Guruku Cintaku Oleh : Nur Armita (SMKN 1 Samarinda)
"Sejak
aku mengenal dirimu. Aku telah jatuh cinta. Cinta seorang anak remaja�. Mungkin
itulah puisi yang cocok buat Mimi. Seorang
gadis imut dengan tinggi 160 cm dan berat 50 kg itu masih belajar di kelas 1
SMU. Ia merasa gurunya itu dapat menghadirkan suatu kebahagiaan tersendiri baginya. Maklum, walaupun Mimi anak orang kaya namun ia tidak memperoleh kasih sayang yang seutuhnya dari kedua orang tuanya. Karena selama ini Mama dan Papa Mimi hanya sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. |
|
|
|
Sewaktu Pak Ahmad mengajar di kelas,
Mimi bukannya memperhatikan penjelasan yang diterangkan oleh Pak Ahmad. Ia
malah asyik menghayalkan �Andai Pak Ahmad
dapat menjadi milikku�. �Mimi.
Please you write the answer in the blackboard� �Apa
Pak !� Mimi tersentak, kaget dan tak tau harus menjawab apa. Karena ia tidak
memperhatikan pelajaran tersebut. Pak Ahmad tampak marah dan meminta
Mimi untuk keluar ruangan. Pelajaran hari itu pun berlangsung tanpa Mimi. **** Bel
istirahat berbunyi, seluruh siswa berlomba-lomba menuju kantin. Yuyun mendekati
Mimi yang sedang duduk di kursi depan kelas. �Mi.
Sebenarnya kamu kenapa sich ! Biasanya kamu itu paling semangat kalau ada pelajaran
Bahasa Inggris ?� �Aku juga enggak tau kenapa, mungkin
inilah yang dinamakan cinta� �Maksud kamu apa, aku enggak ngerti ?� �Aku rasa aku telah jatuh cinta sama�� �Sama siapa ? kasih tau dong !� pinta
Yuyun. �Sama Pak Ahmad� jawab Mimi singkat. �Astagfirullahhaladzim. Itukan enggak
pantas Mi. masa kamu menyintai seorang duda berusia 32 tahun tapi enggak punya
anak sich, yang tak lain adalah gurumu sendiri� jelas Yuyun panjang lebar. �Walau duda tapi kerenkan !� �Iih Mimi kamu itu serius apa bercanda
sich !� �Ya
seriuslah� Suasana hening sejenak. �Entahlah
Yun, aku bingung. Semakin aku mencoba untuk menghilangkan rasa itu maka semakin
besar pula rasa rindu di hatiku� �Gila
kamu !� �Biar
saja aku gila, asal aku bisa dapatin Pak Ahmad� �Siapa
yang mau jadian sama Pak Ahmad ?� tanya Lisa yang baru saja kembali dari
kantin. �Ada
deh ! yang pasti itu rahasia� sahut Mimi
sambil meningggalkan mereka menuju ke ruang kelas. �Tunggu kita dong
!� Mimi ternyata serius, ia benar-benar
telah jatuh cinta kepada Pak Ahmad. Ia meminta bantuan kepada teman-temannya.
Namun bukan bantuan yang diperolehnya melainkan ejekan yang pahit dan
menyakitkan. Perjuangan cinta Mimi tampaknya tidak mudah. Banyak sekali rintangan yang
harus dihadapinya. Namun Mimi tidak mudah putus asa. Ia selalu berusaha untuk
mendapatkan cinta dari Pak Ahmad. Mimi pernah mengirimkan surat
pernyataan cintanya kepada Pak Ahmad. Namun pernyataan Mimi itu tidak mendapat
respon dari Pak Ahmad. Malah gara-gara surat itu Pak Ahmad sepertinya menghindar dari Mimi. Sebenarnya Pak Ahmad juga suka sama
Mimi. Tapi Pak Ahmad malu untuk mengakui itu. Merasa cintanya tak berbalas. Mimi
sekarang sudah berbeda dengan Mimi yang dulu. Ia lebih sering sendiri, baik itu
di rumah ataupun di Sekolah. Nilai beberapa pelajarannya turun drastis. Mengetahui hal tersebut, Bu Sonya wali
kelas Mimi memberi arahan kepada Mimi supaya lebih konsentrasi terhadap
pelajaran kalaupun ia memiliki permasalan pribadi, mak Bu Sonya siap untuk
menjadi teman curhatnya Mimi. Dengan ragu Mimi menceritakan semua
permasalahan yang sedang dihadapinya. Ia menceritakan hubungannya dengan kedua
orang tuanya serta ia mengakui bahwa ia telah jatuh cinta kepada Pak Ahmad. Alangkah kagetnya Bu Sonya mendengar
hal itu. �Mimi.
Apa benar yang kamu katakan itu� �Iya
Bu. Tapi Mimi rasa Pak Ahmad hanya kasihan sama Mimii. Soalnya Pak Ahmad tau
kalau Mimi kurang perhaitan dari Papa dan Mama Mimi� Bu Sonya meminta Mimi untuk
membicarakan hali ini dengan kedua orang tuanya. Karena Bu Sonya yakin bahwa
kedua orang tua Mimi dapat memahami hal itu. **** �Ma,
Papa perhatikan akhir-akhir ini Mimi jarang keluar rumah.padahal biasanya Mimi
itu paling hoby yang namanya jalan-jalan� �Entahlah
Pa. Mama juga enggak tau kenapa, sudah bosan kali� jawab Mama sambil menuangkan
teh manis ke cangkir Papa. Mimi menghampiri kedua orang tuanya
itu. Mereka sedang duduk di beranda
depan rumah. �Pa,
Ma ada yang mau Mimi omongin � �Ada
apa Mi ?� �Sebenarnya
beberapa hari ini Mimi sedang patah hati� �Patah
hati sama siapa Mi ? kamu kok enggak pernah cerita sama Mama atau Papa� �Bagaimana
Mimi mau cerita sama Mama atau Papa. Kalu selama ini Mama dan Papa jarang ada
di rumah, jarang perhatiin Mimi dan � Mimi sedih. Mama dan Papa yang menyadari hal
tersebut hanya bisa meminta maaf dan berjanji akan memberikan apapun yang Mimi
inginkan termasuk kasih sayang yang seutuhnya dari mereka karena Mimi adalah
anak samata wayang. Mama memeluk Mimi. �Mimi
sebenarnya kamu itu patah hati sama siapa sich ! � �Sebenarnya
Mimi malu untuk bilamng sama Mama dan Papa. Soalnya�� �Kenapa
sayang ?� �Karena
lelaki itu adalah guru Mimi sendiri� Alangkah kagetnya mereka mendengar hal
itu. Mereka tak tau harus berbuat apa supaya Mimi dapat bahagia. Dan hari itu
tanpa rasa ragu Mimi menceritakan permasalahannya itu kepada Mama dan Papa. Sejak hari itu Mimi mendapatkan kasih
sayang dari kedua orang tuanya. **** Tanpa disangka-sangka, saat Mimi
sedang ngobrol dengan teman-temannya. Pak Ahmad datang menghampiri mereka. �Mimi
nanti kamu ke ruangan saya� Mimi kaget. Sempat tersirat di
batinnya apakah �Apakah Pak Ahmad akan menanyakan masalah suratnya itu�. Dengan mengumpulkan seluruh tenaga dan
memusatkan seluruh pikiran. Mimi memberanikan diri untuk menemui Pak Ahmad. Tok�tok�tok. Mimi mengetuk pintu
ruangan Pak Ahmad. �Masuk�
Pak Ahmad menyuruh Mimi masuk dam mempersilahkannya untuk duduk. �Mimi.
Sebenarnya maksud Bapak memanggil kamu adalah . bapak ingin membicarakan
tentang surat kamu � �Maaf
Pak� �Mimi.
Sebenarnya Bapaklah yang seharusnya minta maaf sama kamu, soalnya bapak tidak
membalas suratmu itu� �Mimi.
Apa kamu tidak malu kalau nanti kamu menjalin hubungan yang serius dengan Bapak
?� Mimi
tersentak mendengar pertanyaan Pak Ahmad, apa maksud dari pertanyaan itu?,
apakah Pak Ahmad sedang mempermainkan dirinya, atau justru Mimi yang dianggap
mempermainkannya?.
Last Update: Copyright�2000, Guruvalah Inc. All Rights Reserved |
|