Teman2
Orang Kristen harus dibaptis
seperti Yesus Kristus.
"Sesudah
dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan la melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke
atasNya."( Mat 3:16 )
Ayat
Acuan :
Roma 6:1-5
a. Melalui
pembaptisan Yesus, marilah kita mempelajari tentang makna dan
pentingnya baptisan selam, seperti yang dilakukan Yohanes
Pembaptis
( bukan Rasul Yohanes yang nulis Injil Yohanes, Surat Yohanes I,
II, III dan Kitab Wahyu )
b. Meskipun
Yesus Anak Allah, la dibaptis sebagaimana kita orang berdosa yang
harus dibaptis.
c. Marilah
kita mempelajari tentang kerendahan hati Yesus.
Di
padang gurun, Yohanes Pembaptis berteriak menyampaikan berita Ilahi
yang diamanatkan Allah melalui dirinya, "Bertobatlah karena
kerajaan surga sudah dekat." Di samping itu, ia juga membaptis
orang banyak di Sungai Yordan.
Sesudah
menjalani kehidupan pribadi-Nya selama tiga puluh tahun di Galilea,
Yesus datang ke Sungai Yordan dengan tujuan dibaptis. Sesudah melihat
bahwa Yesus siap dibaptis, Yohanes Pembaptis cepat-cepat menolak
sambil berkata,
"Akulah
yang seharusnya Engkau
baptis. Tetapi kini ternyata
justru Engkau yang meminta supaya aku baptis?"
Tetapi
Yesus menjawab,
"Biarlah
ha1 itu terjadi, karena demikian
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah" (Matius
3:15).
Ia
kemudian menawarkan diriNya agar dibaptiskan oleh Yohanes.
Ketika
Yesus dibaptis sebagaimana orang-orang yang lain, dan sementara
dibaptis, la pun berdoa. Tiba-tiba langit pun terbuka dan Roh Kudus
turun ke atas diri-Nya seperti seekor burung merpati (Lukas 3:21).
Melalui baptisan Yesus, kita dapat belajar beberapa hal yang diajarkan
Allah.
Persiapan
sebelum Melayani Orang Banyak
Sebelum
melayani orang banyak, Tuhan Yesus menerima baptisan air yang
dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.
Tentu
saja Yesus Kristus tidak mengenal dosa, dan Ia tidak melakukan suatu
dosa pun. Ia tidak bercacat cela, namun menerima baptisan pertobatan
sebagaimana yang kita terima sebagai orang berdosa. Tujuannya ialah
supaya Yesus dapat menebus manusia dari dosa.
Dengan
kasih itulah Allah mengasihi kita. Baptisan Yesus itu mengajarkan hal
yang berikut kepada kita: Pada waktu bertobat, kita pun harus dibaptis
sebagai suatu tanda atau kesaksian kepada dunia, bahwa kita
betul-betul menyesali kehidupan lama yang berdosa, dan bersedia untuk
menghasilkan buah pertobatan.
Turun
ke dalam air berarti penguburan
total manusia lama
bersama dosa-dosa kita. Keluar dari dalam air melambangkan kehidupan
baru yang tidak ubahnya bagaikan suatu kebangkitan. Itu juga merupakan
suatu pernyataan bahwa kita telah dilahirkan kembali, dan kini menjadi
suatu ciptaan baru. Inilah yang diajarkan Paulus dalam Roma 6:3,4,
"Atau
tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam
Kristus, telah dibaptis dalam
kematianNya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama
dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus
telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa,
demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.”
Marilah
kita mengingat bahwa bahkan Tuhan Yesus sekalipun dibaptis seperti
layaknya seorang manusia berdosa yang telah ditebus. Apalagi kita,
betapa lebih lagi bahwa sebagai manusia berdosa kita harus bertobat
dari dosa-dosa kita.
Marilah
kita menyalibkan ketamakan dan hawa nafsu manusia lama kita, dan
menghayati kehidupan yang baru, yaitu kehidupan yang dibangkitkan.
Marilah kita memiliki pengalaman iman itu.
Tuhan
Yesus Berdoa
Pada
saat dibaptis Tuhan Yesus berdoa, itulah yang dicatat dalam Lukas
3:21. Baptisan Yohanes adalah "baptisan sebagai tanda pertobatan
dari dosa” (Matius 3:1-12). Sebelum dibaptis, Yesus tidak perlu
memanjatkan doa pertobatan dari dosa, karena Ia tidak pernah melakukan
suatu dosa apa pun dan tidak mengenal dosa (Ibrani 4:15; I Yohanes
3:5). Walau demikian, Yesus berdoa sewaktu dibaptis untuk memberikan
sebuah teladan yang perlu kita contoh.
Melalui
doa dan puasa, Tuhan Yesus mengusir roh Jahat. Ia sering berdoa
semalam suntuk, dan berdoa di atas gunung (Lukas 6:12). Sebelum
memilih para murid-Nya, la berdoa (Lukas 6:13). Ia berdoa seorang
diri, dan juga bersama dengan para murid-Nya (Lukas 5:16; 9:18, 28)
Sebelum
la mati disalib untuk menjadi kurban dosa demi menyelamatkan kita, Ia
berdoa di Taman Getsemani sehingga peluh-Nya yang kental menetes
bagaikan darah. (Matius 26:36-42). Alkitab menunjukkan bahwa segenap
kehidupan Yesus adalah sebuah kehidupan doa.
Demikian
juga, kita pun harus senantiasa berdoa (Lukas 2:37); 18:1; I
Tesalonika 5:17). Kita harus selalu berdoa dalam Roh Kudus yang
senantiasa menolong kita (Efesus 6:18). Terutama kita pun harus
senantiasa berjaga-jaga dan bersungguhsungguh, agar kita jangan
sampai terjatuh ke dalam godaan, dan iman kita gagal (I Petrus 4:7).
Selama kita masih bernafas, kita harus berdoa kepada Allah (Mazmur
116:2).
Anak
Allah yang sebenarnya sama sekali tidak mengenal dosa ternyata
menerima "baptisan pertobatan" yang dilaksanakan oleh
Yohanes Pembaptis.
Fakta
itu menunjukkan bahwa Yesus yang datang di dalam daging atau menjelma
sebagai manusia (Roma 8:3), lebih dahulu telah menyucikan diri-Nya
sebelum la menyucikan kita (Yohanes 17:19).
Pada
saat Yesus telah selesai dibaptis dan keluar dari dalam air, langit
terbuka, dan Roh Kudus turun seperti seekor burung merpati di atas
Yesus. Bersama dengan itu, kedengaranlah suara Allah,
"Inilah
Anak-Ku yang Kukasihi. KepadaNyalah Aku berkenan" (Matius
3:17).
Di
sini kita menemukan sesuatu yang sangat penting maknanya. Yang pertama
ialah bahwa sebelum memuIai pelayanan-Nya bagi orang banyak, Yesus
lebih dahulu menerima baptisan air. Kedua, sewaktu la dibaptis, karya
Allah Tritunggal sangat jelas manifestasinya-Roh Kudus turun di atas
Yesus dan Allah Bapa sendiri memberi pengesahan bahwa Yesus adalah
salah satu pribadi Allah Tritunggal dan juga Yesus adalah Anak Allah.
Ketiga,
sebagaimana surga terbuka dan Rob Kudus turun di atas Yesus pada waktu
la sedang dibaptis dan pada waktu la berdoa, maka kitapun orang-orang
percaya juga akan menerima jawaban doa-doa dari Bapa Surgawi kita.
‘Tempat
ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya
mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di
sekitar sini' (Markus
6:35, 36).
Mendengar
usulan itu, Tuhan Yesus menjawab;
"Kamu
harus memberi mereka makan!"
Tuhan
Yesus dapat berkata demikian karena la memiliki jalan keluar dari
persoalan rumit itu.
Kini,
marilah kita melihat perbedaan iman Andreas dan Filipus pada saat
mereka menghadapi persoalan yang sama dan juga memerlukan sebuah
pemecahan.
Sekarang
ini keadaannya sama saja. Yesus mau menolong bila kita terjerumus ke
dalam persoalan. Kepada Anda Yesus tidak berkata, "Bereskan
sendiri saja persoalanmu." la menghendaki agar persoalan itu kita
bawa kepada-Nya. Dengan demikian kita dapat memperoleh jawaban dari
Dia, dan mengalami berkat-berkat-Nya yang melimpah.
Kita
juga harus memiliki iman yang teguh bahwa kalau persoalan itu kita
bawa kepadaNya, Ia tidak akan gagal menyelesaikannya. Di
samping itu, kita pun harus
menanam benih iman kita. Itu untuk membuktikan secara lahiriah bahwa
kita betul-betul bersandar dan percaya kepada-Nya.
Perbedaan
antara Iman Filipus dan Andreas
Melalui
mujizat 5 ketul roti dan 2 ekor ikan itu, kita dapat membandingkan
tingkatan iman Filipus dan Andreas yang berbeda. Keduanya adalah
murid Yesus. Keduanya menghadapi persoalan yang sama di padang gurun
itu, dan juga sama-sama memerlukan suatu pemecahan. Namun, iman
Filipus tidak dapat menghasilkan suatu mujizat pun, sementara iman
Andreas berhasil mewujudkannya.
Untuk
menguji Filipus, Yesus mengajukan sebuah pertanyaan,
"Di
manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?"
Walaupun
sebenarnya Filipus sudah sering mengalami kuasa dan mujizat Yesus,
namun imannya masih tetap dalam taraf memperhitungkan segala sesuatu,
dan bersifat ilmiah. Jadi ketika Filipus mengangkat matanya, dan mulai
menyadari banyaknya orang yang hadir, ia pun mulai menghitung-hitung
dan menyodorkan perkiraannya kepada Yesus;
"Roti
seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka semua, sekalipun
masing-masing mendapat sepotong kecil saja."
Dinar
adalah mata uang Romawi yang berlaku pada saat itu. Satu dinar adalah
gaji seorang pekerja atau tentara Romawi selama satu hari. Dengan kata
lain, gaji seseorang selama dua ratus hari masih tidak cukup untuk
memberi makan orang sebanyak itu.
Filipus
hanya mengetahui fakta bahwa baik dirinya maupun orang banyak yang
lapar itu tidak mempunyai jumlah uang sebanyak itu, maka ia melaporkan
kepada Yesus; "Aku tidak bisa memberi mereka makan. " Atau
seolah-olah ia mencibir, "Itu suatu hal yang mustahil
dilaksanakan." Perhitungannya tepat dan memang secara ilmiah,
namun sama sekali tidak menolong dalam menghasilkan iman yang dapat
membuat Yesus mengadakan mujizat. Iman Filipus tidak dapat
menghasilkan jalan keluar bagi orang banyak yang lapar itu.
Tetapi,
di padang yang sama dan di bawah tekanan krisis yang sama, ada seorang
murid Yesus yang lain yang bernama Andreas. Ia percaya bahwa di tempat
itu Yesus dapat mengadakan mujizat. Andreas ingin menunjukkan
imannya, dan ia berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan suatu benih
iman yang dapat ditanamnya. Akhirnya la menemukan seorang pemuda cilik
yang membawa bekal makan siang yang terdiri dari 5 ketul roti dan 2
ekor ikan kecil-kecil.
Andreas
membawa bekal itu kepada Yesus, "Tuhan, ini tidak akan cukup.
Tetapi aku percaya bahwa Engkau akan mengadakan suatu mujizat yang
besar." Yang dibawa Andreas itu hanyalah bagaikan sebiji benih
yang kecil sekali, tetapi Yesus menerima apa yang diserahkan
kepada-Nya. Ia bersyukur kepada Allah, dan memecahkan roti itu. Karena
"benih iman" Andreas, maka setiap kali roti yang dipecahkan
itu menjadi semakin banyak, sehingga jumlah orang yang begitu
banyaknya itu mendapat makanan yang cukup. Demikian juga yang terjadi
dengan kedua ekor ikan kecil-kecil itu. Yesus menunjukkan suatu
mujizat lain pada saat Ia meminta para murid-Nya supaya mengumpulkan
keIebihan makanan yang ada. Mungkin tidak ada seorang pun yang menyangka
bahwa akan terdapat kelebihan
makanan. Tetapi ternyata sesudah dikumpulkan dan dihitung,
kelebihannya sampai berjumlah dua belas bakul penuh.
Kunci
keberhasilan dalam kehidupan kita terletak pada sikap kita.. Kita pun
mempunyai banyak persoalan yang harus diselesaikan. Sebab itu,
marilah kita memiliki sikap seperti Andreas jika menghadapi
persoalan-persoalan kita. Marilah kita selalu mengingat prinsip ini,
"kalau persoalanku aku bawa kepada Yesus, Ia selalu mempunyai
jalan keluarnya."
Pengurbanan
Anak laki-laki Kecil
Yang
berada di balik mujizat besar itu adalah adanya iman seorang anak
laki-laki kecil. Baginya, mengurbankan bekal makan siangnya yang
terdiri dari 5 ketul roti dan 2 ekor ikan tentulah sesuatu yang besar
artinya. Seperti orang-orang dewasa yang berada di sekelilingnya, anak
kecil yang sedang bertumbuh itu tentulah juga merasa sangat lapar pada
petang hari itu. Tetapi pada saat la mengurbankan jatah makanannya,
anak itu menanamkan benih iman. Pada saat Yesus memberkati benih iman
yang kecil itu, mujizat pelipatgandaan makanan yang cukup untuk 5.000
orang itu pun terjadilah. Bahkan kelebihannya sampai mencapai dua
belas bakul penuh.
Kebenaran-sejati
lain yang perlu dipelajari dan dihayati adalah perintah Yesus kepada
para murid-Nya agar secara seksama mengumpulkan kelebihan makanan yang
ada. Berkat Allah yang diberikan kepada kita tidak pernah dimaksudkan
agar kita boroskan atau sia-siakan. Kita harus memperlakukan
sebaik-baiknya berkat yang diberikan Allah. Kita harus membagikannya
kepada orang-orang lain yang memerlukan. Segala sesuatu yang telah
dijadikan atau dikerjakan Allah bagi kita tidak boleh diboroskan.
Renungan
:
1. Sekalipun
dihimpit oleh permasalahan yang kelihatannya mustahil dapat
dipecahkan, marilah kita selalu mempertahankan sikap yang positif
seperti Andreas. Andreas mengajarkan pada kita bahwa kita memiliki
Yesus yang selalu dapat mengadakan mujizat dalam kehidupan kita. Dalam
keadaan hidup yang bagaimanapun, marilah kita hidup secara positif,
dan bertindak dalam iman.
2. Seperti
anak laki-laki kecil yang mengurbankan makanannya itu, marilah kita
memberikan dengan penuh sukacita apa yang kita miliki kepada Yesus.
Jika kita mau menabur benih, kita akan menuai kehidupan yang melimpah
sesuai dengan apa yang sudah kita tabur.
Sumber
:
Pelayanan
Tuhan Yesus ini disarikan dari "The
Home Cell Group Study Guide - Vol. I
"
Kata Pengantar :
This book presents in detail the form and method for the cell
worship services which are held by the cells of Yoido Full Gospel
Church
Since
a year is made up of 52 weeks, the book contains 52 worship services
for a year. This book carefully outlines the actual worship services
which are held in the cells.
A
passage from the Bible and a memory verse are given, followed by the
message which the cell members should gain from that particular
passage.
Each
weekly worship service unit contains leading question's which
challenge the participants to think and ponder on the message of the
passage. The main message of each study unit is organized- requiring
the participants in the
worship service to find
variour passages throughout the Bible. Afterwards, the main idea of
the weekly unit is once again emphasized through closing questions.
Each
lesson closes with an application section which teaches the
participants how to apply the week's lesson to their actual lives.
Also, the application section helps lead the participants to open up
to one another and have close fellowship based on the main lesson.
Should
this guide be followed by a church in the establishment and conduct of
cells, cell members will experience a great maturation of their faith,
helping them to be power-filled Christian, which in turn will support
greater church growth.
Prepared
by :
Bambang
Wiyono
HP:
0812 327 3886
(bahasa
Indonesia )
(
bahasa Inggris)