From: Jusuf Achmad

To: [email protected]

Sent: Wednesday, July 21, 2004 11:07 AM

Subject: Insya Allah, this is my last posting - Walk the Talk.

 

Greetings from the One Infinite Creator with Love and Light,

 

Pertama-tama saya minta maaf kepada semua pihak terutama kepada mereka yang saya beri komitmen untuk dijawab pertanyaan-pertanyaan mereka pada posting-posting lalu.  Saya perlu selalu sadar bahwa komitmen saya yang lebih besar adalah kepada Semua, karena semua itu Satu adanya.  Semakin banyak saya menulis tidak terasa membawa saya ke arah kiri.  Kalau kita ada perasaan-perasaan selalu ingin menang baik terang-terangan atau tersembunyi, maka ketahuilah ini adalah salah satu ciri dari STS - sedangkan STO lebih banyak mengalah, senang melihat pihak lain merasa menang.  Kalau ada yang ingin membaca tulisan-tulisan saya yang dulu search saja di Google dengan memakai kata "Jusuf Achmad" di bagian Web atau Group.  Saya katakan "Insya Allah" karena tidak ada yang namanya harga mati, ayatnya dalam Al-Kahfi "jangan katakan apa yang akan engkau lakukan besok", jadi termasuk yang tidak saya lakukan juga (saduran). 

 

Namun ada beberapa hal yang saya merasa perlu di sampaikan seperti "Jihad" seyogyanya yang ada dalam diri kita (dalam kesadaran saya sekarang tidak ada yg namanya "kewajiban" yang ada hanya kecintaan) sbb:

·        Belajar senantiasa dalam keadaan hening/damai. (waktunya tinggal 4 s/d 8 tahun lagi lama persisnya hanya Dia yg tahu, jangan takut bisa mengulang lagi kecuali kalau ke tarik ke inner plane, tapi kalau kita melihat dengan kacamata positif ini yg masuk inner planes suatu "pengorbanan" atau "pengabdian" juga - sebagai sparing partner lainnya).

·        Belajar senantiasa memancarkan kecintaan tanpa pamrih kepada semua (waktu yg diberikan untuk mencapai keadaan ideal sekitar beberapa juta tahun (ukuran 3D)).

·        Belajar senantiasa memancarkan kecintaan tanpa pamrih dengan penuh kebijaksanaan (Love and Light - Wisdom, waktu yg diberikan untuk mencapai keadaan ideal sekitar puluhan/ratusan juta tahun (ukuran 3D)).

·        Belajar senantiasa merasa Satu dengan Semua, karena semua Satu adanya (in Unity - Sikap Tauhid, karena dibagian akhir waktu sudah tidak relevan, maka waktu untuk mencapai keadaan ideal yg diberikan tak berhingga).

·       Belajar senantiasa merasa Satu dengan Semua dalam Ketakberhinggaan (We are One, we are Infinite, waktu yg diberikan tentunya tidak relevan lagi).

Karena ini program spiritual maka asumsinya umur "spirit", ruh tak berhingga sampai Tuhan menentukan lain.  Mudah-mudahan bisa dianggap reasonable, bisa dicapai.

 

Pihak Density-7 bisa dianggap sebagai "Tuhan" karena sudah berada di Alam Keilahian, Ketakberhinggaan, sudah mengetahui Kebenaran Absolut, di octav ini tidak mungkin melakukan kesalahan. Tuhan sebenarnya lebih besar dari Takberhingga, beyong our wildest imagination, di luar jangkauan khayalan.

 

Walk the Talk, menjalankan yang dikatakan (ditulis), melakukan yang diyakini.  "Walk" menurut saya adalah "Jihad Akbarnya" dan Talk (termasuk menulis) adalah "Jihad kecilnya".  Terutama dalam Alam 4D (positif) ke atas sebetulnya "Walk" sama dengan menulis (upload) ke database "social memory complex" (lihat di internet tulisan Sheldrake yang terinspirasi oleh Jung).  Nah tinggal oleh pihak lainnya mengasah kemampuan membaca (download) dari database tersebut dan konsep-konsep tersebut bisa diambil dengan lebih sedikit distorsi (contoh men donwload kemampuan fisik adalah bagaimana dulu saya melihat seorang dari "Perisai Diri" bisa melakukan jurus-jurus Karate tanpa mempelajarinya, walaupun saya lihat gerakannya tidak sempurna.  Saya duga rekan-rekan justru mempunyai lebih banyak pengalaman dalam hal ini).

 

Definisi yang lebih tepat dari STO adalah pengabdian kepada pihak lain lebih besar porsinya daripada kepada diri sendiri (jadi 51% vs 49% sudah cukup), sedangkan STS pengabdian kepada pihak lain paling banyak 5% sedang kepada diri sendiri 95%).  Orang yang kasat mata mementingkan diri sendiri bukan STS yang baik.  Sisi-sisi positif STS pasti banyak, mohon untuk tidak terlalu cepat menghakimi, contoh simple nya orang yang punya ambisi mendirikan Mal-mal membuat banyak lapangan kerja baik waktu membangun maupun dikala beroperasi (sisi negatif juga pasti ada).  Jurus utama STS adalah "Control", selalu terkendali, tenang mirip damai, yang lebih canggih sepertinya pasrah.  Sedangkan jurus utama STO adalah acceptance, pasrah, bisa menerima segala sesuatu apa adanya, tenang - damai.  Jadi dari luar keduanya yang telah dewasa sangat mirip.  Yang telah dewasa ke-3 cakra dibawah clear:

Senantiasa dalam keadaan penuh vitalitas/keberanian (merah), keceriaan (jingga) dan kecerdasan (kuning)  yang menghasilkan ketenangan bagi dirinya dan sekelilingnya (hening/damai).

Orang yang senang bikin kesal, marah, tidak ceria (mengambil energi) pihak lain bukan seorang STS yg dewasa apalagi STO, artinya kecerdasannya (akal dalam Al-Quran) masih kurang.  Begitu ketiga cakra di bawah clear, maka cakra mahkota (cakra-7) langsung terbuka dapat menerima pesan-pesan Infinite Intelegence.

 

Saya menulis sebagai jawaban dari penanya terhadap posting saya "Menerima semua apa adanya" sbb:

 

...... Saya berbicara mengenai sosok yang secara spiritual telah dewasa atau
katakanlah tingkat advance yang telah pantas melanjutkan perjalanannya
ketingkat berikutnya yaitu tingkat Density-4 (4D) , Surga tingkat pertama
(Bumi sekarang berada dilevel sangat awal tingkat ini, namun pengaruh
Density-3 (3D) masih dominan).  Ditingkat spiritual menengah kebawah justru
harus menegakkan  "amar ma'ruf nahi mungkar" sebagaimana umumnya yang
diajarkan oleh agama.

Nah seorang yang menerima semua apa adanya tentunya bisa menerima:
- orang yang mempunyai banyak keterbatasan, katakanlah banyak melakukan
kesalahan.
- orang yang senantiasa mau menegakkan "amar ma'ruf nahi mungkar" .
- orang masa bodoh.
- orang yang selalu menghukum dgn keras orang-orang yg melakukan kesalahan.
- orang yang berambisi harta dunia atau sebaliknya.
- orang yang selalu tidak menghukum dgn keras orang-orang yg melakukan
kesalahan atau sebaliknya.
- pendeknya semua tipe, level, jenis, orientasi dsbnya yang ada dijagat ini.

Dia percaya interaksi semua manusia sejagat adalah suatu eko-sistem yang
akan saling mengimbangi dan semuanya menjalani pelajarannya masing-masing
dari Alam/Tuhan.  Dia damai dengan apa adanya ulah manusia-manusia (3D)
sekarang, seperti halnya manusia(3D) bisa tetap damai melihat ulah
binatang-binatang (2D) yang saling makan, karena percaya adanya suatu
eko-sistem yang akan membuat keseimbangan (keadaan yang sepertinya chaos
bisa dipandang dengan kedamaian).  Oleh karena itu dia berhak hidup di alam
4D.  Ketika seorang hidup di alam 4D dia akan dengan mudah mengunjungi
planet-planet 3D di Alam Semesta ini dengan perasaan damai (namanya juga
sorga).  Tentunya tanpa interupsi, kecuali dalam keadaan khusus.

Suatu pemandangan yg lucu kalau seorang 4D selalu campur tangan urusan
interaksi manusia (3D), bagaikan seorang manusia yg selalu
menghalang-halangi macan yang akan makan menjangan di hutan.  Seperti
manusia yang bisa mempunyai perasaan kasih sayang kesemua jenis binatang,
seorang 4D bisa mempunyai perasaan kasih sayang ke semua level, tipe dan
jenis manusia (3D).......

Jadi saya sedang belajar senantiasa memancarkan kecintaan tanpa pamrih kepada semua dan kalau bisa lebih dari ini (tentunya harus di dasari oleh ketenangan/kedamain terlebih dahulu).  Jadi walk, walk, walk, walk sedikit mungkin talk nya, sedikit mungkin melakukan interupsi.  Insya Allah.

 

May we always be in peace,

 

Jusuf Achmad.

 

Hosted by www.Geocities.ws

1