SERANGGA ADMIRA PENTAS

SERANGGA

Edupedia (09/08/23) Indikator baru yang menjadi titik tolak sebuah institusi pemerintah adalah suksesnya SERAPAN ANGGARAN (SERANGGA). Konsekuensi dari kebijakan ini adalah setiap pimpinan harus mampu menghabiskan anggaran sebesar 70% pada akhir semester pertama. Dampaknya adalah terbangunnya mindset bagaimana bisa mencapai serapan itu apapun caranya. Apakah ini kebijakan yang hebat atau sebuah kemunduran. Setahu saya ada jargon "money follow program". Namun realitas apa yang terjadi saat ini adalah "whatever the program should follow money".

ADMIRA

Indikator keberhasilan yang kedua adalah ADMINISTRASI RAMPUNG (ADMIRA). Indikator ini cukup make sense karena penggunaan anggaran pemerintah harus disertai dengan tanggungjawab (responsibility). Jika tidak ini akan berdampak pada terbangunnya stigma negatif penyelewengan anggaran. Kecerdasan dan kehati-hatian sangat dibutuhkan agar tidak ada celah pemeriksa menemukan kesalahan. Apapun administrasi harus rampung dan eviden harus disertakan secara akurat.

PENTAS

Tuntutan SERANGGA tersebut terkadang membuat pemangku kepentingan tidak berfokus pada PELAYANAN KUALITAS (PENTAS). SERANGGA ini layaknya ketika Bandung Bondowoso membangun sebuah candi agar bisa memperoleh Loro Jonggrang. Namanya kerja kebut-kebutan membuat Bandung Bondowoso tidak fokus dengan baik. Ia hanya mengerahkan Sumber Daya Jin (SDJ) dan bangunan yang dihasilkan. Benar yang terjadi, Bandung Bondowoso tidak melakukan kalkulasi dengan baik. Arca yang diminta sebanyak 1000 hanya terbangun 999 buah. Inilah yang membuat Loro Jonggrang murka. Bisa saja serapan anggran terjadi namun ada satu hal yang humanis yaitu PELAYANAN KUALITAS (PENTAS) terabaikan. Selayaknya Bandung Bondowoso yang kurang memberikan perhatian (pay more attention) pada spesialisasi, kompetensi, komitmen, peningkatan kapasitas secara rutin dari sejumlah Sumber Daya Jin (SDJ) yang ia miliki, agar SDJ juga adaptif dengan kompetensi yang dibutuhkan di era digital atau 21st century skills needed.