Ayub
Ayub adalah cicit Ibrahim. Ia
anak Ish, putra Ishaq. Sedangkan ibunya adalah putri Luth. Besar
kemungkinan ia salah seorang dari dua putri yang ditawarkan Luth kepada
masyarakat Sodom untuk dinikahi. Hal yang ditolak oleh para penganut
praktek homoseksual itu.
Ayub tumbuh di Syam (Syria) dari keluarga kaya raya. Ia mewarisi seluruh
kekayaan itu. Setelah dewasa, ia menikahi cucu Yusuf, yakni Rahmah -- anak
Afrayim. Keluarga Ayub kemudian dikenal masyarakat Hauran dan Tih sebagai
keluarga dermawan yang tiada tara. Ketaatan dan kedermawanan itulah yang
menggoda iblis untuk menguji Ayub. Allah pun menantang iblis sekiranya ia
sanggup meruntuhkan iman Ayub.
Masa ujian itu tiba. Mula-mula rumah dan seluruh kekayaan Ayub terbakar.
Ayub tidak surut dalam pengabdiannya pada Allah. Kemudian seluruh
anak-anaknya tewas setelah rumah mereka ambruk. Namun Ayub tetap sabar.
Setelah itu, Ayub terserang penyakit kulit yang membuatnya diasingkan
masyarakat sekitar. Itupun tidak menggoyahkan hati Ayub.
Dua orang istri Ayub minta cerai. Ayub pun menceraikannya. Hanya Rahmah
yang bersumpah setia untuk menemani Ayub hingga akhir hayat. Rahmah yang
menggendong Ayub keluar desa begitu mereka diusir masyarakat setempat. Dia
terus melayani keperluan Ayub, mencukupi kebutuhannya, bahkan menjual
gelung rambut untuk keperluan makan. Masa itu, menjual gelung rambut
adalah perbuatan yang dianggap hina.
Delapan puluh tahun berlalu dalam cobaan itu. Ayub tetap merasa belum
pantas untuk meminta kesembuhan dari Allah. Ia menganggap beban cobaan itu
belum sebading dengan kesenangan yang pernah dinikmatinya. Namun Rahmah
terus meyakinkan Ayub agar berdoa. Allah kemudian berfirman agar Ayub
menjejakkan kakinya ke tanah. Air pun menyembul dari bekas jejakan kaki
itu yang dipakainya untuk mandi dan minum. Ayub mendapatkan kesembuhan
melalui air itu.
Kisah Ayub dan Rahmah adalah potret ketabahan keluarga rasul dalam
menerima cobaan. Mereka menunjukkan bahwa iman adalah segalanya, lebih
dari sekadar harta, keluarga maupun pengakuan manusia.
|