Home

 

 

Seni Penyembuhan & Pengembangan Holistik

Brosur 1  2 (pdf)

Brosur 2:
Seni Penyembuhan Holistik,
bukan sekedar penyembuhan diri

Penyakit baik yang kelihatan secara nyata maupun yang tersembunyi berasal dari kurangnya atau berlebihnya energi-energi dalam tubuh.  Singkatnya adanya ketidak seimbangan antara energi-energi dalam diri.  Selain itu juga dipengaruhi oleh energi-energi yang ada di sekeliling, karena sesungguhnya semua ada saling keterhubungan.  Jadi penyembuhan holistik / menyeluruh tidak saja menyangkut diri sendiri tapi termasuk semua pihak yang ada di luar diri.

Kemampuan mengenali energi-energi dalam diri kita, selaras dengan ungkapan “Barang siapa mengenal dirinya mengenal Tuhannya”.  Artinya terbuka jalan mengenali Alam Raya secara lebih luas yang tercermin dalam mengenali diri.  Sehingga kita bisa terhindar / lebih jarang menabrak “rambu-rambu” yang menyebabkan kita “sakit”. [Prinsip Holographic: manusia adalah cerminan / proyeksi dari Alam Raya / Sang Maha Pencipta;  Prinsip dari Fisika Quantum: Semua saling terhubung, Semua Satu Adanya].

Ketujuh energi di Alam Raya ada dalam diri setiap mahluk ciptaanNya, hanya saja belum semua titik-titik energi tersebut terbuka.  Kalau selalu seimbang bisa berarti statis / tidak berkembang, idealnya semua energi berkembang serempak secara seimbang.  Namun bagaimana kita bisa mengatur dan mencapai keseimbangan kalau belum mengenal energi-energi tersebut.

Energi pertama dengan simbol warna merah, biasa juga disebut sebagai cakra dasar, bisa kita rasakan sebagai vitalitas fisik dalam tubuh kita.   Makanan dan minuman adalah sumber utama energi ini, namun seperti diketahui umum bahwa makanan dan minuman (yang berlebih) pula yang menyebabkan vitalitas kita turun.  Ini terutama disebabkan adanya keterbatasan kapasitas penampungan dan kemampuan pengolahan tubuh.  Tanpa diimbangi oleh energi ketujuh, ketak-berhinggaan, penambahan energi vitalitas yang berlebih / tidak bisa diolah justru bisa merusak.

Energi pertama ini dipengaruhi pula oleh energi-energi di atasnya.  Kalau misalnya kita dalam kesedihan atau merasa bodoh tidak berdaya, vitalitas tubuh kita turut turun.  Begitu pula sebaliknya kalau kita dalam kegembiraan atau merasa lebih pintar/sukses dari yang lain, vitalitas tubuh kita turut naik.  Namun waktu kita misalnya terlalu banyak tertawa terpingkal-pingkal, kita justru merasakan ketidak nyaman pada tubuh kita.

Energi kedua dengan simbol warna jingga, biasa juga disebut sebagai cakra sex, karena puncak keceriaan ada dalam hubungan sexual (namun sebaliknya disaat ada masalah dalam hal ini, orang bisa jauh tenggelam dalam kesedihan).  Suasana sekeliling, acara hiburan yang menarik maupun makanan yang lezat bisa menaikkan energi keceriaan kita.  Kalau kita terlalu tergantung oleh energi ini, keterpisahan kita dari hal-hal yang menggembirakan ini akan menimbulkan kesedihan.   Makin besar energi keceriaan dalam kebersamaan dengan suatu pihak, makin besar pula rasa kesedihan dikala dalam keterpisahan dengan pihak tersebut.  Kesinambungan energi keceriaan ini hanya bisa dipertahankan kalau diimbangi oleh energi keenam, yakni kemampuan menyatu dengan Semua tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu (didukung oleh energi kelima).  Energi kedua ini dipengaruhi baik oleh energi-energi di bawahnya maupun di atasnya.  Kondisi vitalitas tubuh dan kecerdasan pikiran kita misalnya, mempengaruhi energi keceriaan kita.

Energi ketiga dengan simbol warna kuning, biasa juga disebut sebagai energi kecerdasan atau pengetahuan.  Kecerdasan di sini tidak terbatas pada kecerdasan intelektual (IQ) tapi juga kecerdasan emotional (EQ) maupun sebagian dari kecerdasan spiritual (SQ).  Walaupun demikian cakupannya masih dalam ruang-waktu yang terbatas.  Pada saat pihak-pihak lain menjalankan apa-apa yang kita perintahkan atau sarankan, kita merasa berenergi.  Namun sebaliknya kita bisa pula merasa kehilangan energi, waktu kondisi sekeliling kita tidak seperti apa yang kita harapkan.

Naik turunnya energi ini juga berpengaruh pada energi-energi di bawahnya, bisa tambah ceria dan berani kalau sedang naik (merasa pintar), bisa pula tambah sedih dan takut kalau sedang turun (merasa bodoh).  Kesinambungan energi ini hanya bisa dipertahankan bila diimbangi energi kelima, kecerdasan yang menembus ruang waktu.  Pengetahuan keseimbangan alam jangka panjang.  Dalam perspektif bisnis sekarang misalnya, kemampuan penetrasi pasar saat ini saja tidak cukup, tanpa adanya kemampuan proyeksi ke masa mendatang, kesinambungan jalannya usaha tidak bisa terjamin.

Energi keempat dengan simbol warna hijau, biasa disebut cakra jantung/hati (heart chakra), adalah energi kecintaan tanpa pamrih (unconditional love).  Ini adalah energi keheningan (saya menghindari memakai istilah kekosongan), energi kedamaian, energi penyembuhan, energi universal yang dapat mempengaruhi secara positif titik-titik energi lainnya.  Dikatakan cinta (tanpa kondisi) dapat mengalahkan segalanya. Namun energi ini belum dimengerti khalayak banyak, tercermin dari banyaknya / rancunya definisi cinta itu sendiri dan sering tertukar dengan energi keceriaan (sexual).  Sesungguhnya energi-energi ke empat, lima, enam, apalagi tujuh sifatnya supranatural, tidak mudah dimengerti / dicapai umumnya manusia.  Hal ini adalah tahapan yang wajar.  Bukan suatu cacat, karena segala sesuatu ada hikmahnya.

Uniknya energi ini bisa membesar tanpa perlu diimbangi oleh energi lainnya, tidak seperti pasangan energi 1-7, 2-6  dan 3-5.  Hal lain yang menarik bahwa kita sesungguhnya bisa seimbang secara keseluruhan tanpa perlu energi ini (Jalan tanpa cinta, sebaliknya dari Jalan Cinta para Sufi).  Namun pada akhirnya, ketika kita semua kembali berkumpul menyatu dengan yang Satu, semua titik energi akan berkembang dengan sempurna.

Energi 1-3-5 biasa diasosiasikan sebagai energi maskulin / jalal dan Energi 2-4-6 biasa diasosiasikan sebagai energi feminin / jamal.  Energi ke-7 sesungguhnya melampaui konsep dualitas maskulin / feminin, diluar jangkauan konsep yang bisa dibayangkan.

Penyembuhan (menuju keseimbangan) holistik / menyeluruh bisa dicapai dengan kepasrahan, melepas obsesi-obsesi berlebih memiliki energi 1, 2 & 3.  Cirinya senantiasa biasa dipertengahan / tenang / damai.  Tidak banyak ketakutan (paranoid) namun tidak berani berlebihan (nekad).  Tidak tenggelam dalam kesedihan (depresi) namun tidak terlena dalam kecerian yang berlebihan (euphoria).  Tidak merasa bodoh namun tidak merasa pintar sendiri.  Tidak terobsesi oleh superioritas, namun tidak takut mengalami inferioritas. 

Pada dasarnya energi 5, 6 & 7 lebih sulit dicapai, maka dengan energi 1, 2 & 3 yang secukupnya lebih mudah terjaga keseimbangannya.  Energi 1, 2, & 3 mempunyai warna yang kemerahan (fisik) dan berpasangan dengan energi 7, 6 & 5 yang berwarna kebiruan (metafisik).

Selanjutnya pertumbuhan lebih bertumpu pada energi keempat, berwarna hijau, yang bersifat senantiasa memancar tanpa mengharapkan balasan (pantulan sifat Ar-RahmanNya).  Kalau kita perhatikan ini bukan persis prinsip timbal-balik / keseimbangan / keadilan.  Alam Raya / Tuhan selamanya memancarkan energi ini tanpa kondisi kepada semua, namun terhenti di saat kita sendiri berkondisi meneruskan energi ini kepada yang lain.  Ketika kita membuka hati, berusaha melihat semua sebagai Satu adanya, melihat semua dalam kesetaraan, biasa memaafkan sesama, memaklumi kelebihan / kekurangan sesama, kita membuka celah untuk kembali bisa meneruskan energi univeral / kecintaan / penyembuhan / kedamainan kepada semua tanpa kondisi. 

Keenam energi lainnya akan berkembang dengan seimbang dituntun oleh energi RahmaniyatNya ini, selaras dengan “RahmatKu meliputi segala sesuatu”.  Jadi sekali lagi andalan utama energi penyembuhan dan pertumbuhan di sini bukan energi kecerdasan (energi 3 & 5), tapi energi kecintaan tanpa pamrih (unconditional love).

 Kembali

 

 

Download 7 Energy PDF

 
Hosted by www.Geocities.ws

1