Beda Sarai Dengan Sara


Beda Sarai Dengan Sara ? Banyak !

(Kejadian 17:15-16)

Selanjutnya Allah berfirman kepada Abraham: "Tentang isterimu Sarai, janganlah engkau menyebut dia lagi Sarai, tetapi Sara, itulah namanya. Aku akan memberkatinya, dan dari padanya juga Aku akan memberikan kepadamu seorang anak laki-laki, bahkan Aku akan memberkatinya, sehingga ia menjadi ibu bangsa-bangsa; raja-raja bangsa-bangsa akan lahir dari padanya."  Kejadian 17:15-16

Dulu saya sering berpikir mengapa Tuhan mengganti nama Sarai menjadi Sara (Kejadian 17:15). Maksud saya, mengapa harus diganti. Sempat saya berpikir bahwa penggantian nama Sarai menjadi Sara hanyalah untuk mengimbangi Abram saja yang namanya juga diganti menjadi Abraham seperti tertulis di Kitab Kejadian 17:5. Tetapi rupanya ada perbedaan yang sangat banyak antara Sarai dan Sara.

Pertama - tama kita melihat dahulu bahwa Abraham adalah figur seseorang yang tidak punya bakat memimpin. Berulang kali kita melihat ketidak sanggupan Abraham dalam mengambil keputusan. Pertama - tama ketika Abraham dipanggil keluar dari Ur - Kasdim, justru Terah yang dituliskan membawa Abraham keluar. Padahal sebagai pemegang visi / janji Allah maka seharusnya Abraham yang memimpin Terah keluar (Kejadian 11:31). Demikian pula di saat - saat lain, yang saya yakin dapat dengan mudah anda dapatkan tertulis di Kitab Kejadian, dimana Abraham berlaku tidak "gentlemen". Yang anda tahu pasti tentunya adalah ketika menyerahkan Hagar ke dalam kewenangan Sarai sehingga Sarai menindas Hagar sampai Hagar melarikan diri (Kejadian 16:6).

Menurut catatan kaki (footnote) dari Software Sabda, dituliskan bahwa Sara berarti Putri dalam artian Ibu Bangsa - Bangsa sebagaimana Abraham adalah Bapak Bangsa - Bangsa. Tetapi rupanya artinya jauh lebih dalam daripada itu, bahkan kalau boleh saya simpulkan, Sabda gagal menangkap inti daripada nama Sara.

Sarai dalam bahasa Ibrani berasal dari kata Sar yang berarti pemimpin (wanita) dalam segala tingkatan, jadi bisa berarti Ratu, Kapten, Jendral, Gubernur, Tuan atau penguasa wanita lainnya. Sementara Sara berasal dari kata Sara yang berarti Permaisuri, Bangsawan wanita atau gelar kehormatan wanita lainnya. Jadi beda dari kata Sarai dan Sara sangatlah kontras. Sara sama sekali tidak mengandung arti otoritas seperti dalam kata Sarai, melainkan sangat kental dengan semangat pengabdian kepada sang suami. Jadi saya menyimpulkan bahwa Tuhan ingin Sarai untuk berhenti berkuasa dan menyerahkan kekuasaan dalam rumah tangga kepada suaminya sekaligus mengajarkan Sarai untuk mengabdi kepada suaminya, Abraham. Inilah arti terdasar dari perbedaan antara "Ratu" dan "Permaisuri".

Dalam pengalaman saya melayani, sering saya jumpai para istri yang tidak menundukkan diri pada suaminya dan itu sungguh mendatangkan kutuk bagi seluruh keluarga. Bahkan sampai anak - anak merekapun bisa menjadi korban. Saya teringat akan sebuah keluarga yang tidak dikarunia anak sampai beberapa tahun pernikahan mereka. Rupanya melalui sebuah konseling, disimpulkan bahwa sang suami takut kepada sang istri karena status sosial istri yang lebih tinggi. Rasa takut ini diterjemahkan sebagai ketidak becusan sang suami dalam memimpin keluarga sehingga sang istri mengambil alih posisi kepala rumah tangga. Akhirnya, mungkin demi kebahagiaan sang bayi, pasangan ini urung Tuhan karuniai seorang anak sampai sang istri mau tunduk kepada sang suami dan tentu saja ini bukan perkara mudah mengingat betapa mindernya sang suami kepada sang istri.

Menjadi pemimpin adalah sebuah tanggung jawab dan sekaligus sebuah kebanggaan yang besar. Wanita yang menempati posisi sebagai seorang pemimpin perlu bangga dan bersyukur akan tanggung jawab ini. Meskipun demikian posisi seorang wanita di dalam keluarga Kristiani yang harmonis tidaklah pernah sebagai seorang Sarai, melainkan selalu menjadi seorang Sara. Dan rupanya memang peranan seorang Sara dalam kehidupan rumah tangga sangatlah penting. Perhatikan bagaimana Abraham tidak pernah berlaku "gentlemen" sampai Sarai berubah menjadi Sara. Jadi rupanya istri yang berkenan dihadapan Tuhan juga mempengaruhi pertumbuhan rohani suaminya. Sebagaimana tertulis di ayat - ayat Perjanjian Baru di bawah ini.

Kolose 3:18 Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. 

Ibrani 13:17 Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu.

Bila seorang istri menjadi Sara dengan sukarela dan dengan sukacita, maka bukan hanya mendatangkan keuntungan bagi sang istri, tetapi mendatangkan berkat bagi seluruh keluarganya.

 

In Him,

Sugeng Wiguno

 

 
 

Firman Tuhan dari Alkitab versi Lembaga Alkitab Indonesia Terjemahan Baru yang tersedia dari software Sabda.

Kembali ke Halaman Utama

Return to Main Page

About Galaxy WEBAdvertising Info Submit a Page
©2000 Galaxy M:318

Hosted by www.Geocities.ws

1