyi menyambut fajar? Lihatlah kawanan merpati dan burung murai melayang di atas lembah. Akankah kengerian malam menghalangi engkau untuk menduduki sayap bersama mereka? Para pengembala memandu kawanan dombanya dari tempat ternak dan kandang. Akankah roh-roh malam menghalangimu untukmengikuti mereka ke padang rumput hijau? Anak lelaki dan perempuan bergegas menuju kebun anggur. Kenapa kau tak berganjak dan berjalan bersama mereka? Bangkitlah, hatiku, bangkit dan berjalan bersamafajar, kerana malam telah berlalu. Ketakutan malam lenyap bersama mimpi gelapnya. Bangkitlah, hatiku, dan lantangkan suaramu dalam nyanyian, kerana hanya anak-anak kegelapan yang gagal menyatu ke dalam nyanyian sang fajar. SETITIS AIRMATA DAN SEULAS SENYUMAN

Takkan kutukar duka cita hatiku demi kebahagiaan khalayak. Dan, takkan kutumpahkan airmata kesedihan yang mengalir dari tiap bahagian diriku berubah menjadi gelak tawa. Kuingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman. Setitis airmata yang menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman rahsia kehidupan dan hal ehwal yang tersembunyi. Seulas senyuman menarikkudekat kepada putera kesayanganku dan menjelma sebuah lambang pemujaan kepadaTuhan. Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati, Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan. Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan berbanding jika aku hidup menjemukan dan putus asa. Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahanyang ada di dasar jiwaku setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan orang. Telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu lebih manis daripada melodi yang termanis. Ketika malam tiba bunga menguncupkan kelopak dantidur, memeluk kerinduannya. tatkala pagi menghampiri, ia membuka bibirnya demimenyambut ciuman matahari. Kehidupan sekuntum bunga sama dengan kerinduan danpengabulan. Setitis airmata dan seulas senyuman. Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadisegumpal mega. Awan terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa angin sepoi bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya. Kehidupan awan-gemawan itu adalah sesuatu perpisahan dan pertemuan. Bagai setitis airmata seulas senyuman. Dan kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan dukacita dan dataran kebahagiaan. Menuju samudera cinta dan keindahan - kepada Tuhan. NASIHAT JIWAKU

Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku, Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku. Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai. Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain. Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya disekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal. Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna. Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya. Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku, Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap; tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar. Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan. Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia. Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan, Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman kezaman. Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan... Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir - cangkir, Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu. Tertiup angin dingin dari musim - musim bunga. Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku, Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku. Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang takdapat dilihat, Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan. Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata. Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun - kebun, Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar, Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun - kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya. Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia kerana pujian Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian. Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilaipekerjaanku, Tapi sekarang aku belajar. Bahawa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuahdi musim panas, Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin. Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu. Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa. Sebelumnya aku melihat manusia ada dua, Seorang yang lemah yang aku caci atau ku kasihani, Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan dalam pemberontakan. Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah yang sama darimana semua manusia diciptakan. Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku. Bila mereka melanggar aku juga pelanggar, Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka. Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka, Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka. Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku, Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku, Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya, Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai - dawaiku, Aku bukanlah pemain kecapi. Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini: "Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok". Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai ". Tapi kini aku terdidik perkara ini : Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat. Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku. Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu. Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza diantara kita. Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku, Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu,dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini. 7 ALASAN MENCELA DIRI

Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku, pertama kali ketika aku melihatnya lemah, padahal seharusnya ia bisa kuat. Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket - jongket dihadapan orang yang lumpuh. Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah ia memilih yang mudah Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan coba menghibur diri dengan mengatakan bahawa semua orang juga melakukan kesalahan. Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat. Dari Petikan SANG Nabi (The Prophet)
PERENGGAN

Seorang ahli hukum menyusul bertanya, Dan bagaimana tentang undang - undang kita? Dijawabnya: Kalian senang meletakkan perundangan, namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran, Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain ditepi pantai, yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara, kemudian menghancurkannya sendiri, sambil gelak tertawa ria. Tapi, selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu, sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ketepi, Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu, sang laut pun turut tertawa bersamamu. Sesungguhnya, samudera sentiasa ikut tertawa, bersama mereka yang tanpa dosa. Tapi bagaimanakah mereka, yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudera, dan melihat undang - undang buatannya sendiri, bukan ibarat menara pasir? Merekalah yang memandang kehidupan, laksana sebungkal batu karang, dan undang-undang menjadi pahatnya, untuk memberinya bentuk ukiran, menurut selera manusia, sesuai hasrat kemahuan. Bagaimana dia, si tempang yang membenci para penari? Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya, dam mencemuh kijang, menamakannya haiwan liar tiada guna? Lalu betapa ular tua, yang tak dapat lagi menukar kulitnya, dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang, tak kenal susila? Ada lagi dia, yang pagi- pagi mendatangi pesta, suatu keramaian perkahwinan, kemudian setelah kenyang perutnya, dengan badan keletihan, meninggalkan keramaian dengan umpatan, menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan, dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka. Apalah yang kukatakan tentang mereka, kecuali bahawa memang mereka berdiri dibawah sinar mentari, namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi? Mereka hanya melihat bayangannya sendiri, dan bayangan itulah menjadi undang - undangnya. Apakah erti sang suria bagimereka, selain sebuah pelempar bayangan? Dan apakah kepatuhan hukum baginya, selain terbongkok dan melata diatas tanah, mencari dan menyelusuri bayangan sendiri? Tapi kau, yang berjalan menghadapkan wajah kearah mentari, bayangan apa di atas tanah, yang dapat menahanmu? Kau yang mengembara di atas angin, kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu, hukum mana yang mengikatmu, bila kau patahkan pikulanmu, tanpa memukulnya pada pintu penjarao rang lain? Hukum apa yang kau takuti, jikalau kau menari-nari, tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain? Dan siapakah dia yang menuntutmu, bila kau mencampakkan pakaianmu, tanpa melemparkannya dijalan orang lain? Rakyat Orphalese, kalian mungkin mampu memukul gendang, dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi, namun katakan, siapakah yang dapat menghalangi, burung pipit untuk menyanyi. Seorang ahli pidato maju ke depan; bertanyakan masalah kebebasan. Dia mendapat jawapan; Telah kusaksikan, di gerbang kota maupun dekat tungku perapian, dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan. Laksana hamba budak merendahkan diri didepan sang tuan, si zalim yang disanjung puja, walaupun dia hendak menikam. Ya, sampaipun direlung - relung candi, dan keteduhan pusat kota, kulihat yang paling bebas pun diantara kalian, mengendong kebebasannya laksana pikulan, mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan. Hatiku menitikkan darah dalam dada, kerana kutahu, bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya, pabila kau dapat menyedari, bahawa keinginan untuk kebebasanpun, merupakan sebentuk belenggu jiwamu. Hanya jikalau kau pada akhirnya, berhenti bicara tentang Kebebasan, sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan, maka kau akan bebas, bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran, dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan. Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam rangkuman beban hidup ini, tetapi yang berhasil engkau atasi, dan jaya kau tegakmenjulangtinggi, sempurna, terlepas segala tali - temali. Dan bagaimana kau kan bangkit, mengatasi hari dan malammu, pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan, yang di pagi pengalamanmu, telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu? Sesungguhnya lah, apa yang kau namai Kebebasan, tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu, walau kilaunya gemerlap cemerlang disinar suria, serta menyilaukan pandang matamu. Dan sedarkah engkau, apa yang akan kau lepaskan itu? tiada lain adalah cebisan dari dirimu, jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu. Pabila yang akan kau buang itu, suatu hukum yang tak adil, akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri, serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu. Mustahil kau akan menghapusnya, dengan hanya membakar kitab-kitab hukum mu, tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu, walau air seluruh lautan kau curah kan untuk itu. Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan, usahakanlah dahulu, agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu, kau cabut akarnya sebelum itu. Sebab bagaimanakah seorang zalim, dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri, jika bukan engkau sendiri membiarkan nya, menodai kebebasan yang kau junjung tinggi, mencorengkan arang pada harkat martabat kemanusiaanmu peribadi? Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kau tanggalkan, maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu, bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu. Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan, maka perasaan ngeri itu bersarang dihatimu, bukannya berada pada dia yang kautakuti. Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri, dalam rangkulan setengah terkatup, yang abadi antara yang kauinginkan dan yang kautakuti, yang memuakkan dan yang kau sanjung puji, yang kau kejar - kejar dan yang hendak kau tinggal pergi. Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu, bagaikan Sinar dan Bayangan, dalam pasangan - pasangan, yang lestari berpelukan. Dan pabila sang bayangan menjadi kabur, melenyap hilang, maka sinar yang tinggal, wujudlah bayangan baru, bagi sinar yang lain; demikianlah selalu. Seperti itulah pekerti Kebebasan, pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama, maka ia sendirilah menjadi pengikat baru, bagi Kebebasan yang lebih agung, sentiasa. Bila engkau sedang bersukaria renunglah dalam-dalam ke lubuk hati disanalah nanti engkau dapati bahwa hanya yang pernah membuat derita berkemampuan memberimu bahagia Jika engkau berdukacita renunanglah lagi, ke lubuk hati disanalah pula bakal kau temui bahawa sesungguhnya engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri. Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu. Bila kau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh arti. Sebab, apalah harta milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kau jaga buat persediaan dihari kemudian? Dan hari kemudian; terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir, Yang menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam perjalanan ke kota suci, mengikuti musafir ? Dan bukankah ketakutan akan kemiskinan, Merupakan kemiskinan itu sendiri ? Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur masih penuh, Bukankah dahaga yang tak mungkin dipuaskan ? Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak Dan pemberian itu dilakukan demi sanjungan, Hasrat tersembunyi membuat tak murni dermanya. Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah yang percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan, Dan peti mereka tiada pernah mengalami kekosongan. Ada yang memberi dengan kegembiraan dihati, Kegembiraanlah yang menjadi anugerah pengganti. Ada yang memberi dengan kepedihan dihati, maka Kepedihan menjadi air pensucian diri. Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit didalamnya, Tanpa mencari kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat-ingat kebaikannya, Mereka memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga menyebarkan wewangiannya keudara. Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara,Dan dari sinar lembut tatapan mata mereka Dia tersenyum pada dunia. Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan. Sedangkan kau, yang mengira dirimu seorang pemberi, Sebetulnya hanyalah seorang saksi. Dan kau, kaum penerima - ya ,engkau semuanya tergolong penerima ! Jangan memberati diri dengan rasa terhutang budi, Sebab kau akan membebani dirimu dan dia yang memberi. Sayugia kau bangkit bersama si pemberi,Naik sayap pemberiannya, Melambung ke taraf yang lebih tinggi. Terlampau menyedari hutangmu, adalah meragukan kedermawanan dia, Sang putera Bumi yang murah hati, Dan Tuhan, sebagai sumber segala hartanya. MUSIM BUNGA

Bunga akan nampak indah Ketika musim bunga bermula Mencium pucuk-pucuk kecilnya Namun kasih akan sentiasa Nampak indah dari bunga Kerana ia terus tumbuh tanpa bantuan musim INDAHNYA KEMATIAN

Biarkan aku terbaring dalam lelapku, kerana jiwa ini telah dirasuki cinta, dan biarkan daku istirahat, kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang. Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi disekeliling ranjang ini, dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar. Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki - kaki ini dengan wangian, dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini. Biarku istirahat di ranjang ini, kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya, Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku, Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkap kant abir lara hatiku. Nyanyikanlah masa - masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku, kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring. Hapuslah airmatamu, saudaraku, dan tegakkanlah kepalamu seperti bunga-bunga menyemai jari - jemarinya menyambut mahkota fajar pagi. Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom - kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti. Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap - sayapnya. Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku.Ciumlah mataku dengan seulas senyummu. Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka, Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya didahiku dan memberkatiku Biarkanlah perawan - perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku, dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku. Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi Dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu. Hatiku akan menjadi tempat tinggal keanggunanmu serta dada ku akan menjadi kubur bagi penderitaanmu. Aku akan selalu mencintaimu... sebagai mana padang rumput yang luas mencintai musim bunga. Aku akan hidup didalam diri mu laksana bunga - bunga yang hidup oleh panas matahari. Aku akan menyanyi kan nama mu seperti lembah menyanyikan gema loceng di desa Aku akan mendengar bahasa jiwa mu seperti pantai mendengarkan kisah-kisah gelombang. Aku akan mengingati mu seperti perantau asing yang mengenang tanah air tercintanya, Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan, Seperti raja yang turun takhta mengingati masa - masa kegemilangannya, Dan seperti seorang tahanan mengingati masa - masa kesenangan dan kebebasan. Aku akan mengingatimu sebagaimana seorang petani yang mengingati bekas - bekas gandum dilantai tempat simpanannya, juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan sungai yang segar airnya. (Dari Sayap Sayap Patah) DUA KEINGINAN

Di keheningan malam, Sang Maut turun dari hadiratTuhanmenuju kebumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena didalam kekuasaan sang lelap. Ketika rembulan tersungkur kaki langit, dan kotaituberubahwarnamenjadihitamlegam, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang ditengah pemukiman -- berhati - hati tidak menyentuh apapun -- sampai tiba disebuah istana. Dia masukdan tak seorangpun kuasa menghalangi. Dia tegak disisi sebuah ranjang danmenyentuh pelupuk matanya, dan orang yang tidur itu bangun dengan ketakutan. Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan, "Menyingkirlah kau dariku, mimpi yang mengerikan!Pergilah engkaumakhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kaumasuk istana ini? Apa yang kauinginkan? Minggatlah, karena akulah empunya rumah ini. Enyahlah kamu, kalau tidak, kupanggil para budak dan para pengawal untuk mencincangmu menjadi kepingan!" Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,"Akulah kematian, berdiri dan membungkuklah kepadaku." Dan si kaya berkuasa itu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika pekerjaanku belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kuat seperti aku? Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri oleh taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yangbengis ,dan mataku bergetar menatap sayap-sayapmu yang menjijikan dan tubuhmu yang memuakkan." Setelah diam beberapa saat dan tersadar dari ketakutannya, ia menambahkan, "Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telahku katakan, karena rasa takut membuat diriku mengucapkan kata -kata yang sesungguhnya terlarang. Maka ambillah emasku seperlunya atau nyawa salah seorang dari budak, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih memperhitungkan kehidupan yangmasihbelum terpenuhi dan kekayaan pada orang-orang yang belum terkuasai. Diatas laut aku memiliki kapal yang belum kembali kepelabuhan, dan pada hasil bumi yang belum tersimpan. Ambillah olehmu barang yang kauinginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya selir, cantik bagai pagihari, untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putra tunggal yang ku sayangi, dialah biji mataku. Ambillah dia juga, tapi tinggalkan diriku sendirian." Sang Maut itu menggeram, engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak tahu diri. Kemudian Maut mengambil tangan orang itu, mencabut kehidupannya, dan memberikannya kepada para malaikat dilangit untuk memeriksanya. Dan maut berjalan perlahan di antara orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling kumuh yang ia temukan. Ia masuk danmendekati ranjang dimana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri disampingnya ,ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku disini, wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah ruhku, impianku yang mengejawantah dan hakikat harapanku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, karena kau sangat penyayang dan takkan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Jangan tinggalkan daku." "Aku telah memanggilmu berulang kali, namun kau tak mendengarkan.Tapi kini kau telah mendengarku, karena itu jangan kecewakan cintaku dengan peng-elakan diri. Peluklah ruhku, Sang Maut terkasih." Kemudian Sang Maut meletakkan jari - jari lembutnya keatas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruhnya dibawah sayap - sayapnya. Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- kedunia -- dan dalam bisikan ia berkata, "Hanya mereka yang didunia mencari Keabadian-lah yang sampai ke Keabadian itu." IBU

Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia. Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yangmemancar dari kedalaman jiwa. Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dikala lara, impian kita dalam rengsa, rujukan kita di kala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapapun yang kehilangan ibunya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya. Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian. Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian. IBU

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan. Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan. Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan. Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti. Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang sosok ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya. Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai. Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah - buahan dan biji - bijian. Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta. ANAK

Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak.Dan dia berkata: Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu, Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu, Engkau adalah busur-busur tempat anakmumenjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan, Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak - anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh. Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. (Dari Cinta, Keindahan, Kesunyian) PENYAIR

Dia adalah rantai penghubung Antara dunia ini dan dunia akan datang Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan, Dia adalah sebatang pohon tertanam Di lembah sungai keindahan Memikul bebuah ranum Bagi hati lapar yang mencari. Dia adalah seekor burung nightingale Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah Naik dan mengembang memenuhi angkasa. Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padangkehidupan. Membuka kelopak mereka bagi menerima cahaya. Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi. Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam. Tak terliput gelap malam Tak tergoyah oleh angin kencang Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya. Dia adalah manusia yang selalu bersendirian, hidup serba sederhana dan berhati suci Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham Dan berjaga di keheningan malam, Menantikan turunnya ruh. Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya diladang kasih sayang dan kemanusiaan menyuburkannya. Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia pada zamannya, Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi. Inilah penyair yang tak meminta apa-apa dari manusia kecuali seulas senyuman Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi cakerawala dengan kata-kata indah Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya Sampai bila manusia terus terlena? Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan?? Sampai bila manusia mengabaikan mereka? yang boleh memperlihatkan keindahan pada jiwa-jiwa mereka Simbol cinta dan kedamaian? Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa? org yang sudah tiada? dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa Dan oh para penyair, Kalian adalah kehidupan dalam? kehidupan ini: Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya. Penyair.. Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi. Penyair... periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan disebalik jambangan bunga - bunga Laurel. (Dari Damah Wa Ibtisamah -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) MIMPI

Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya diwajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut, " Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaann yaitu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.", Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku meliha tombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi diatas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu-kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit. Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk diatas sebongkah batu. Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarik kutanpa aku dapat melawannya. Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itus eakan-akan ada tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata: "Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah." Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun, " Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah." Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar : "Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa,dan kebebasantanpaakalsepertiroh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna." Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali: Itulah anak-anak cinta, Buah dari perjuangan, Akibat dari kebebasan, Tiga manifestasi Tuhan, Dan Tuhan adalah ungkapan, dari alam yang bijaksana. Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus. Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu,hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga. KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN

Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu. Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentangKehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan kebenaran. Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu. Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yangmenerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana. Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan terhadap masa kini dan harapan? masa depan. Antara tidur dan jaga, diluar fajar merekah. Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan. Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya. Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata.? Orang-orang papa yang kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing didalam kuburan. Itu menandakan ketakutan. Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni dari pada tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis dari pada ejekan seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah. Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan duka cita yang kau sandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan mendatangakan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang danPersamaan. PERSAHABATAN

Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia? menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian. Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata"Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata"Ya". Dan bilamana dia diam, hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam? persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersamadan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan. Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita. Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran. Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan. Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan. Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu jika? kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berbagi kegembiraan.. Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan. KATA SELEMBAR KERTAS SEPUTIH SALJU

Kata selembar kertas seputih salju, "Aku tercipta secara murni, kerana itu aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih dari pada menderita kerana tersentuh kegelapan atau didekati oleh sesuatu yang kotor." Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang hitam, tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warnapun mendengarnya, dan merekapun tak pernah mendekatinya. Dan selemba rkertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya - suci dan murni- dan kosong. TANYA SANG ANAK

Konon pada suatu desa terpencil Terdapat sebuah keluarga Terdiri dari sang ayah dan ibu Serta seorang anak gadis muda dan naif! Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu! Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita? Sang ibu menjawab,"Kerana ibu lebih kuat dari ayah!" Sang anak terdiam dan berkata,"Kenapa jadi begitu?" Sang anak pun bertanya kepada sang ayah! Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah? Ayah pun menjawab,"Kerana ibumu seorang wanita!!! Sang anak kembali terdiam. Dan sang anak pun kembali bertanya! Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah? Dan sang ayah pun kembali menjawab," Iya, kau adalah yang terkuat!" Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya. Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain. Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu? Ayah kembali menjawab,"Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!" "Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?"Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan. Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. "Kerana engkau adalah buah dari cintanya!, Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu! ". Dan kau adalah segalanya buat kami. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami. Tawamu adalah tawa kami. Tangismu adalah air mata kami. Dan cintamu adalah cinta kami. Dan sang anak pun kembali bertanya! Apa itu Cinta, Ayah? Apa itu cinta, Ibu? Sang ayah dan ibu pun tersenyum! Dan mereka pun menjawab,"Kau, kau adalah cinta kami sayang.." GURU

Barangsiapa mahu menjadi guru, biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri sebelum mengajar orang lain, dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata. Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan daripada mereka yang hanya mengajar orang lain dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain. BANGSA - CERMIN DIRI

Manusia terbagi dalam bangsa, negara dan segala perbatasan. Tanah airku adalah alam semesta. Aku warga negara dunia kemanusiaan.... Kata-kata tidak mengenal waktu. Kamu harus mengucapkannya atau menuliskannya dengan menyadari akan keabadiannya. Ketika aku berdiri bagaikan sebuah cermin jernih di hadapanmu, kamu memandang kedalam diriku dan melihat bayanganmu. kemudian kamu berkata, "Aku cinta kamu." Tetapi sebenarnya, kamu mencintai dirimu dalam diriku. SUARA KEHIDUPANKU - KEINDAHAN KEHIDUPAN

Suara kehidupanku memang tak akan mampu menjangkau telinga kehidupanmu; tapi marilah kita coba saling bicara barangkali kita dapat mengusir kesepian dan tdak merasa jemu.... Keindahan adalah kehidupan itu sendiri saat ia membuka tabir penutup wajahnya. dan kalian adalah kehidupanya itu, kalianlah cadar itu. Keindahan adalah keabadian yang termanggu di depan cermin. Dan kalian adalah keabadian itu, kalianlah cermin itu. CINTA I

Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta. Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang? kearah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata : Pabila? cinta menggamitmu, ikutlah ia Walaupun jalan-jalannya sukar dan curam Pabila ia mengepakkan sayapnya, Engkau serahkanlah dirimu kepadanya Walaupun pedang yang tersisip pada sayapnya akan melukakankamu. Pabila ia berkata-kata Engkau percayalah kepadanya walaupun suaranya akan menghancurkan mimpimu seperti angin utara yang memusnahkan taman-taman kerana sekalipun cinta memahkotakan kamu Ia juga akan mengorbankan kamu walaupun ia menyuburkan dahan-dahanmu ia juga mematahkan ranting-rantingmu walaupun ia memanjat dahanmu yang tinggi dan mengusap ranting-rantingmu yang gementar dalam remang cahaya matahari ia juga turun ke akar-akarmu dan menggoncangkannya dari perut bumi Seperti seberkas jagung ia akan mengumpulmu untuk dirinya membantingkanmu sehingga engkau bogel mengayakkanmu sehingga terpisah kamu dari kulitmu mengisarkanmu sehingga engkau menjadi putih bersih mengulimu agar kamu mudah dibentuk dan selepas itu membakarmu di atas bara api agar kamu menjadi sebuku roti yang diberkati untuk hidangan kenduri Tuhanmu yang suci Semua ini akan cinta lakukan kepadamu supaya engkau memahami rahsia hatinya dan dengan itu menjadi wangi-wangian kehidupan tetapi seandainya di dalam ketakutanmu engkau hanya mencari kedamaian dan nikmat cinta maka lebih baiklah engkau membalut dirimu yang bogel itu dan beredarlah dari laman cinta yang penuh gelora ke dunia gersang yang tidak bermusim di sana engkau akan ketawa tetapi bukan tawamu dan engkau akan menangis tetapi bukan dengan air matamu Cinta tidak memberikan apa - apa melainkan dirinya dan tidak mengambil apa-apa melainkan daripada dirinya cinta tidak mengawal sesiapa dan cinta tidak boleh dikawal sesiapa kerana cinta lengkap dengan sendirinya Dan pabila engkau bercinta engkau tidak seharusnya berkata kejadian adalah hatiku, sebaliknya berkatalah: aku adalah kejadian Dan janganlah engkau berfikir engkau boleh menentukan arus cinta kerana seandainya cinta memberkatimu ia akan menentukan arah perjalananmu Cinta tiada nafsu melainkan dirinya tetapi seandainya kamu bercinta dan ada nafsu pada cintamu itu maka biarlah yang berikut ini menjadi nafsumu; menjadi air batu yang cair membentuk anak-anak sungai yang menyanyikan melodi cinta pada malam yang gelap gelita untuk mengenal betapa pedihnya kemesraan untuk merasa luka kerana engkau kini mengenali cinta dan rela serta gembira melihat darah dari lukanya untuk bangun pada waktu fajar dengan hati yang lega dan bersyukur untuk satu hari lagi yang terisi cinta untuk beristirehat ketika matahari remang untuk mengingati kemanisan cinta yang tidak terperi untuk kembali ke rumahmu ketika air mati dengan rasa kesyukuran di dalam hati dan dalam tidurmu berdoalah untuk kekasihmu yang bersemadi di dalam hatimu dengan lagu kesyukuran pada bibirmu (Dari Sang Nabi) CINTA II

Mereka berkata tentang serigala dan tikus Minum di sungai yang sama Di mana singa melepas dahaga Mereka berkata tentang helang dan? hering Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama Dan berdamai - di antara satu sama lain, Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan maruah dan kebanggaan, Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku Memakan roti dan meminum anggur Menggoda diriku yang lemah ini Biarkan rasa lapar menggigitku, Biarkan rasa haus membakarku, Biarkan aku mati dan binasa, Sebelum kuangkat tanganku Untuk cangkir yang tidak kau isi, Dan mangkuk yang tidak kau berkati (Dari The Forerunner)) CINTA III

Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang disitu tentang misteri dan kesucian cinta. Seorang lelaki setengah baya menghampiri,tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama." Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang". Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah, diaberkata, "Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang menderita dineraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya". Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata,"Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman kedalam roh orang-orang yg kuat,?membuat mereka bangkit dalam doa diantara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian?di depan matahari disiang hari". Setelah itu seorang lelaki menghampiri.Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata,"Cinta adalah ketidak pedulian yang buta. Ia bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda". Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata, "Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya". Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk - ngetuk kan tongkatnya ketanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, "Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema dilembah-lembah". Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, "Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran". Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, " Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian ". Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata,"Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta." Waktu terus berjalan. Manusia terus - menerus melewati rumah ibadat. Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan harapan - harapannya dan mengungkapkan misteri - misteri kehidupannya. PANDANGAN PERTAMA

Itulah saat yang memisahkan aroma kehidupan dari kesedarannya, itulah percikan api pertama yang menyalakan wilayah - wilayah jiwa. Itulah nada magis pertama yang dipetik dari dawai - dawai perak hati manusia. Itulah saat sekilas yang menyampaikan pada telinga jiwa tentang risalah hari - hari yang telah berlalu dan mengungkapkan karya kesedaran yang dilakukan malam, menjadikan mata jernih melihat kenikmatan didunia dan menjadikan misteri - misteri keabadian didunia ini hadir. Itulah benih yang ditaburan oleh Ishtar, dewi cinta, dari suatu tempat yang tinggi. Mata mereka menaburkan benih didalam ladang hati, perasaan memeliharanya, dan jiwa membawanya kepada buah - buahan. Pandangan pertama kekasih adalah seperti roh yang bergerak dipermukaan air mengalir menuju syurga dan bumi. Pandangan pertama dari sahabat kehidupan menggemakan kata - kata Tuhan, Jadilah, maka terjadilah ia. SYUKUR

Bangun difajar subuh dengan hati seringan awan. Mensyukuri hari baru penuh sinar kecintaan. Istirahat diterik siang merenungkan puncak getaran cinta. Pulang dikala senja dengan syukur penuh dirongga dada. Kemudian terlena dengan doa bagi yang tercinta dalam sanubari. Dan sebuah nyanyian kesyukuran terpahat dibibir senyuman. PERKAHWINAN

SEKARANG,CINTA mulai menciptakan puisi dalam prosa kehidupan, untuk mencipta fikiran -fikiran masa lalu menjadi nyanyian pujian agar bersenandung siang hari dan menyanyi pada malam hari. Sekarang, hasrat menyingkapkan tabir keraguan dari kebingungan pada tahun - tahun yang telah berlalu. Dari rangkaian kesenangan, ia merajut kebahagiaan yang hanya bisa dilampaui dengan kebahagiaan jiwa ketika ia memeluk tuannya. Itulah dua peribadi kukuh yang berdiri berdampingan untuk mempertentangkan cinta mereka dengan kedengkian dari takdir yang lemah. Itulah perpaduan anggur kuning dengan anggur warna lembayung untuk menghasilkan paduan keemasan, warna cakerawala saat fajar merekah. Itulah pertentangan dua roh untuk pertentangan dan kesatuan dua jiwa dengan kesatuan. Ia adalah curahan hujan jernih dari langit murni kedalam kesucian alam, membangkitkan kekuatan - kekuatan ladang yang penuh berkat. Apabila pandangan pertama dari wajah sang kekasih adalah seperti benih yang ditaburkan oleh cinta diladang hati manusia dan ciuman pertama dari dua bibir adalah seperti bunga pertama cabang kehidupan, maka perkahwinan adalah buah pertama dari bunga pertama benih itu. ( dari Suara Sang Guru) BAGI SAHABATKU YANG TERTINDAS

Wahai engkau yang dilahirkan diatas ranjang kesengsaraan, diberi makan pada dada penurunan nilai, yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani, engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir. Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan isterinya, anak - anaknya yang masih kecil, sahabat - sahabatnya, dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka sebut 'keperluan'. Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya, yang hanya berhasrat untuk hidup diatas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas. Wahai tawanan yang dilemparkan kedalam kegelapan kerana kejahatan kecil yang dibuat seumpama kejahatan besar oleh mereka yang membalas kejahatan dengan kejahatan, dibuang dengan kebijaksanaan yang ingin mempertahankan hak melalui cara - cara yang keliru. Dan engkau, Wahai wanita yang malang, yang kepadanya Tuhan menganugerahkan kecantikan. Masa muda yang tidak setia memandangnya dan mengekorimu, memperdayakan engkau, menanggung kemiskinanmu dengan emas. Ketika kau menyerah padanya, dia meninggalkanmu. Kau serupa mangsa yang gementar dalam cakar - cakar penurunan nilai dan keadaan yang menyedihkan. Dan kalian, teman-temanku yang rendah hati, para martir bagi hukum buatan manusia. Kau bersedih, dan kesedihanmu adalah akibat dari kebiadaban yang hebat, dari ketidak - adilan sang hakim, dari licik si kaya, dan dari keegoisan hamba demi hawa nafsunya. Jangan putus asa, kerana di sebalik ketidak - adilan dunia ini, di balik persoalan, di balik awan gemawan, di balik bumi, di balik semua hal ada suatu kekuatan yang tak lain adalah seluruh kadilan, segenap kelembutan, semua kesopanan, segenap cinta kasih. Engkau laksana bunga yang tumbuh dalam bayangan. Segera angin yang lembut akan bertiup dan membawa bijianmu memasuki cahaya matahari tempat mereka yang akan menjalani suatu kehidupan indah. Engkau laksana pepohonan telanjang yang rendah kerana berat dan bersama salju musim dingin. Lalu musim bunga akan tiba menyelimutimu dengan dedaunan hijau dan berair banyak. Kebenaran akan mengoyak tabir airmata yang menyembunyikan senyumanmu. Saudaraku, kuucapkan selamat datang padamu dan kuanggap hina para penindasmu. SUARA PENYAIR

Berkah amal soleh tumbuh subur dalam ladang hatiku. Aku akan menuai gandum dan membahagikannya pada mereka yang lapar. Jiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan. Syurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan kuletakkan di jendela. Agar musafir berkelana di gelap malam menemui jalannya. Kulakukan semua itu kerana mereka adalah diriku. Andaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi menuruti hati nuraniku, maka yang tertinggal dalam hasratku hanyalah: Mati! Aku seorang penyair, apabila aku tak bisa memberi, akupun tak mau menerima apa - apa. CIUMAN PERTAMA

Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta. Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan. Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan, bab pertama dari suatu novel tentang manusia. Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan. Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan - perasaan dengan nyanyian - nyanyiannya. Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota. Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari - jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih. Itulah permulaan getaran - getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian. Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga. Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan. KISAHKU

Dengarkan kisahku... Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku: kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku.. Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam. Jangan kauanggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun - tahun atau bahkan dari generasi ke generasi. Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan, dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal wap. KEKASIHKU LAYLA

Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan lebih lemah dari pada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta... Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur itu. Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan yang telah menyelimuti rahsia - rahsia hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari - jemarimu yang berlumuran darah. Ketika jiwaku melayang keangkasa, taruhlah pisau itu ditangan kananku dan katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku dari pada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu. Ciumlahaku, kekasih jiwaku... sebelum orang - orang melihat tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah, Layla... DUA PENYAIR

Berabad-abad yang lalu, disuatu jalan menuju Athens, dua orang penyair bertemu. Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya, " Apa yang kauciptakan akhir - akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu ? " Penyair yang seorang lagi, menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang Zeus yang Mulia. Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata, Kemari, lihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat membacakannya untukmu. Ayuh, mari kita duduk berteduh dibawah pohon cypress putih itu. " Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali. Setelah selesai, penyair yang satu berkata,"Itu syair yang indah sekali. Syair itu akan dikenang berabad - abad dan akan membuat engkau termasyhur." Penyair pertama berkata dengan tenang,"Dan apa yang telah kau ciptakan akhir-akhir ini ? " Penyair kedua menjawab," Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris untuk mengenang seorang anak yang bermain dikebun. " Lalu ia membacakan syairnya. Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan ". Kemudian mereka berpisah. Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca disetiap lidah, diulang - ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair yang satu lagi memang benar bertahan berabad - abad lamanya dalam perpustakaan, di rak - rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tidak ada yang tertarik untuk menyukainya atau membacanya. SURAT DARI KEKASIH

Untukmu yang selalu Kucintai, Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita, meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu walaupun hanya sepatah kata. Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu.... Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja... Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu. Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk... Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapaKu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan, tetapi engkau tidak melakukannya..... Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu- waktu untukKu dilupakan. Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan. Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba. Baiklah..... engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu... Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu. Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU.... Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan, kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan, kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ??? Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu ... Kembali kepadaKu. Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu....




chandra kTM
Hosted by www.Geocities.ws

1