From: Jusuf Achmad

To: [email protected]

Sent: Tuesday, July 06, 2004 1:30 PM

Subject: Cerita Nabi Khidhr - Sang Guru dan Sang Murid (bag. 2)

 

Sambungan.....

 

Apakah mungkin seorang yang telah banyak berhubungan dengan Tuhan melalui malaikatNya (makanya disebut Nabi) melakukan kesalahan fatal ini?  Sepertinya ada anomali, apa kira-kira penjelasannya.  Saya lebih condong kepada penafsir menyatakan cerita ini adalah suatu kasyaf atau vision seperti tercermin dari perilaku Sang Guru yang dengan mudahnya membunuh dan identitas tokoh Sang Guru yang tidak jelas.  Jadi interaksi Sang Guru dan Murid harus di interpretasikan lebih lanjut.  Menurut saya perilaku Sang Murid tersebut lebih mencerminkan sepak terjang Bani Israil dikemudian hari terhadap para Guru Rohani yang diturunkan kepada mereka (oleh karena itu ada penafsir yg menyatakan bahwa Sang Guru adalah Nabi Muhammad-may peace and blessing be upon him).  Jadi suatu peringatan dini yang diberikan kepada Nabi Musa, may peace be upon him, atas kaum yang dipimpinnya.

 

Penafsiran suatu cerita memang bisa dari berbagai sudut, misalnya dengan mengacu kepada pengalaman pribadi.  Agar masing-masing pembaca mendapatkan manfaat terbaik dari pengalaman pihak lain seyogyanya tidak terpaku kepada hal-hal yang spesifik tapi berusaha menarik suatu hikmah atau esensi yang lebih universal - sehingga lebih mudah diaplikasikan pada sikon lain, karena masing-masing pejalan spiritual mempunyai perjalanan yang unik - terutama di tingkat lanjut. Kebalikannya adalah berpikir dogmatis yang lebih banyak mengacu kepada hal-hal spesifik.

 

Nabi Musa berhadapan dengan kaumnya yang berada di bawah perbudakan Firaun.  Singkatnya karena lama dalam perbudakan mereka mereka penakut, kurang initiatif, kurang bersemangat loyo alis memble.  Oleh karena itu Nabi Musa menanamkan rasa semangat (ambisi) untuk melakukan perlawanan terhadap tirani.  Moto seperti mata dibalas mata dipompakan untuk mengembalikan kepercayaan diri kaum Bani Israil yang lama diperbudak.  Namun kelihatannya kebablasan, mereka menjadi kaum yang keras.  Tamsil dari membunuh pemuda adalah menghentikan/meredam ambisi / kekerasan hati kaum Bani israil ini.  Sampai-sampai untuk membalikan arah ini Nabi Isa mengajarkan kalau ditampar pipi kiri berilah pipi kananmu.  Para Nabi tentunya mengerti bahwa ditingkat lanjut kepasrahan total yang dituntut.

 

Kenapa Nabi Musa tidak tahan bertatap langsung  dengan Tuhan atau kenapa beliau tidak dapat pengajaran langsung dariNya seperti Sang Guru di atas?  Karena dalam keseharian beliau harus menurunkan vibrasi begitu rendah supaya bisa menjadi panutan bagi kaumnya.  Sedangkan untuk mendapatkan wahyu/pelajaran rohani, tentunya beliau harus meningkatkan vibrasi terlebih dahulu.  Bahkan agar lebih efektif harus berpisah sementara dengan kaumnya yg selalu menarik-narik vibrasi beliau ke bawah.  Naik turunnya vibrasi yang terlalu besar ini sangat tidak nyaman dan menyulitkan beliau mencapai tahapan rohani yang yang lebih tinggi.

 

Bagi rekan-rekan pejalan spiritual (terutama tingkat lanjut atau yg mau masuk ketingkat lanjut) saat ini pelajaran apa yang bisa diambil dalam bahasan di atas?  Bagi diri saya sendiri, saya melihat bahwa kalau saya didudukan sebagai Sang Murid maka Bani Israil (yang menarik vibrasi kebawah) itu adalah:

Saya sendiri tidak merasa melakukan suatu pengorban besar, jadi ya biasa-biasa dan happy-happy saja.  Namun  rekan-rekan mungkin ingin tahu juga mengapa saya melakukan tindakan yang "drastis".  Ketiga anak saya semua sekarang homeschooling yang unstructured lagi (mengundang kontroversi dari keluarga saya dan terutama keluarga istri saya).  Saya sendiri latar belakang pendidikan S1 di Sipil UI tapi lulusan ISTN karena memilih bekerja di perusahaan minyak asing di Kalimantan sebagai senior analyst/programmer, S2 MBA Telecommunication USF San Francisco yg dibiayai perusahaan tempat kerja dulu. Ayah almarhum kerja di Deplu jadi sering pindah-pindah - SD yg 6 tahun diselesaikan di 5 sekolah yang berbeda di dalam dan luar negeri.  Waktu kecil pernah tinggal di Beijing (katanya bisa berbahasa Mandarin tapi sudah lupa), Manila dan remaja di Praha-Ceko. Latar belakang pekerjaan sebagai programmer di Perencanaan Jalan Kota DPU (jadi pernah merasakan sbg pegawai negeri) nulis program FORTRAN masih pakai kartu - komputernya mainframe IBM-370 dgn memori 256KB (wah dulu tergolong mesin hebat sebelumnya pake mesin yg memorinya hanya 16KB).  Software support pemasaran Microcomputer Superbrain berbasis Zilog-80 (sebelum disebut PC oleh IBM).  Mengembangkan software utk PLN yang sekaligus untuk skripsi menyangkut optimasi rancangan dengan non-linier programming (pokoknya rumitlah). Software developer berbasis database untuk Industri Minyak/Gas. Membangun dan menjalankan perusahaan (keluarga istri) pengembang RSS, pernah menjadi pengembang nomor 2 terbesar di Tangerang setelah Jaya Group dan nomor 2 terbesar di Bandung setelah Perumnas.  Menjalankan usaha post-production (punya ijazah editing dari Avid lho), bikin video dokumenter, pernah juga coba bikin sinetron dan quiz, usaha benur udang dll. Kembali sebagai Consultan IT di industri minyak dan gas (billing ratenya.....wah sebagai gambaran anak buah saya yg bule-bule di tahun 86 aja dibayarar US$500 sehari....lho ini iklan, surat lamaran atau sedang membahas masalah spiritual? Koq jadi bicaranya duniawi sekali...)

 

Apa yang membuat saya berubah?  Bagaimana proses pencerahan versi saya? Apa agenda saya?

 

Bersambung......

 

 

Hosted by www.Geocities.ws

1