-----
Original Message -----
From: Jusuf
Achmad Sent: Monday, October 25, 2004 6:11 AM Subject: Surga-Neraka was Re: Fw: Al-Fatihah
- Tujuan hidup di Alam ini dan Alam-alamm nanti (2) Dengan Nama
Allah Maha Pemurah Maha Penyayang - Greetings with Love and Light from the One
Infinite Creator Rekan-rekan
pejalan spiritual yang saya cintai, pertama-tama saya akan memberikan definisi.
Surga adalah suatu alam, lingkungan (environment) yang sempurna sesuai
dengan tujuannya. Setiap ciptaanNya mempunyai tujuan yang
luhur. Acara lawak (ala Indonesia) sempurna
ketika di mainkan orang-orang yang kelihatannya lugu,
orang-orang yang sepertinya kurang cerdas (atau terlalu cerdas untuk
tempatnya). Acara talk-show bisnis sempurna ketika di isi oleh
pakar-pakar dan dipandu oleh orang yang cerdas (kalau bisa sekaligus cantik
atau tampan). Sesuatu kelihatan sempurna kalau selaras dengan
tujuannya. Neraka adalah tempat dimana kondisinya selalu berlawanan
dengan keinginan kita (Oleh karena itu kita diajarkan senantiasa
berusaha menyelaraskan dengan keinginanNya atau dengan kata lain kita
sendiri tidak mempunyai keinginan atau biasa juga di sebut tanpa ego). Sudah
menjadikan kesepakatan umum bahwa kita bisa merasakan surga di dunia ini juga,
walaupun chaos masih ada di mana-mana. Jadi Bumi sekarang adalah
surga juga bagi yang dapat "melihatnya dan merasakannya", yang sangat
berkaitan dengan pengertian akan tujuan manusia di alam langit ketiga
ini. Sebaliknya kita bisa juga rasakan bumi ini sebagai neraka,
tergantung arah dan tingkat kesadaran kita. Kalau kita tidak
mengerti terus akan tujuan dan pelajaran-pelajaran sebenarnya di alam ini, kita
akan "kekal" berputar terus di alam
"neraka" ini sampai Tuhan menentukan lain. Jadi justru
kalau kita telah selesai pelajarannya (telah memenuhi tujuannya) di suatu alam
(surga) kita beranjak ke alam (surga) berikutnya dengan pelajaran yang lebih
lanjut (advance). Konotasi
"kekal" lebih kearah sangat lama, karena sesuatu
yang "abadi" hanya ada di alam Illahiah. Jadi secara
umum kesadaran/ruhani kita selalu beranjak naik. Namun
selalu ada yang namanya anomali, kekecualian, seperti cerita Nabi
Adam yang telah berada di surga lalu didegradasi ke alam (surga juga
sebenarnya) yang lebih rendah. Sebenarnya Adam dan Hawa telah memenuhi
syarat masuk langit keempat (sepertinya keadaan yang sangat awal seperti
sekarang) namun terlalu ingin cepat masuk ke pelajaran langit keenam atau
ketujuh, yang ditunjukan dengan kata-kata (saduran): "makan buah yang bisa
mendatangkan keabadian" (keabadian, ketakberhinggaan adalah pelajaran di
langit-langit teratas). Lalu justru menjadi lengah terhadap
pelajaran-pelajaran yang seharusnya diselesaikan saat itu, bahkan
pelajaran-pelajaran yang telah terselesaikan pun terlupakan, jadi harus
mengulang (Peringatan bagi mereka yang telah "masuk surga" didunia
ini sekarang). Anomali
lain adalah Iblis atau Jin yang lepas kendali (oleh karena itu sama-sama
disebut dibuat dari api) yang ngotot dengan agenda (tujuan) mereka
sendiri. Lalu menganggap benar/sah-sah saja cara-cara chaos
(lawan dari kedamaian) untuk mencapai tujuan. Maka mereka akan ditarik
kedalam alam "surga" mereka. Didalam"surga" mereka
saling mendatangkan ketidak damaian untuk mencapai tujuan adalah sah-sah
saja. Mereka akan berputar terus ("kekal") di alam ini
sampai akhirnya pasrah juga kepada Tuhan (melepaskan agenda sendiri).
Tentunya "surga" mereka adalah neraka bagi kita umumnya.
"Kesempurnaan" mereka adalah justru merekalah yang secara gigih mau
menjadi lawan tanding kita, tanpa mereka kita sulit maju (bukankah tanpa cobaan
kita tidak pantas mendapatkan surga?). Jadi akhirnya mereka kembali juga
ke jalanNya, karena mereka juga mempunyai kontribusi terhadap terwujudnya rencanaNya
(bukankah seorang sparing partner mempunyai kontribusi terhadap
seorang juara tinju yang menjadi lawan tandingnya?). Selain itu bukankah
"RahmatNya melingkupi segala sesuatu" (saduran)? Coba kita
perhatikan alam langit kedua, alam tumbuh-tumbuhan dan terutama alam
binatang, seperti di suatu sumber air di padang rumput di Afrika (bisa kita
lihat dalam acara-acara TV sekarang). Kelompok-kelompok binatang terlihat
dengan damainya merumput dan minum dipinggir danau. Sesekali terlihat
seekor singa mengejar mangsanya kadang kala dapat kadang kala lepas, kemudian
terlihat suasana damai kembali. Semua berjalan alamiah, seimbang,
sempurna, surga alam langit kedua bagi kita manusia yang bisa melihatnya. Sama halnya
kalau kita lihat benda-benda langit (celestial bodies) semuanya
beredar dengan teratur, bersinar tiada henti, terlihat damai, seimbang,
sempurna beratus juta / milyar tahun, namun sesekali terlihat bintang meledak
atau anomali-anomali lainya kemudian kembali terlihat damai.
Pertanyaannya siapa yang bisa melihat itu semua dengan "mata kepala"
sendiri? Tentunya mereka yang telah berada di alam langit keenam dan
ketujuh yang waktu siklusnya boleh di bilang tak berhingga, dimana ruang-waktu
sudah tidak relevan. Astronom di bumi ini sekarang hanya bisa
menduga-duga saja (Nabi Muhammad adalah salah satu sosok yang berada dalam
alam langit keenam yang sedang menuju ke langit ketujuh yang "turun"
ke alam langit ketiga ini membawa ajaran Tauhid sebagai rahmatNya bagi kita
semua - tidak alamiah kalau manusia di alam langit ketiga ini langsung lompat
ke langit ketujuh. Secara umum tidak ada yang namanya jalan pintas). "Segala
puji hanya bagi Allah, Tuhan semua alam. Tiada yang cacat dalam
ciptaan-ciptaanNya". May we
always be in peace, Jusuf
Achmad. Website: http://www.geocities.com/jachmad/index.html
- http://www.geocities.com/jachmad/my_letters.html From: hamas61@c...
Assalamu’alaikum
wr.wb,
Date: Sun Oct 24, 2004 12:41 am
Subject: Re: <Islam_liberal> Fw: Al-Fatihah - Tujuan hidup
di Alam ini dan Alam-alam nanti (2)
Saya hanya ingin menyampaikan rangkaian terjemahan ayat-ayat Alquran di
bawah ini.
Apakah penjelasan Allah di bawah ini bersesuaian dengan teori Jusuf
Achmad
tentang alam-alam langit lapis kesatu sampai ketujuh (Teori 7 langit =
surga)?
65/12:
Allah yang menciptakan tujuh planet (di atas orbit bumi) dan dari Bumi
PERSAMAANNYA (planet-planet itu).
22/1:
Wahai manusia, insyaflah pada Tuhanmu, bahwa goncangan SA’AH itu adalah
suatu yang besar.
82/1:
Ketika angkasa (Tatasurya) itu terseret.
82/2:
Dan ketika planet-planet itu direnggutkan.
84/1:
Dan ketika angkasa (Tatasurya) itu terpecah (susunannya).
22/7:
Bahwa SA’AH itu pasti datang, tiada keraguan padanya dan bahwa Allah akan
membangkitkan siapa saja yang di dalam kubur (di Akhirat nanti).
77/7:
Bahwasanya yang dijanjikan padamu itu adalah yang pasti berlaku.
16/77:
Dan kepunyaan Allah kegaiban planet-planet dan Bumi ini, dan tidaklah
urusan SA’AH itu kecuali sekejab mata atau lebih cepat lagi, bahwa Allah
itu menentukan atas tiap sesuatu.
7/187:
Mereka bertanya tentang SA’AH bila memusatnya. Katakanlah: tiada yang
sanggup membuktikan waktunya kecuali Dia. Sangat berat keadaannya pada
planet-planet dan Bumi ini. Tidaklah dia datang padamu kecuali mendadak.
Meraka menanyakannya padamu seolah-olah engkau mengetahui waktunya.
Katakanlah: ilmunya pada Allah, akan tetapi kebanyakan manusia itu tidak
mengetahui.
25/11:
Tetapi mereka mendustakan adanya SA’AH, dan Kami janjikanlah siksaan
perih
untuk orang yang mendustakan SA’AH itu.
25/12:
Ketika dia melihat mereka dari tempat yang jauh mereka dengarlah neraka
itu dalam keadaan marah dan gemuruh.
102/6:
Akan kamu lihatlah neraka itu.
102/7:
Kemudian akan kamu lihat dia dengan mata pasti (di Akhirat nanti).
25/15:
Katakanlah: apakah neraka itu lebih baik daripada sorga kekal yang
dijanjikan pada para Muttaqien? Sorga itu bagi mereka sebagai balasan dan
tempat berkumpul.
25/16:
Untuk mereka itu di dalam sorga ialah apa-apa yang mereka kehendaki
selaku
orang-orang yang kekal. Adalah hal itu janjian Tuhanmu yang harus
terlaksana.
Wassalam,
Hamas61
>
> ----- Original Message -----
> From: Jusuf Achmad
> To: [email protected]
; [email protected]
;
> [email protected]
> Sent: Saturday, October 23, 2004 6:46 AM
> Subject: Al-Fatihah - Tujuan hidup di Alam ini dan Alam-alam nanti
(2)
>
>
> Dengan Nama Allah Maha Pemurah Maha Penyayang - Greetings with Love
and
> Light from the One Infinite Creator
>
> Ini adalah putaran kedua dalam pemahaman saya atas ketujuh ayat yang
> sering dibaca berulang-ulang. Sekali lagi jika pembaca merasakan ada
> hal-hal yang berfaedah maka ambilah, jika sebaliknya maka
tinggalkanlah,
> saya tidak ingin menjadi penghambat kemajuan ruhani pembaca.
"Tiada
> paksaan dalam agama". Jalanilah apa-apa yang kita yakini.
"Tiada yang
> cacat dalam ciptaan-ciptaanNya" saduran permulaan Al-Mulk.
>
> Ayat [2] s/d [5] menunjukkan alam-alam ciptaanNya yang sempurna
sehingga
> terlontar kata-kata "Segala pujian hanya bagi Allah". Ini
adalah suatu
> sugesti agar kita selalu mempunyai pandangan demikian. Umumnya
manusia
> dapat melihat kesempurnaan / keseimbangan di alam mineral dan alam
> tumbuh-tumbuhan dan binatang, seperti keserasian gunung-lembah,
> lautan-samudera, benda-benda langit dan peredarannya, hutan-rimba,
serta
> berbagai hewan yang hidup di darat, air dan yang dapat terbang di
udara.
> Namun manusia sulit melihat kesempurnaan dalam sosok dirinya dan
sosok
> sesama manusia yang mempunyai berbagai kekurangan-kekurangan. Mereka
yang
> dapat melihat kesempurnaan manusia dengan segala keterbatasan inilah
yang
> kemudian dapat melanjutkan pelajaran mereka ke alam berikutnya. Oleh
> karena itu kita selalu mengsugesti diri dengan mengatakan
"Segala puji
> bagi Allah, Tuhan semesta alam" agar senantiasa dapat
"melihat"
> kesempurnaan dalam setiap ciptaan-ciptaanNya. Demikian pula yang dim!
> aksud oleh ayat-ayat berikut:
> 2:115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun
kamu
> menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
> (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.
>
> 67:3. Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu
> sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah
sesuatu
> yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat
> sesuatu yang tidak seimbang?
> 67:4. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan
kembali
> kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu
pun
> dalam keadaan payah.
> Mereka yang dapat melihat dengan mata hati kesempurnaan manusia,
dapat
> merefleksikan pula sisi Ar-Rahman dan Ar-Rahim Tuhan, serta dapat
> menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya tempat mengabdi dan tempat
meminta
> pertolongan. Walaupun sebenarnya kondisi-kondisi itu baru bisa
mereka
> wujudkan secara sempurna di alam-alam nanti yang puncaknya ketika mereka
> sampai di langit yang ketujuh, alam ketakberhinggaan - awal dari
alam-alam
> yang tak terbayangkan. [5] "Hanya kepada Engkaulah kami mohon
> pertolongan" hanya bisa terjadi sempurna ketika kita berada di
langit
> ketujuh di mana kita tidak perlu lagi makan, minum, pasangan, nafas,
sinar
> matahari dsbnya, kita tidak tergantung lagi terhadap pihak-pihak
lain sama
> sekali kecuali "energi" langsung dari Tuhan.
>
> Oleh karena itu dalam ayat [6] & [7] kita diajarkan berdoa
kepada Tuhan
> untuk ditunjukan jalur jalan (kembali kepadaNya) yang paling singkat
> (dikala senang setahun seperti tidak terasa, dikala susah hari
sepertinya
> tidak mau berganti), paling damai di alam ini karena jalur yang kita
pilih
> di alam ini berkesinambungan dengan jalur yang akan kita tempuh di
> alam-alam berikutnya. Dua jalur utama yang disarankan dalam Surah
> Ar-Rahman disebutkan jalur Manusia dan Jin yang akan mendapatkan
surganya
> masing-masing yang terpisah (masing-masing punya jalurnya
> sendiri-sendiri).
>
> [5] Walaupun tidak disarankan jalur-jalur diluar dua jalur di atas
> (seperti jalur malaikat dan jalur syaitan/iblis) akhirnya akan
bermuara
> juga di langit keenam di mana semua ciptaan-ciptaanNya akan memahami
> dengan sempurna arti kata-kata "Hanya kepada Engkaulah kami
menyembah
> (mengabdi)", kesempurnaan konsep Tauhid (Semua Satu Adanya) dan
kepasrahan
> total sesungguhnya adanya di alam ini. [4] Bagaimana mungkin diluar
kedua
> jalur utama di atas mereka dapat mencapai langit keenam? Karena
Dialah
> yang Maha Kuasa dan Maha Tahu yang Rahmat Nya melingkupi segala
sesuatu
> "Yang menguasai hari pembalasan" sesungguhnya (setiap
perpindahan alam
> yang satu ketingkat berikutnya selalu ada semacam "hari
pembalasan").
>
> [3] Walaupun disebut Tuhan Maha Adil, di dunia ini banyak yang
merasakan
> bahwa Tuhan ini sebenarnya tidak adil ("saya yang kerja keras
tidak
> kaya-kaya, mereka yang korupsi berkelimpahan harta"). Keadilan
yang
> sempurna baru akan didapatkan/dimengerti di langit kelima, di mana
kita
> bisa secara lebih sempurna merefleksikan sisi Ar-Rahim Nya.
>
> [3] Cinta katanya buta, cinta seharusnya tanpa pamrih, Tuhan sangat
cinta
> kepada manusia, tapi ...., cinta adalah ...... Masing-masing
individu
> sepertinya mempunyai konsep/definisi sendiri-sendiri mengenai cinta.
> Konsep sesungguhnya apa arti cinta baru akan kita mengerti/alami di
langit
> keempat, dimana kita dapat secara lebih sempurna merefleksikan sisi
> Ar-Rahman Nya.
>
> [2] Kita sekarang berada di akhir alam langit ketiga, keadaan yang
sangat
> awal dari alam langit keempat. Alam mineral (earth, wind and fire)
serta
> alam tumbuh-tumbuhan dan binatang masing-masing adalah langit
pertama dan
> langit kedua. Inilah ketujuh langit atau surga, alam-alam yang
sempurna,
> kalau kita sanggup melihat kesempurnaan dalam segala
ciptaan-ciptaanNya
> "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam".
>
> May we always be in peace,
>
> Jusuf Achmad
>