::: Sub Bidang Keilmuan Pendidikan Kesehatan - Oleh Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo :::
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir ?" (QS. al-Baqarah [2] : 44)
Pendidikan & Perilaku Kesehatan
SUB BIDANG KEILMUAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Didalam bagan Hasil Modifikasi Blum & Green (lihat Prinsip-Prinsip Pendidikan Kesehatan) telah diilustrasikan bahwa pendidikan kesehatan sebagai usaha intervensi perilaku diarahkan kepada 3 faktor pokok yakni faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong. Strategi dan pendekatan untuk ketiga faktor-faktor tersebut berbeda-beda meskipun tidak secara eksplisit. Dari perbedaan strategi dan pendekatan tersebut berakibat dikembangkannya mata ajaran-mata ajaran atau sub disiplin ilmu sebagai bagian dari pendidikan kesehatan. Mata ajaran-mata ajaran tersebut adalah : 1. Komunikasi Komunikasi disini diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negatif tentang penyakit, makanan, lingkungan dan sebagainya, mereka tidak berperilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk komunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya. 2. Dinamika Kelompok Dinamika kelompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan. Oleh sebab itu dinamika kelompok diperlukan dalam mengkondisikan faktor-faktor predisposisi perilaku kesehatan dan harus dikuasai oleh setiap petugas kesehatan. 3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM) Untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan secara efektif diperlukan faktor-faktor pendukung yang berupa sumber-sumber dan fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas-fasilitas tersebut sebagian harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat harus mampu untuk mengorganisasi komunitasnya sendiri untuk berperan serta dalam penyediaan fasilitas-fasilitas. Untuk itu maka para petugas kesehatan harus dibekali ilmu Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (PPM). 4. Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) PKMD pada dasarnya adalah bagian dari PPM, bedanya PKMD ini lebih khusus, mengarah kepada kesehatan. PKMD pada prinsipnya adalah wadah partisipasi masyarakat dalam bidang pengembangan kesehatan. Filosofi dari PKMD adalah pelayanan kesehatan untuk mereka, dari mereka, dan oleh mereka. Disamping itu PKMD adalah bentuk operasional dari primary health care yang merupakan wahana untuk mencapai kesehatan internasional (Deklarasi Alma Atta). Oleh sebab itu, semua petugas kesehatan harus dibekali dengan PKMD ini. 5. Pemasaran Sosial (Social Marketing) Untuk memasyarakatkan produksi (products) kesehatan baik yang berupa peralatan, fasilitas maupun jasa-jasa pelayanan perlu usaha pemasaran. Pemasaran jasa-jasa pelayanan ini menurut istilah dunia bisnis disebut pemasaran sosial (social marketing). Dalam rangka pendidikan kesehatan, pemasaran sosial diperlukan untuk intervensi pada faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor pendorong dalam perubahan perilaku masyarakat. 6. Pengembangan Organisasi Agar institusi kesehatan sebagai organisasi pelayanan kesehatan dan organisasi-organisasi masyarakat mampu berfungsi sebagai faktor pendukung dan pendorong perubahan perilaku kesehatan masyarakat maka perlu dinamisasi dari organisasi-organisasi tersebut. Oleh sebab itu mahasiswa sebagai calon petugas kesehatan harus menguasai ilmu pengembangan organisasi (PO) tersebut. 7. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Semua petugas kesehatan, baik dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidik kesehatan (health educator). Di tengah-tengah masyarakat petugas kesehatan adalah menjadi tokoh panutan di bidang kesehatan. Untuk itu maka petugas kesehatan harus mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Demikian pula petugas-petugas lain atau tokoh-tokoh masyarakat, juga merupakan panutan perilaku (termasuk) perilaku kesehatan. Oleh sebab itu mereka harus mempunyai sikap dan perilaku yang positif, sikap dan perilaku petugas kesehatan dan petugas-petugas lain merupakan pendorong atau penguat perilaku sehat masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut petugas kesehatan dan para petugas lain harus memperoleh pendidikan dan pelatihan khusus tentang kesehatan dan pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku. Maka dari itu mahasiswa kesehatan harus memperoleh keterampilan pendidikan dan pelatihan. 8. Pengembangan Media (Teknologi Pendidikan Kesehatan) Dalam proses pendidikan kesehatan, agar diperoleh hasil yang efektif diperlukan alat bantu atau media pendidikan. Fungsi media dalam pendidikan adalah sebagai alat peraga untuk menyampaikan informasi atau pesan-pesan tentang kesehatan. Oleh sebab itu mahasiswa kesehatan harus menguasai teknik-teknik pengembangan media ini. 9. Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan Kesehatan Untuk mencapai tujuan program dan kegiatan yang efektif dan efisien diperlukan perencanaan dan evaluasi. Perencanaan dan evaluasi program pendidikan kesehatan mempunyai kekhususan bila dibandingkan dengan program dan evaluasi program-program kesehatan yang lain. Hal ini disebabkan karena tujuan program pendidikan sebagai indikator keberhasilan dari program pendidikan kesehatan adalah perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku sasaran yang memerlukan pengukuran khusus. Oleh sebab itu meskipun mahasiswa telah memperoleh perencanaan dan evaluasi secara umum, mereka perlu diberikan perencanaan dan evaluasi secara umum, mereka perlu diberikan perencanaan dan evaluasi pendidikan kesehatan. 10. Antropologi Kesehatan Perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan, petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar belakang sosial budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas kesehatan harus menguasai antropologi, khususnya antropologi kesehatan. 11. Sosiologi Kesehatan Latar belakang sosial, struktur sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Petugas kesehatan juga perlu mendalami tentang aspek-aspek sosial masyarakat dan oleh karenanya mereka harus menguasai sosiologi terutama sosiologi kesehatan. 12. Psikologi Sosial Psikologi adalah merupakan dasar dari ilmu perilaku. Untuk memahami perilaku individu, kelompok maupun masyarakat maka tidak lepas dari mempelajari psikologi. Dalam memahami perilaku masyarakat, psikologi sosial sangat diperlukan. Oleh sebab itu semua petugas kesehatan harus menguasai psikologi, terutama psikologi sosial. Update : 9 Juli 2006 Sumber : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Back
Download
Forward