Depan
Istilah Keris
Kerisologi
Eksoteri
Keris
Ricikan
Keris
... 2
Seniman
Keris
Agenda
Buku
Keris
Kontak Java Keris
FAQ
Tips
Milis
Java Keris
Daftar
Web Keris
Buku Tamu
|
Ricikan Keris (2)
Keris
terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni bilah (wilahan), ganja, dan pesi.
Sebagian buku kuno menyebutkan, bilah keris adalah lambang dari bentuk
lingga
(phallus) atau alat kelamin pria, ganja keris adalah lambang dari
yoni, yakni
alat kelamin perempuan. Sedangkan pesi adalah pemersatu antara lingga dan
yoni. Menurut filsafat kuno, persatuan antara lingga dan yoni melambangkan
kesuburan, kesinambungan, dan kekuatan.
BILAH keris atau wilah, atau wilahan, juga
terbagi menjadi tiga bagian, yakni bagian pucuk, tengah atau
awak-awak, dan
bagian sor-soran atau
bongkot. Ricikan atau komponen keris hampir seluruhnya
menempai bagian sor-soran keris
ini.

Di Palembang, Riau, Malaysia, dan Brunei wilahan disebut awak keris.
Panjang bilah keris yang normal, maksudnya keris Jawa, berkisar antara 33
sampai 37 cm, dan lebar ganjanya antara 8,5 cm bagian paling bawah dan sekitar
4 cm di bagian tengahnya.
Di tengah bilah, membujur dari atas ke bawah, kadang kadang memakai ada-ada
semacam tulangan penguat
Bentuk permukaan wilahan keris ada lima macam. Yang memakai ada-ada ada tiga
macam, yaitu yang nggigir sapi atau
nggigir lembu; yang
ngadal meteng, dan
yang ngeruwing. Sedangkan yang tidak memakai ada-ada, ada dua macam. Pertama
adalah yang nglimpa, dan kedua yang
rata.
Dilihat dari konturnya atau bentuk keseluruhannya, wilahan terbagi atas tiga
macam, yakni yang mbambang atau nilam upih atau anggodong pohung, yang mucuk
bung, dan yang nyujen.

Sedangkan di tinjau dari kemiringan posisi bilahnya terhadap garis ganja,
dibagi tiga macam, yaitu yang condong, yang
leleh, dan yang
mayat.
Yang leleh lebih miring ketimbang yang
condong. Sedangkan bilah keris yang
mayat, adalah yang miring sekali.


GANJA adalah bagian bawah dari sebilah keris,
seolah-olah merupakan alas atau dasar dari bilah keris itu. Pada tengah ganja,
ada lubang untuk memasukkan bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari
sebilah keris, merupakan kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Beberapa pengamat
budaya keris mengatakan bahwa bagian-bagian itu melambangkan kesatuan lingga
dan yoni. Bagian ganja mewakili lambang yoni, sedangkan bagian bilah keris
melambangkan lingganya. Dalam budaya lama, persatuan antara lingga dan yoni
merupakan lambang kesuburan, kesinambungan, dan keabadian.
Bentuknya ganja sepintas lalu mirip dengan bentuk tubuh cecak atau tokek tanpa
kaki. Bagian depannya mirip kepala cecak dan disebut sirah (kepala) cecak.
Ujung sirah cecak, pada bagian yang agak meruncing, disebut
cocor. Di belakang
Sirah cecak ada bagian ganja yang menyempit seperti leher, lazim disebut gulu
meled.
Begitu pula bagian perut dan ekor ganja, sebutannya selalu dikaitkan dengan
bagian tubuh cecak. Bagian 'perut' ganja disebut wetengan, waduk, atau gendok,
sedang bagian 'ekor' disebut buntut cecak.

Tepat di tengah waduk, ada lobang bergaris tengah kira-kira 0,8 cm untuk jalan
masuknya pesi keris. Pada keris buatan Palembang, lubang pesi ini lebih lebar,
yakni sekitar 1 cm. Lubang ini, di arah endas cecak dan arah kepet, terdapat
alur kecil, sebesar jarum, untuk tempat lalunya pantek atau sindik, yang
membuat ganja itu rapat dengan pesinya.
Pada keris-keris jenis nom-noman pada bagian belakang ganjanya, persis di
bawah wadidang, kadang-kadang dibuat tungkakan.
Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, yakni ganja Sebit Rontal, Mbatok
Mengkurep, Wuwung, Wilut (Welut), Dungkul, Sepang, dan Kelap Lintah. Ganja
wuwung adalah bentuk ganja yang paling tua. Keris-keris tangguh Segaluh,
Pajajaran, dan Tuban kebanyakan memakai ganja wuwung.

Di Bali orang membagi ganja menurut ragam bentuknya, ganja leser, ganja celeg,
ganja dungkul, dan ganja ombak-ombakan.
Ragam bentuk ganja itu tidak menentukan nama dapur sesuatu keris, tetapi
menjadi pertimbangan untuk menentukan tangguh-nya. Jadi, sebuah keris berdapur
Pasopati, misalnya, bisa memakai ganja wuwung, bisa ganja yang mbatok
mengkureb, atau wilut.
Tetapi sebuah keris berdapur Tilam Upih, misalnya,
kalau memakai ganja wuwung, bisa diperkirakan keris itu tergolong tangguh tua.
Mungkin tangguh Pajajaran, mungkin Tuban. Dan, kalau ganjanya kelap lintah,
itu tidak mungkin keris tangguh Pajajaran, atau Tuban.
Di Semenanjung Melayu, Brunei, Serawak, dan Sabah Serta Riau, sebagian pecinta
keris menyebut ganja dengan istilah aring. Sedangkan bentuk ganja yang
berombak disana disebut atikasana. Sedangkan ganja yang meruncing cocornya
disebut aring sikunyir. Namun mereka yang sering membaca buku-buku keris
terbitan Indonesia, pada akhirnya tetap menyebutnya dengan istilah ganja.
Pada keris-keris yang mewah, keris yang diberi hiasan kinatah emas, misalnya,
bagian ganjanya pun juga diberi hiasan kinatah emas, biasanya dengan pola hias
lung-lungan. Ada yang di-kinatah kaligrafi. Bahkan ada ganja yang dihias
dengan intan atau berlian yang ditanam di ganja itu.
Selanjutnya
mengenai ricikan keris yang disebut Kembang
Kacang dan Greneng.

KEMBANG KACANG,
atau telale gajah, atau Sekar Kacang adalah nama bagian yang
bentuknya. Di Semenanjung Malaya, Brunei, Serawak, Sabah, dan Palembang,
Pontianak, serta Riau, bagian ini disebut belalai
gajah.
Kembang
kacang, yang termasuk salah satu ricikan
keris, ini selalu menempel pada bagian atas dan bagian atas dari bagian gandik,
pada bagian depan sor-soran. Di bawah ketiak kembang kacang
biasanya terdapat jalen. Di bawahnya sering kali terdapat lambe
gajah dan jalu memet.
Tidak semua keris mempunyai kembang
kacang. Banyak juga yang tidak. Keris yang tidak memakai kembang kacang
disebut keris ber-gandik polos, atau ber-gandik
lugas.
 
Walaupun secara umum bentuknya sama,
tetapi kembang kacang mempunyai cukup banyak variasi bentuk, yaitu Nguku
Bima,Pogok, Gula Milir, Malik atau Kuwalik, Bungkem, Nyunti atau Nggelung
Wayang, dan Gatra. Kembang kacang yang patah atau putus,
biasanya disebut pugut.
Dalam sejarah perkerisan, ricikan
kembang kacang baru ada setelah zaman Segaluh, dan baru sempurna
bentuknya pada keris-keris tangguh Jenggala. Keris tangguh Buda
tidak ada yang memakai kembang kacang.
Keris-keris buatan Riau Kepulauan dan
Semenanjung Malaya pun mempunyai beberapa ragam bentuk kembang kacang.
Di sana, ragam bentuk kembang kacang yang disebut belalai gajah,
ragam bentuknya terbagi atas: Saing, Kuku Ala, dan Lidah Tiang.
Selain itu, walau pun bentuk dasarnya sama, kembang
kacang daerah satu tidak sama bentuknya dengan daerah satu dengan lainya.
|