From: Jusuf
Achmad
Sent: Monday, July 19, 2004 6:54 AM
Subject: Menerima semua apa adanya.
Menerima
semua apa adanya seperti yang di ungkapkan oleh mas Eddy kemarin di pertemuan
KKAS, selaras dengan posting saya 2 tahun di bawah. Dalam posting
"Arti Kehidupan" sebelumnya sbenarnya juga mendukung ke arah yang
sama.
May we
always be in peace,
Jusuf
Achmad.
-----
Original Message -----
From: Jusuf
Achmad
Cc:
Sent: Sunday, March 17, 2002 6:22 AM
Subject: Untuk Forum kebangkitan Jiwa (2)
Dengan Nama Allah
Maha Pemurah Maha Penyayang
Semoga keselamatan,
kedamaian dan keberkatan senantiasa melimpah pada kita semua,
Seperti janji saya
sebelumnya artikel di bawah ini adalah pandangan praktis untuk mencapai
kedamaian. Namun sebelum itu karena saya pikir pandangan filosofis
sebelumnya terlalu "sufistik" atau pandangan Tauhid yang terlalu
mengawang-awang bagi sebagian besar pembaca maka dalam artikel ini saya
membukanya kembali dengan pandangan filosofis yang mengunakan ayat-ayat
Al-Quran dan menginterpretasikan dalam tataran kesadaran kecintaaan yang
lebih membumi.
Wassalam,
Jusuf Achmad
Dengan Nama Allah Maha Pemurah Maha Penyayang
Kedamaian
Muncul dari Tiadanya Monopoli Kebenaran
Berikut ini adalah
terjemahan sebagian ayat-ayat Al-Quran dari Surah Al-Baqarah dalam dua bahasa
agar kita dapat memaknainya dengan lebih tepat:
Terjemahan Bahasa
Inggris oleh Sher Ali:
2:111. And they say. `None
shall enter Heaven unless he be a Jew or a Christian.' These are their vain
desires. Say, `Produce your proof, if you are truthful.'
2:112. Nay, whosoever
submits himself completely to ALLAH and he is the doer of good, shall have his
reward from his Lord. No fear shall come on them nor shall they grieve.
2:113. And the Jews say,
`The Christians stand on nothing' and the Christians say, `The Jews stand on
nothing;' while they both read the same book. Even thus said those, who had no
knowledge, like what they say. But ALLAH shall judge between them on the Day of
Resurrection concerning that wherein they disagree.
2:114. And who is more
unjust than he who prohibits the name of ALLAH being glorified in ALLAH's
temples and strives to ruin them ? It was not proper for such men to enter
therein except in fear. For them is disgrace in this world; and theirs shall be
a great punishment in the next.
2:115. To ALLAH belongs the
East and the West; so whithersover you turn, there will be the face of ALLAH.
Surely, ALLAH is Bountiful, All-Knowing.
2:116. And they say, `ALLAH
has taken to Himself a son.' Holy is HE ! Nay, everything in the Heavens and
the earth belongs to HIM. To HIM are all obedient.
2:117. HE is the Originator
of the heavens and the earth. When HE decrees a thing, HE only says to it `Be,'
and it is.
2:118. And those who have
no knowledge say, `Why does ALLAH not speak to us, or a Sign come to us direct
?' Likewise said those before them what was similar to their saying. Their
hearts are all alike. We have certainly made the Signs plain for a people who
firmly believe.
Terjemahan Bahasa
Indonesia dari http://www.kuran.gen.tr/html/indonesia/ :
111. Dan mereka (Yahudi dan
Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang
(yang beragama) Yahudi atau Nasrani". Demikian itu (hanya) angan-angan
mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu
jika kamu adalah orang yang benar".
112. (Tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah,
sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
113. Dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak
mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata:
"Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," padahal mereka
(sama-sama) membaca Al Kitab. Demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui,
mengatakan seperti ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili di antara
mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.
114. Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalang-halangi
menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya?
Mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan
rasa takut (kepada Allah). Mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat
mendapat siksa yang berat.
115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap
di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
116. Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha
Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah;
semua tunduk kepada-Nya.
117. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk
menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya:
"Jadilah". Lalu jadilah ia.
118. Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak
(langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada
kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan
seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah
menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
Dari ayat-ayat 111 dan 112 jelas disebutkan bahwa kaum yang akan mendapatkan
surga baik nanti maupun kedamaian di dunia ini juga, bukan eksklusif milik
pengikut Yahudi atau Nasrani. Kalau kita extrapolasi kedamaian
bukan eksklusif milik suatu kelompok kepercayaan, badan, masyarakat,
negara tertentu tetapi milik setiap anggotanya yang percaya bahwa
tidak ada yang dapat memonopoli kebenaran. Dengan katakan lain
kedamaian adalah bagi mereka yang percaya dan dalam perilaku sehari-hari
merefleksikan bahwa kebenaran adalah milik semua.
Namun ayat
112 tidak persis menyatakan seperti di atas, yang disebutkan memdapatkan
kedamaian (tidak ada kekhawatiran dan kesedihan) adalah: "barang siapa
yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya
pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati."
Sekarang
marilah kita buktikan bahwa "yang menyerahkan diri kepada Allah" atau
orang Islam adalah mereka yang percaya dan berperilaku bahwa kebenaran
milik semua atau tidak ada yang dapat memonopoli
kebenaran.
Dalam ayat
114 mereka yang paling aniaya atau mereka yang paling tidak berserah diri
adalah mereka yang merusak, membakar tempat-tempat ibadah sehingga orang-orang
yang ingin mengagungkan nama Allah, Tuhan di tempat-tempat tersebut terhalangi.
Dalam ayat
115 mereka yang berserah diri melihat Tuhan ada dimana-mana maka kebenaranpun
ada dimana-mana. Kalau kita samakan Tuhan dengan kebenaran maka kebenaran
berada di timur, barat, Asia, Eropa, Amerika Serikat, Afganistan, Pakistan
dan tentunya juga di Indonesia walau separah apapun menurut penilaian
manusia kondisi suatu tempat. Namun tentunya kita hanya mempunyai
kebenaran relatif dan hanya Dia yang mempunyai kebenaran absolut.
Ciri dari
orang yang berserah diri adalah mereka yang merasa tidak di anak emaskan oleh
Tuhan walaupun begitu banyaknya karunia (dari kacamata jasmani maupun rohani)
yang telah mereka dapatkan di dunia ini. Ayat 116 tidak khusus ditujukan
kepada kaum Nasrani seperti yang banyak dipersangkakan orang karena dalam
konteks ayat ini juga ditujukan kepada kaum Yahudi, jadi ditujukan secara umum
kepada suatu masyarakat, golongan kepercayaan, kelompok, sekte atau individu
yang merasa (pemimpin mereka) sebagai anak tunggal dari Tuhan. Sehingga
seolah-olah hanya merekalah yang satu-satunya memiliki kebenaran dari Tuhan,
hanya merekalah yang berhak atas dunia ini, orang-orang selebihnya tidak lebih
dari anak-anak tiri dari Tuhan yang boleh diperlakukan tidak adil
dan tidak terhormat. Ayat seperti ini pula yang diingatkan oleh Nabi
Muhammad saw agar sering dihayati di akhir zaman sebagaimana yang tercantum
dalam 10 ayat pertama Surah Al-Kahfi. Bisa pula diartikan bagi mereka
yang selalu merasa paling benar sendiri, secara tidak langsung mendeklarasikan
dirinya (atau kelompoknya) sebagai anak tunggal Tuhan di dunia ini.
Kelompok eksklusif dan merasa hanya mereka yang paling punya kebenaran termasuk
dalam sasaran ayat ini.
Setiap kelompok agama
menafsirkan pasrah kepada Tuhan sebagai menuruti perintah-perintah Nya yang
biasanya tercantum dalam Kitab-kitab suci masing-masing dan tentunya menurut
tafsir masing-masing sekte pula. Oleh karena itu sulit mencirikan
seseorang secara umum sebagai pasrah kepada Tuhan. Berikut saya coba
memberi ciri-ciri umum yang disebut sebagai pasrah kepada Tuhan, mudah-mudahan
bisa diterima banyak pihak:
Kepasrahan
kepada Tuhan sebenarnya tercermin dari kepasrahan kepada Ciptaan-ciptaan Nya
seperti: Alam, hukum alam, mahluk-mahluk Nya yang terbatas dan
seterusnya. Karena ketidak pasrahan kepada ciptaan Nya kalau kita
telusuri kebelakang berakhir kepada ketidak pasrahan kepada Sang Maha Pencipta
sendiri. Ketidak pasrahan kita pada kekurangan diri sendiri atau pihak
lain kalau ditelusuri kebelakang disebakan kekurangan pasrahan kepada Sang
Maha Pencipta sendiri, karena sesungguhnya Dialah yang menciptakan segala
sesuatu - tidak ada pencipta lain selain Dia. Jadi kepasrahan total
adalah kepasrahan kepada Dia beserta seluruh ciptaan-ciptaan Nya, terutama
mahluk sesama manusia termasuk diri-sendiri. Sesungguhnya yang paling
sulit kita pasrahkan adalah diri-sendiri dan orang-orang yang paling dekat
disekitar kita karena seperti diri kita merekapun banyak keterbatasan.
Kepasrahan langsung kepada Tuhan termasuk yang paling mudah karena Dia Maha
Sempurna, sedangkan ciptaan Nya walau sempurna ada keterbatasannya. Kalau
kepasrahan diartikan sebagai senantiasa memenuhi keinginan-keinginan Tuhan,
maka menerima apa adanya ciptaan-ciptaan Nya mencerminkan hal ini.
Pasrah akan setiap ciptaan Nya merupakan keyakinan akan kebenaran pada setiap
ciptaan Nya, walau begitu jelas terlihat adanya keterbatasan pada
ciptaannya. Sesungguhnya melalui ciptaan-ciptaan yang terbatas inilah
kita dapat mengenal seluruh nama-nama Tuhan, atau dengan kata lain sebagai
katalis untuk mengenal Keagungan Tuhan sesungguhnya. Kalau kita
membuat dan menjual robot pembersih rumah lalu sang pembeli memaki-maki
kekurangan alat yang kita buat tersebut, sama saja sang pembeli memaki-maki
kita karena kita yang membuat robot tersebut. Jadi kepasrahan kepada Sang
Maha Pencipta tercermin dari kepasrahan terhadap ciptaan-ciptaan Nya.
Kenapa
Tuhan tidak menjadikan dengan sekejab manusia-manusia sempurna padahal seperti
di ayat 117 Tuhan sanggup melakukannya? Tentunya ada hikmah mulia yang
tersembunyi dibelakang kejadian Alam yang terbatas ini (seperti yang
diterangkan dalam artikel yang lalu). Kepasrahan, keridhoan, kecintaan kepada
Tuhan tidak terlepas dari kepasrahan, keridhoan, kecintaan kepada semuanya,
karena semua itu Satu adanya.
Ketidak
pasrahan kepada diri-sendiri adalah eksterm sebaliknya dari meyakini kebenaran
hanya ada pada diri sendiri. Hal ini diingatkan pula oleh Nabi
Muhammad saw untuk senantiasa mencermati 10 ayat terakhir dari Surah Al-Kahfi
di akhir zaman:
Terjemahan Bahasa
Inggris oleh Sher Ali:
18:102. Do the disbelievers
think that they can take MY servants as protectors instead of ME ? Surely, WE
have prepared Hell as an entertainment for the disbelievers.
Terjemahan Bahasa
Indonesia dari
http://www.kuran.gen.tr/html/indonesia/ :
102. Maka apakah
orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku
menjadi penolong selain Aku? Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka Jahanam
tempat tinggal bagi orang-orang kafir.
Orang yang kurang pasrah
pada diri-sendiri biasa mengandalkan pihak lain untuk mendapatkan kebenaran
atau kedamaian. Ketergantungan akan kebenaran pada pihak lain tidak akan
dapat mendatangkan kedamaian seperti yang disebut di ayat di atas, karena
umumnya ketidak pasrahan kepada diri sendiri juga mengakibatkan ketidak
pasrahan kepada pihak lain. Dalam keseharian kita sangat sulit
selalu mengandalkan pihak lain, pada umumnya kita mau tidak mau harus
memberikan jawaban dari suara hati kita sendiri atas masalah-masalah yang
terjadi pada kita dan disekeliling kita. Ayat 118 dalam Surah Al-Baqarah
di atas juga mensinyalir hal yang sama. Jadi kebenaran atau keberadaan
Tuhan dalam hati kita perlu dikembangkan namun bukan berarti kita dapat
memonopoli kebenaran. Juru selamat yang paling hakiki adalah diri kita
sendiri. Kalaupun ada seorang yang dijadikan juru selamat, dia yang
telah terselamatkan itu yang kita ikuti jejaknya sehingga kita sendiri
terselamatkan seperti dia juga terselamatkan langsung oleh Tuhan sendiri, Tuhan
yang ada dalam hati kita semua.
Ketidak pasrahan kita
kepada suatu pihak biasanya disebabkan karena tidak adanya keyakinan kita akan
adanya kebenaran pada pihak tersebut. Adanya kepasrahan berarti adanya
kebenaran. Dari kemampuan kita pasrah kepada semua menjadikan kita mampu
melihat kebenaran pada semua, tidak ada monopoli kebenaran, selanjutnya
menjadikan kita mampu melihat Tuhan di mana-mana, di timur maupun di
barat. Waktu kesegala arah yang kita lihat hanya kebenaran disaat itulah
kedamaian ada pada diri kita, surga di dunia ini juga.
Pandangan
Praktis Cara Meningkatkan Ruhani (Keberadaan, Kebenaran) Dalam Diri.
---------------dipotong----------------------