-----
Original Message -----
From: Jusuf
Achmad To: Sent: Subject: Mengapa tidak layak menyatakan
orang lain dimurkai atau sesat? Surat-Kabar 01 Versi 2.1 - 1999-10-25 ISLAM Bahkan
mendoakan seseorang atau sekelompok orang (hanya pihak lain) untuk kembali
kejalan yang lurus atau benar-pun tidak layak. Surat
Al-Fatihah adalah intisari dari Al-Quran. Kalau seorang Muslim berdoa yang
isinya bertentangan dengan isi dari Al-Fatihah berarti menentang Al-Quran itu
sendiri. Tapi mudah-mudahan hanya karena tidak sadar dan belum ada yang
memperingatinya. Semoga Allah swt memaafkan kekeliruan-kekeliruan kita. Jadi
bagaimana kita mendoakan seseorang untuk kembali ke jalan yang benar? Apa
hubungannya dengan kedamaian? Bagaimana
dengan umat yang bertuhan banyak atau tidak beragama? Jika
kita perluas kata "kami" kepada seluruh mahluk berakal yang ada
Alam-Semesta ini, bukankah doa umat Islam ini dapat disebut Rahmat bagi
Alam-Semesta? Menyatu
dengan Alam Raya dengan damai apakah berarti kita juga dapat berdamai dengan
pemimpin kekuatan kegelapan yakni Iblis? Tapi
mengapa di jaman Rasulullah saw sendiri begitu banyak pertumpahan darah? Apakah
mungkin hanya dengan kekuatan doa kita dapat menuju kemenangan? Semoga
Tuhan senantiasa membimbing kita di jalan yang diridhai-Nya…bersambung…
Menyatu dengan Alam Semesta Secara Damai
Rahasia Surat Al-Fatihah
(Bagian-1)
Aku baca dengan nama Allah, Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam,
Maha Pemurah, Maha Penyayang.
Pemilik Hari Pembalasan.
Hanya Engkau kami sembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami pada jalan yang lurus;
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan atas mereka
yang dimurkai dan bukan pula yang sesat.
Adanya keraguan adalah tanda kehidupan, kepastian adalah tanda kematian.
Betapa hambarnya hidup ini jika segala sesuatunya di masa mendatang dapat kita
ketahui dengan pasti. Bagaikan menonton suatu tanyangan drama yang sudah kita
ketahui detail jalan ceritanya. Sangat tidak menarik, tiada kejutan, tiada
harapan, yang ada hanya waktu terlewat yang membosankan. Tahukah anda bahwa
unsur keraguan adalah karunia yang paling besar yang diberikan oleh Sang
Pencipta alam raya ini. Jika kehidupan ini suatu kepastian, sangat malanglah
kita ini. Kita akan berada di suatu panggung sandiwara yang sangat tidak lucu.
Semua bermain menurut skrip dan arahan sutradara, sangat membosankan.
Ketahuilah unsur keraguan itu adalah sumber kehidupan, sumber harapan. Indahnya
hidup ini karena ada harapan. Harapan hari esok akan lebih baik dari hari ini.
Namun andai kita tahu hari esok pasti lebih baik dari hari ini, untuk apa kita
berdoa dan berusaha. Jangan sangka di alam nanti tidak ada unsur keraguan.
Jangan sekali-kali menyangka demikian, karena jika demikian kita akan menemui
kematian bukan kehidupan abadi. Mengapa demikian? Karena kita bukan Tuhan,
hanya Tuhan yang memiliki kepastian, yang memiliki kebenaran mutlak.
---------------------------------------------------------------------------------
Mengapa tidak layak menyatakan orang lain dimurkai atau sesat?
Jawabannya sederhana saja. Karena sebagai umat Islam kita senantiasa diajarkan
berdoa terutama dalam salat agar ditunjuki jalan yang lurus oleh-Nya, bukan
jalan yang dimurkai maupun yang sesat, maka logikanya setiap umat Islam ada
kemungkinan di jalan yang tidak lurus, dimurkai maupun sesat. Berarti kalau
seorang Muslim menyatakan kepada pihak lain tidak berada di jalan yang lurus
berarti logikanya ia sudah berada di jalan yang lurus. Jadi apa perlu ia baca
Al-Fatihah atau lebih extrem lagi apa perlunya ia salat, karena disitu dia
minta ditunjuki jalan yang lurus. Jadi apa dia merasa lebih dari Rasulullah saw
sendiri yang tetap melakukan salat sampai akhir hayatnya?
Mudah saja. Waktu kita membaca Surah Al-Fatihah asosiasikan kata
"kami" dengan seseorang, sekelompok orang bahkan yang terbaik seluruh
umat manusia termasuk diri-sendiri. Jadi di sini kita mendoakan diri-sendiri
dan seluruh umat manusia untuk ditunjuki-Nya jalan yang lurus, jalan
orang-orang yang telah Dia beri nikmat, bukan jalan yang dimurkai maupun yang
sesat. Lebih jauh lagi kita juga sekaligus mendoakan seluruh umat manusia ke
arah Tauhid, Tuhan yang Satu (ayat 2 dan 5). Doa apapun sebisa-bisanya bukan
hanya untuk kebaikan diri-sendiri, karena doa semacam ini mengandung ke-AKU-an
atau selfishness, hanya mementingkan diri-sendiri.
Dengan berdoa dan bersikap seperti di atas kita menganggap sesama manusia
mempunyai kedudukan yang sama di mata Tuhan, sama-sama kemungkinan tergelincir.
Jadi tidak merasa diri kitalah yang tanpa cacat, paling benar, pihak lain tidak
mempunyai kebenaran apapun. Kalau ini sikap kita jangankan kedamaian sesama
kaum Muslim, dengan pengikut agama lainpun kita dapat berdamai.
Dalam ayat 2 dan 5 pada dasarnya kita mengajak / menghimbau diri-sendiri dan
sebaiknya juga termasuk kepada seluruh umat manusia kearah Tauhid. Pernyataan
ke-Esa-an Tuhan di mulut saja tidak cukup. Tidak disadari kita sering menganak
tuhan-kan pihak lain bahkan meng-tuhan diri sendiri. Jadi tanpa disadari kita
berlaku seperti seorang atheist yang mengandalkan kemampuan diri atau pihak
lain, bukan Tuhan sebagai gantungan utama; menyembah selain Tuhan (materi,
penguasa, kedudukan, uang, hawa nafsu, dll); menganggap yang ada di tangan kita
(harta, waktu, ilmu, istri, anak, dll) mutlak milik kita sendiri; dan
menganggap diri patut mendapat pujian. Jika hal ini sering terjadi pada
diri-sendiri mengapa kita tidak bisa berdamai dengan mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan atau percaya kepada lebih dari satu tuhan?
Ya, memang
demikian. Apalagi kalau kita dapat mengajak semua umat manusia yang
bermilyar-milyar dari pelbagai kepercayaan untuk melakukan hal yang sama.
Rasulullah saw sebagai "Rahmatan lil alamin" menjadi kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri, bukan hanya membawa kedamaian di bumi tapi juga untuk
Semesta-Alam.
Damai dengan Iblis dan kekuatan kegelapan yang ada di bumi maksudnya
setidak-tidaknya kita dapat respek kepada mereka, karena mereka mahluk Tuhan
juga. Prasangka negatif kepada mereka akhirnya akan kembali kepada penciptanya
sendiri bukan? Waktu Adam diciptakan Tuhan, para Malaikat semuanya mendukung
maksud penciptaanya kecuali Iblis yang berketetapan akan menggoda Adam dan anak
cucunya dari segala arah hingga hari Kiamat. Kalau kita pikir lebih jauh tanpa
suatu tantangan anak cucu Adam ini tidak akan ada kemajuan di bidang apapun.
Jadi sebenarnya Iblis mendukung rencana Tuhan juga dengan memberikan tantangan.
Jadi semacam sparing-partner atau lawan tanding bagi seorang petinju. Lawan
kita sebenarnya adalah hawa nafsu kita sendiri (Jihad Akbar). Jika Iblis ingin
menggagalkan rencana Tuhan seharusnya ia dan kawan-kawannya mogok kerja. Allahu
Akbar, segala puji hanya bagi-Nya, hal yang sepertinya negatif sebenarnya
positif, Maha Suci Ia dari segala kelemahan.
Harus diingat bahwa jika kekuatan cahaya kebenaran turun ke dunia, kekuatan
kegelapan juga turun untuk mengimbanginya. Iblis akan merasa tidak diperlakukan
dengan adil jika pihaknya tidak boleh menurunkan kekuatan kegelapan yang sama
kuatnya. Waktu Nabi Adam as "turun" kedunia dalam segala
kesahajaannya begitu pula kekuatan kegelapan mengimbanginya. Waktu Rasulullah
saw "turun" ke bumi dengan cahaya yang sangat terang begitu pula
kekuatan kegelapan turun menandinginya. Jadi tidak aneh jika kekuatan kegelapan
begitu kuatnya memprovokasi Rasulullah saw dan para sahabat serta para
Khalifahnya agar pesan Kedamaian, Islam Sejati, yang disampaikan oleh mereka
menjadi kabur, tenggelam dalam pertumpahan darah. Patut diingat pula bahwa
kekuatan kegelapan itu ada juga diantara orang-orang yang menamakan diri mereka
orang Islam. Motto mereka tidak aneh kedengaran dijaman sekarang: if you can
not beat them join them, jika tidak bisa mengalahkan maka bergabung saja, lalu
menggrogoti dari dalam.
Jika kita berdoa dengan sikap seperti di atas tentunya akan terjadi sinergi
atau dampak yang luar biasa, karena sesama umat manusia dari pelbagai keyakinan
tidak lagi saling menghujat tapi saling mendoakan untuk mendapat kedekatan
dengan Tuhan. Lebih dari itu karena kita tidak merasa yang paling benar, karena
kebenaran hakiki hanya ada pada Tuhan, maka Tuhan akan membukakan kepada kita
kebenaran yang tidak pernah kita lihat sebelumnya. Keangkuhan kita sendiri yang
membuat tabir hingga cahaya yang lebih terang tidak dapat terlihat. Jika Tuhan
sudah berpihak kepada kita, kekuatan apapun dapat kita hadapi. Nur Tuhan akan
turun kepada kita untuk mengalahkan kegelapan. Insya Allah.