"No
pain no gain" dikatakan dalam sebuah iklan. Kalau
hanya kesusahan yang bisa membuat kita maju (apapun
kriterianya) artinya kita cocok hidup di neraka (bisa di dunia ini juga),
karena disanalah terdapat segala macam kesusahan dan kemalangan.
Sebaliknya kalau ketenangan dan kedamaian justru yang lebih membuat kita
maju, kebaikan dapat membuahkan kebaikan yang lebih besar lagi, artinya
kita lebih cocok hidup di surga yang penuh kedamaian.
"Segala puji hanya bagi Tuhan seru sekalian alam". Semua alam
yang diciptakanNya adalah untuk kemajuan mahluk-mahlukNya.
Salam -
Always in peace
Jusuf
Achmad
PS:
1.
"Apakah saya bisa memilih kombinasi dari kedua alam di atas?".... lihat tulisan di bawah.
2.
Pandangan kita bisa "menyatu (pandangan tauhid), semuanya
positif", atau "mendua, yg ini positif yg itu negatif" tergantung dari sangkaan kita masing-masing
terhadapNya.
-----
Original Message -----
From: Jusuf
Achmad
To: [email protected]
; [email protected]
Sent: Wednesday, September 20, 2006 2:32
PM
Subject: [psikologi_transformatif]
Berkembang karena susah atau tenang.
Salam,
[Salam perkenalan bagi member psikologi_transform
Coba kita ingat-ingat selama ini kita berkembang / maju (apapun
kriterianya) karena banyaknya kesusahan / tantangan yang kita
hadapi atau karena banyaknya ketenangan / kebahagian yang kita alami / hadapi
/ lihat / cermati di dalam kehidupan ini.
Sebagian
orang lebih termotivasi untuk berkembangan karena adanya ancaman / tantangan /
kesusahan (dunia ini terlihat kejam), sebagian lain termotivasi untuk
berkembang karena adanya kebahagian / kedamaian yang dirasakan (walau ada chaos
di
Mereka yang
yang lebih termotivasi oleh kesusahan / ancaman sering kali sadar tidak sadar
melontarkan ketidak enakan (dari sekedar kata-kata sampai bom yang mematikan)
kepada pihak lain. Asumsinya (sadar tidak sadar), seperti yg dialaminya
sendiri, ketidak enakan ini akan membawa kemajuan.
Saya pikir umumnya orang biasa termotivasi oleh kedua sisi di atas,
namun ketidak seimbangan (chaos) terjadi kalau ada pihak-pihak yang termotivasi
secara berlebihan / extrim di salah satu sisi, terutama tentunya sisi yg
disebutkan pertama.
Sisi pertama bisa disebut sebagai sisi maskulin / jalal dan yang
disebutkan terakhir disebut sisi feminin / jamal. Distorsi
disisi maskulin biasanya suka bertindak melakukan kekerasan (mental /
fisik) tidak proposional, sedangkan sebaliknya disisi feminin
melakukan kebaikan yang berlebihan, tidak proposional juga (bisa ada pihak
yg merasa dirugikan). Dua-duanya karena
kurangnya / belum berkembangannya "energi" wisdom / light /
kebijaksanaan.
Persepsi
alternatif tentang Surga dan Neraka
Kalau kita hanya bisa maju ketika banyak kesusahan maka lingkungan
terbaik kita adalah neraka (bisa didunia ini juga) yang biasa
diasosiasikan dengan berlimpahnya kesusahan dan kemalangan. Sebaliknya
kalau ketenangan dan kedamaian adalah hal utama yang mendorong kita maju maka
surgalah (bisa didunia ini juga) tempat yang cocok bagi kita.
Bisa di bayangkan kalau tempatnya tertukar, bukankah menjadikan kita
tidak bisa berkembang secara optimal? Pandangan tauhid/unity (tidak mendua) melihat kedua
tempat sebagai yang "positif", karena kedua tempat sama-sama
memberikan kemajuan (apapun kriterianya)
Sepertinya Surga dan Neraka adalah dua alam yang sangat berjauhan,
yang satu sangat feminin dan yg satunya sangat maskulin alamnya. Apakah ada
alam-alam antara?
Memang ada,
seperti yang diceritakan dalam Al-Quran: Jin dan Manusia punya surganya
sendiri-sendiri yang terpisah. Lalu ada jalan
Syaitan/Iblis dan tentunya jalan Malaikat yang masing-masing mempunyai
alam-alamnya sendiri. Namun demikian ada keterhubungan satu sama lain, tapi bukan antara dua alam yang extrim berbeda.
Syaitan bisa disebut maskulin kasar sedangkan Jin bisa disebut
maskulin halus atau kasar yang tersembunyi. Jadi antara
yang paling kasar ke yang paling halus ada banyak alam-alam antara. Sisi femininnya sebenarnya tetap ada tapi terdominasi
oleh sisi maskulinnya, unsur kecintaan tanpa pamrihnya bisa dikatakan
tidak ada (pada Jin seolah-olah ada). Persepsi
cinta Syaitan dan Jin berbeda jauh dengan persepsi Manusia dan
Malaikat.
Saking tersembunyi sisi kasar Jin bisa kelihatan seperti manusia dari
kulit luarnya.
Oleh karena itu disebutkan mendapat surga juga. Sisi kekerasannya sangat tersembunyi, seolah-olah berada
di alam kedamaian.
Manusia kedua sisinya berkembang, baik sisi maskulin maupun sisi
feminin, namun sisi femininnya lebih dominan. Sedangkan
malaikat "murni" didominasi oleh sisi feminimnya. Jadi tentunya ada banyak alam-alam antara dimana malaikat mempunyai
derajat maskulinitas yang berbeda-beda. Jadi di
mana sisi maskulinitasnya menguat menjadi mirip Manusia. Kesamaannya adalah adanya unsur kecintaaan tanpa pamrih yang
dominan, oleh karena itu oleh para Sufi disebut jalan cinta.
Seperti dilambangkan oleh Piramida Empat Sisi di Mesir. Keempat jalan di atas, jalan
Syaitan, Jin, Manusia dan Malaikat akan membawa
perkembangan yang akhirnya bertemu di satu titik, kembali kepada yang
Satu.
Setiap jalan mempunyai konsekuensi sendiri-sendiri, setiap jiwa
mempunyai varian jalannya sendiri-sendiri. Kesan / pelajaran yang
paling berharga menurut pandangan saya yang kita bawa ke alam
ketakberhinggaan, kampung halaman kita semua, adalah persepsi kita
masing-masing tentang cinta yang berbeda-beda di alam keterbatasan ini.
Sebab utamanya karena keterbatasan kita
yang berbeda-beda, jadi sepatutnya kita maklumi dan hargai
perbedaan-perbedaan yang ada di antara kita semua.
Wassalam,
Jusuf
Achmad.
Website: www.geocities.
.