Memahami
Makna Iqra'
Iqra'
adalah fi'il amar (kalimat
perintah).
Artinya: "Bacalah!" Al-Maraghi
dan Rasyid Ridha menafsirkan perintah iqra dengan kalimat: Jadilah
pembaca, di mana sebelumnya Anda tidak
demikian. Imam Hanafi
menafsirkan, "Laksanakanlah yang telah
diperintahkan al-Qur'an." Al-Jamal
menyatakan, "Simaklah apa yang dibacakan."
Sedangkan Fakhrur Razi menyatakan, "Bacalah,
yang pertama-tama untuk dirimu sendiri. Kemudian sampaikan
kepada orang lain." Ulama Indonesia, Buya
Malik Ahmad dalam Tafsir Sinar-nya menyatakan, bahwa pada pokoknya
perintah "bacalah" menghendaki perpindahan
dari pasif menjadi aktif, dari diam
kepada bergerak, yaitu, "Bacalah yang tertulis, sehingga
pengetahuan dan keahlian bertambah. bacalah yang didiktekan, diajarkan oleh
utusan Tuhan sampai kamu sendiri mengerti dan yang mendengar memahami. Bacalah
yang termaktub dalam rahasia alam yang beraneka warna, agar kamu jadi sadar dan
mendapat sinar iman." Jadi membaca itu ada proses
timbal-balik antara individu secara total dengan informasi simbolik yang dibaca.
Artinya, seseorang yang membaca akan memperoleh ilmu. Membaca al-Qur'an berarti
menimba ilmu dari al-Qur'an. Membaca berarti menimba ilmu pengetahuan dari alam.
Jadi, membaca tidak sekadar melihat atau mengeja
bacaan tanpa arti. Meskipun khusus untuk al-Qur'an membunyikan saja tanpa
mengetahui artinya sudah berpahala, tapi sesungguhnya perintah membaca punya
makna lebih dari sekadar membaca dalam hati atau membunyikan lewat suara. Berdasarkan pendapat beberapa
ahli tafsir tersebut dapat kita ambil kesimpulan, bahwa makna perintah "membaca"
tersebut mengandung pengertian: a.
Bacalah ayat-ayat Allah Swt yang tertulis,
yaitu al-Qur'an Karim, sebagai kalimatullah atau ayat-ayat Allah SWT yang bersifat
qauliyyah. Sebagaimana diterangkan dalam ayat-ayat lainnya. "Dan apabila engkau membaca
al-Qur'an, niscaya Kami akan menjadikan antara engkau dan orang-orang yang tidak
beriman di akhirat dinding pembatas." (al-Isra':
45) b.
Bacalah ayat-ayat Allah Swt yang tercipta dan
terdapat di alam semesta (kauniyyah).
Pengertian ini didasarkan pada suatu realita yang terjadi dalam diri Muhammad
ketika peristiwa turunnya wahyu pertama. Pada saat datangnya perintah tersebut
belum ada satupun ayat Allah Swt yang pernah diturunkan kepadanya. Disamping itu,
perintah membaca pada ayat tersebut tidak secara tegas dikatakan obyeknya.
kenyataan ini menunjukkan bahwa perintah membaca
tersebut tidak dibatasi hanya terhadap
al-Qur'an, tetapi juga ayat-ayat Allah Swt lainnya yang bertebaran di jagad raya
ini, baik yang nampak maupun yang tidak nampak, kejadian dan peristiwa masa lalu,
sekarang ataupun yang akan datang. Sehubungan dengan perintah
membaca dalam pengertian yang luas dalam al-Qur'an kita dapati ratusan ayat,
yang memerintahkan manusia agar melihat, memperhatikan, memikirkan, merenungkan
setiap kejadian di alam ini. Sebagaimana Firman Allah Swt: "Dan mengapakah mereka
tidak memikirkan tentang diri diri mereka, bagaimana Allah menciptakan langit
dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan cara yang hak
dan dengan waktu yang telah ditetapkan? Dan sungguh banyak di antara manusia
yang menginginkan pertemuan dengan Tuhannya." (ar-Rum:8)
"Sesungguhnya di dalam
penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam, terdapat tanda-tanda
bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam
keadaan berdiri, duduk maupun berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi. Kemudian mereka berkata.'Ya Rabb kami, tidak sia-sia Engkau
ciptakan semua ini, Mahasuci Engkau. Bebaskanlah kami dari siksa neraka." (Ali Imran:190-191) "Maka berjalanlah kamu di
muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana akibatnya orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Allah." (Ali Imran:137) Dalam al-Qur'an Allah telah
menyebutkan perintah membaca dengan bahasa yang berbeda-beda, tetapi
esensinya tetap sama. yaitu, agar manusia menggunakan instrumen-instrumen
yang diberikan kepadanya sebagai alat untuk memperoleh kebenaran yang hakiki.
Beberapa istilah yang digunakan Allah Swt dalam al-Qur'an tersebut, seperti yang
berasal dari kata dasar sami'a,
yang artinya mendengar atau membaca dengan telinga.
Yang berasal dari kata dasar bashara,
nazhara dan kata ra'a,
yang artinya melihat, atau membaca dengan mata.
Juga yang berasal dari kata dasar aqala,
alima, arifa dan dzakara, yang artinya membaca
dengan akal dan hati nurani.· |