MENGAPA MEREKA BISA ISTIQOMAH? "Mengapa
generasi sahabat bisa membuktikan keimanan mereka, apakah karena mereka hidup
pada zaman Nabi atau ada faktor-faktor lain, mengapa mereka bisa, bagaimana
dengan kita pada masa sekarang ini?. Saya pikir, ini
merupakan pertanyaan yang sangat menarik dan ini menjadi lebih menarik lagi
karena saya menduga sang penanya adalah seorang wanita yang dari tutur kata dan
suaranya adalah seorang yang masih muda, mungkin pelajar dan mungkin juga
maha-siswi. Karena jawabannya sanbgat penting untuk diketahui kaum muslimin,
saya paparkan melalui tulisan yang singkat ini. Dalam kesempatan
itu saya tegaskan bahwa untuk menjadi orang yang baik dan benar tidaklah hanya
milik generasi yang hidup pada zaman Nabi Saw, buktinya masih banyak orang yang
hidup pada waktu itu bukan menjadi pengikut Nabi Saw, tapi malah menjadi
penen-tangnya bahkan mereka mati dalam keadaan sebagai penentang Rasu-lullah
Saw. Dengan demikian tidaklah benar bila ada orang yang mengatakan: "itu
kan zaman Nabi, wajar saja kalau para sahabat begitu baik, mereka hidup zaman
Nabi". EMPAT KIAT.
Untuk mngetahui
bagaimana para sahabat bisa memiliki keima-nan yang mantap dan istiqomah dalam
mempertahankan dan memperko-kohnya, sekurang-kurangnya ada empat cara yang
menjadi kuncinya. Sebagai muslim, sangat penting kita mengetahuinya agar dapat
mengupayakan dan menerapkannya dalam kehidupan ini. 1. Kemauan Yang
Kuat. Adanya kemauan
atau keinginan yang kuat dari para sahabat untuk menjadi muslim merupakan faktor
yang paling dominan. Ke-mauan yang besar ini merupakan kesadaran diri yang
paling berhar-ga. Dengan kesadaran diri ini membuat seseorang punya rasa
memi-liki terhadap Islam sebagai agamanya sehingga dia akan selalu
mempertahankannya Untuk memiliki
keimanan yang mantap dan istiqomah dengan segala aplikasinya, kitapun zaman
sekarang ini harus memiliki kemauan yang kuat untuk menjadi baik, tanpa
keinginan atau motiv-asi yang kuat, seseorang tidak bisa melakukan sesuatu
secara maksimal, bila sesuatu yang baik dilakukan, dia akan goyah dengan godaan
dan tantangan yang akan dihadapinya. Berbeda dengan ke-mauan dan kesadaran yang
datang dari diri sendiri sebagaimana yang diperlihatkan oleh Bilal bin Rabah
yang siap mempertahankan iman meskipun harus menghadapi siksaan yang
bertubi-tubi, begitu juga dengan Yasir dan Sumayyah yang siap mati demi
mempertahankan iman dan sahabat-sahabat lain yang karena kesadaran dari hati
yang paling dalam, mereka pertahankan keislaman dirinya hingga tetes darah yang
terakhir. 2. Pembinaan
Yang Intensif. Ibarat pohon,
kesadaran atau kemauan yang kuat untuk menjadi muslim yang sejati merupakan
akarnya, tapi pohon itu tidak akan hidup dan bertahan serta dapat menghasilkan
daun yang rindang dan buah yang banyak tanpa disiram dan dipupuk. Pembinaan yang
inten-sif dan berkesinambungan merupakan siraman air dan pupuknya. Oleh karena
itu setelah orang-orang kafir Quraisy masuk Islam dan menjadi sahabat Rasul,
maka Rasulullah Saw melakukan pembinaan yang intensif dan berkesinambungan
kepada mereka. Oleh karena itu pembinaan yang intensif dan berkesinambungan
terhadap para saha-bat mendapat perhatian yang begitu besar dari Rasulullah Saw
meskipun sangat sulit untuk bisa kumpul dengan para sahabat. Rasulullah tidaklah
putus asa dalam menghadapi kesulitan itu. Alternatif yang dilakukan oleh beliau
adalah kumpul dengan para sahabat dan membina mereka pada waktu malam saat
manusia sedang tidur dan bubar sebelum fajar saat manusia belum bangun dari
tidurnya. Ini dilakukan oleh Rasulullah Saw di rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam
yang dalam sejarah Islam kemudian disebut dengan Darul Arqam. Dalam membina para
sahabat itu, Rasul menekankan pada aspek memperkenalkan Al-Qur'an kepada para
sahabat agar mereka hidup bersama Al-Qur'an, mensucikan jiwa mereka dari
sifat-sifat terce-la dan mengajarkan kitab dan hikmah, dari pembinaan yang
intensif inilah para sahabat dikikis sifat dan sikap kejahiliyahannya hingga
memiliki sikap dan prilaku yang Islami, Allah Swt berfir-man yang artinya:
"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya
benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (QS 62:2). Ini berarti, bila
kita menghendaki lahirnya generasi Islam yang istiqomah dalam keislamannya,
diperlukan pembinaan yang intensif dan kaum musliminpun harus mengikuti program
pembinaan tersebut. 3. Keteladanan
Yang Meyakinkan. Keteladanan yang
baik dari para pembimbing umat merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan guna
memantapkan keyakinan mereka terhadap kebenaran Islam. Meskipun seseorang sudah
tahu bahwa ajaran Islam harus dilaksanakannya dan dihadapan Allah masing-masing
orang bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya di dunia, tetap saja tanpa
keteladanan yang baik, seseorang masih kurang mantap keislamannya. Itu sebabnya,
Rasulullah Saw tidak hanya mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam kepada para
saha-batnya, tapi beliau juga menjadi teladan atas mereka dalam perwu-judan
ajaran Islam dalam kehidupan nyata, dan para sahabat karena mengharap ridha dan
perjumpaan dengan Allah Swt, mereka berkenan meneladani Rasul Saw dalam
kehidupan sehari-hari dalam berbagai aspek kehidupan. Allah Swt berfirman yang
artinya: "Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan
hari akhir dan dia banyak menyebut Allah." (QS 33:21). Oleh karena itu
pada saat kita mengharapkan lahir generasi terbaik yakni generasi Qur'ani,
sangat diperlukan adanya ketela-danan yang baik dari pemimpin umat dan
tokoh-tokoh masyarakat. Tanpa keteladanan yang baik dari kita semua, jangan
terlalu banyak kita mengharap lahirnya generasi terbaik itu. 4. Kerjasama
Yang Solid.
Hal lain yang
sangat penting untuk mendapat perhatian dalam melahirkan generasi terbaik adalah
tantangan, hambatan dan godaan yang tidak kecil. Saking besar dan beratnya
tantangan, hambatan dan godaan itu, Rasulullah Saw menyadari bahwa hal itu tidak
mungkin bisa dihadapi oleh seorang diri. Itu sebabnya beliau amat menekankan
agar para sahabat memiliki rasa kebersamaan dan persa-tuan yang kokoh sehingga
dapat saling bekerjasama dalam mengokoh-kan keimanan dikalangan sesama mereka.
Sebagai salah satu contoh yang terjadi pada masa Rasul adalah ketika Bilal
mendapat siksaan yang bertubi-tubi dari tuannya karena mempertahankan iman dan
itu hanya bisa diselamatkan dengan cara membebaskan Bilal dari status budak,
maka sahabat Abu Bakar yang memiliki kekayaan yang banyak tidak segan-segan
mengeluarkan hartanya guna membebaskan Bilal. Kerjasama yang
solid, ukhuwah yang indah dan kebersamaan yang mantap merupakan salah satu pilar
penting dalam pemantapan iman, apalagi memang sudah terbukti kalau syaitan amat
sulit menggoda manusia yang memiliki kemantapan dalam berjamaah seba-gaimana
yang diumpamakan oleh Rasul Saw akan berani dan mudahnya srigala memakan kambing
yang berpisah dari kelompoknya, Rasulul-lah Saw bersabda: Sesungguhnya
srigala hanya memakan kambing yang tersisih dari kawannya. Dengan demikian,
harus kita sadari bahwa menjadi muslim yang sejati bisa dicapai oleh siapa saja,
dimana saja dan kapan saja, tidak hanya oleh mereka yang hidup sezaman dengan
Rasulullah SAW, atau hanya bagi kalangan ulama, ini perlu dipertegas mengingat
ayat-ayat dan hadits-hadits yang mengharuskan kita tunduk dan patuh kepada Allah
Swt tidak hanya ditujukan kepada para sahabat dan para ulama, tapi juga kepada
kita semua kamu muslimin hingga hari kiamat nanti. Karena itu untuk menjadi
muslim yang baik, diperlukan kesungguhan dari kita semua dan untuk itu Allah Swt
menguji siapa saja yang sudah mengaku beriman agar terbukti mana yang
sungguh-sungguh dan mana yang tidak. Oleh : |