The Importance of
Making the Right Decisions
(Pentingnya Membuat Keputusan yang Benar)
Oleh Theo Wolmarans
Kejadian 12:1
Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pergilah dari
negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah
bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu.”
Tuhan memberi Abraham 4
perintah:
1. Tinggalkan negerimu
2. Tinggalkan orang-orangmu
3. Tinggalkan sanak saudaramu dan bapamu
4. Pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan
kepadamu
Abraham hanya mematuhi dua dari empat perintah ini.
Yang duanya lagi tidak ia patuhi.
Tuhan mengatakan pada ayat
yang kedua:
Kejadian 12:2
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar,
dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur;
dan engkau akan menjadi berkat.
Kejadian 12:3
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati
engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk
engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan
mendapat berkat.
Adalah hal yang indah
mengetahui bahwa Yesus Kristus telah menanggung
kutukan kita, dan sekarang berkat tersebut telah
menjadi milik kita.
Judul artikel ini
adalah “Pentingnya Membuat Keputusan yang
Benar.” Setiap keputusan yang kita
buat mempunyai harga yang terlampir. Setiap
keputusan ada harganya.
Kita tidak tahu
apakah keputusan tersebut akan membawa kita kepada
kemakmuran dan keberhasilan atau menyebabkan kita
kekurangan dan gagal. Satu hal yang pasti;
setiap keputusan mempunyai harga sendiri-sendiri.
Abraham
diperintahkan untuk meninggalkan sanak saudaranya
dan mengikuti rencana Tuhan atas kehidupannya.
Tuhan memiliki suatu rencana bagi kehidupanmu.
Tuhan memiliki suatu
rencana bagi kehidupan saya. Ia memiliki
rencana untuk memberkati kita dan memakai kita
secara luar biasa bagiNya. Keberhasilan
rencana tersebut tergantung pada kita, apakah kita
mengikuti rencanaNya.
Rencana Tuhan adalah
suatu berkat, tetapi tidak ada jaminan bahwa rencana
kita juga merupakan berkat.
Abraham mengajak
ayahnya, Terah, dan keponakannya, Lot, untuk
menemaninya di dalam perjalanannya. Padahal ia
diperintahkan untuk meninggalkan mereka.
Mereka sedang berada
di tengah-tengah perjalanan, kemudian mereka
berhenti di suatu tempat bernama Haran. Mereka
tinggal di Haran selama lima tahun. Itu juga
bukan seperti yang diperintahkan Tuhan.
Ketika Terah, ayah
Abraham, meninggal, lalu mereka kembali melanjutkan
perjalanannya menuju tanah perjanjian Kanaan. Mereka
sudah terlambat selama lima tahun.
Akhirnya, ketika
mereka sampai disana, bencana kelaparan sedang
menimpa Kanaan. Jika Abraham bersiap-siap
sebelumnya, ia akan mampu mengatasi bencana
tersebut.
Jika ia telah pergi
ke tanah tersebut lima tahun yang lalu, ia pasti
telah mengerti situasi negara tersebut, dan
ternaknya akan baik-baik saja.
Karena ia tidak tahu
bagaimana cara mengendalikan situasi tersebut, ia
harus pergi ke Sungai Nil di Mesir agar ternaknya
mendapatkan air untuk diminum.
Disanalah Sara
menemukan Hagar dan membeli Hagar, seorang wanita
Mesir, untuk dijadikan budaknya. Kita semua
tahu apa yang terjadi pada Hagar.
Sara berpikir ia
dapat membantu Tuhan dengan memiliki anak yang telah
dijanjikan tersebut melalui Hagar. Sara
memberikan Hagar kepada Abraham untuk menjadi
istrinya dan Ismailpun lahir.
Ismail menjadi bapa
dari bangsa Arab dan keturunan Ismail. Ingatlah
bahwa para pedagang dari keturunan Ismaillah yang
menjual Yusuf.
Sekarang, akibatnya
dapat kita lihat di zaman kita, ribuan tahun
kemudian, kita terbagi-bagi dan berselisih. Hari-hari
ini anak-anak Ismail dan anak-anak Ishak berperang.
Banyak orang telah meninggal sia-sia seperti yang
kita baca di surat kabar setiap hari.
Harga dari sebuah
keputusan sungguh mahal. Jika Abraham hanya
sendirian saja meninggalkan negaranya dan ia tepat
waktu (seperti yang diperintahkan), maka hal-hal
semacam ini tidak akan terjadi.
Tragedi kedua adalah
Abraham membawa Lot bersamanya. Abraham
menjaga Lot demi saudaranya yang telah meninggal,
dan Lot hidup bersama-sama dengan Abraham.
Tuhan menyuruh Abraham untuk meninggalkan Lot.
Kemudian datang waktunya ketika pengikut Lot dan
pengikut Abraham menjadi begitu banyak sehingga
mereka tidak dapat tinggal bersama-sama lagi.
Abraham berkata
kepada Lot, “Pilihlah dimana kamu ingin tinggal.
Biarlah kita berpisah.”
Lot memandang Bukit
Yordan dan semuanya kelihatan indah dan hijau, maka
ia memilih untuk tinggal di sana, dekat dengan kota
Sodom.
Lot akhirnya menjadi penduduk kota Sodom.
Kita mengetahui apa yang terjadi, Tuhan menghukum
kota tersebut.
Api dan belerang
berjatuhan, dan rumah Lot beserta harta miliknya
terbakar. Lot beserta keluarganya harus lari
sebelum kota tersebut dihancurkan.
Istri Lot melihat ke
belakang, kepada apa yang ia tinggalkan dan apa yang
dibenci Tuhan. Iapun berubah menjadi tiang garam dan
mati.
Kedua anak perempuan
Lot meniduri ayahnya dan membuahkan anak yang
dinamai Moab dan Ben-Ami oleh ayahnya. Inilah
asal mula bani Moab dan bani Amon.
Dari situ kita
melihat harga dari hasil keputusan mereka.
Pilihan yang salah
dari sisi Abraham adalah ia membawa Lot bersamanya.
Pilihan yang salah dari Lot terjadi karena ia
memilih tempat yang salah untuk ditinggali. Ia tidak
menyadari bahwa ia akan kehilangan istrinya,
rumahnya, dan semua harta miliknya ketika ia membuat
keputusan tersebut.
Ia tidak mengetahui
bahwa kedua anak perempuannya akan menidurinya dan
bahwa dua bangsa akan lahir dan membawa kehancuran
bagi anak-anak Abraham.
Harga dari Sebuah
Keputusan.
Bacalah II Samuel 11:1:
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya
maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta
orang-orangnya dan seluruh bangsa orang Israel.
Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota
Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
II Samuel 11:2:
Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud
bangun dari tempat pembaringannya, lalu
berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak
kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan
sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.
Anda mungkin
berpikir mengapa perempuan tersebut mandi di tengah
kota. Ingatlah bahwa semua laki-laki sedang
pergi berperang. Perempuan tersebut tidak tahu
bahwa Sang Raja masih berada di dalam kota.
II Samuel 11:3:
Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan
itu dan orang berkata: ”Itu adalah Batsyeba binti
Eliam, istri Uria orang Het itu.”
Daud mengetahui
bahwa Batsyeba telah menikah, dan kemudian Daud
membuat suatu keputusan. Ia memanggil Batsyeba, dan
ketika Batsyeba datang ke istananya, ia menidurinya.
Kita melihat bahwa
Daud membuat kesalahan pertamanya karena ia
memutuskan untuk tidak ikut pergi berperang.
Itu adalah waktu bagi raja untuk pergi berperang,
dan Daud memilih untuk tidak pergi.
Kemudian ia membuat
kesalahan lainnya, yaitu ia meniduri istri orang
lain. Uria, suami Batsyeba, merupakan salah
seorang anak buah Daud yang berani dan perkasa. Ia
adalah seorang prajurit yang terus menerus
mempertaruhkan hidupnya demi Raja Daud.
Batsyeba mengandung,
dan ia mengirimkan berita tersebut kepada raja Daud
bahwa ia akan segera mempunyai anak. Daud memanggil
Uria dari medan perang dan berusaha membujuk Uria
agar pulang ke rumah untuk tidur bersama istrinya.
Uria menolak, dan
Daud menulis surat kepada Yoab, atasan Uria, dan
Daua mengatakan bahwa ia ingin agar Yoab menempatkan
Uria di garis depan dalam pertempuran tersebut.
Ia menyuruh Yoab agar menarik mundur pasukan lainnya
pada waktu pertempuran sedang memanas sehingga Uria
tewas.
Ia memberikan surat
tersebut kepada Uria agar diberikan kepada Yoab, dan
ketika Yoab membaca surat tersebut, ia menempatkan
Uria pada garis depan. Kemudian Yoab menyuruh
pasukannya mundur dan Uria mati bersama pasukan Daud
yang lainnya.
Kini Daud adalah
seorang pembunuh. Ia menyebabkan kematian
orang-orang pemberani yang mempertaruhkan hidupnya
demi Daud. Kita dapat melihat serangkaian keputusan
yang salah di sini:
1) Daud membuat keputusan yang salah dengan
tinggal di rumah.
2) Daud membuat keputusan yang salah dengan
meniduri wanita yang sudah bersuami dan mereka
melakukannya di luar nikah.
3) Daud membuat keputusan yang salah dengan
membunuhi orang-orang yang tak bersalah.
Jangan salah paham
terhadap saya, Daud memang adalah orang pilihan
Tuhan, seperti juga Abraham, tetapi mereka berdua
membuat kesalahan dan keputusan yang salah.
Di dalam hidup ini, apapun
keputusan yang kita buat akan berakibat sesuatu.
Kita dapat melihat buah keberhasilan dan kelimpahan
pada kehidupan Daud dan Abraham, tetapi kita juga
melihat buah yang buruk, yaitu adanya masalah dan
kekurangan pada kehidupan mereka akibat keputusan
yang salah.
Keduanya, buah yang baik
maupun yang buruk, tumbuh bersama dalam kebun yang
sama. Cukup menarik untuk dicatat bahwa
keputusan yang baik dan benih yang baik yang kita
tabur tidak akan menyingkirkan benih yang buruk.
Keduanya sama-sama menghasilkan buah.
Mari kita lihat II
Samuel 12:
Tuhan mengirim seorang nabi bernama Natan kepada
Daud:
II Samuel 12:1:
Tuhan mengutus Natan kepada Daud. Ia datang
kepada Daud dan berkata kepadanya: “Ada dua orang
dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain
miskin.
II Samuel 12:2-4:
Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan
lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa,
selain dari seekor anak domba betina yang kecil,
yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu
menjadi besar padanya bersama-sama dengan
anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari
pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang
anak perempuan baginya. Pada suatu waktu orang
kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang
mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya
untuk memasaknya bagi pengembara yang datang
kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba
betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi
orang yang datang kepadanya itu.”
Ketika Daud mendengar
cerita ini, nabi Natan menanyakan bagaimana pendapat
Daud.
II Samuel 12:5:
Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan
ia berkata kepada Natan: “Demi Tuhan yang hidup:
orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
II Samuel 12:7:
Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: “Engkaulah
orang itu! Beginilah Firman Tuhan, Allah Israel:
Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas
Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan
Saul.
Tuhan
memberitahukan kepada Daud semua yang telah Ia
berikan kepada Daud termasuk 300 orang istri.
II Samuel 12:8:
Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan
istri-istri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah
memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan
seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini
dan itu kepadamu.
Tuhan akan
memberikan lebih lagi kepada Daud apabila semua hal
tersebut masih belum cukup.
II Samuel 12:9:
Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa
yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu,
kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; istrinya
kauambil menjadi istrimu, dan dia sendiri telah
kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
Kemudian Tuhan memberitahukan kepada Daud
bahwa Daud akan menuai karena keputusannya yang
salah. Kita harus menuai apa yang telah kita tabur
karena keputusan kita yang salah
II Samuel 12:10-12:
Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari
keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah
menghina Aku dan mengambil istri Uria, orang Het
itu, untuk menjadi istrimu. Beginilah Firman Tuhan:
Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang
datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan
mengambil istri-istrimu di depan matamu dan
memberikannya kepada orang lain; orang itu akan
tidur dengan istri-istrimu di siang hari.
Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi,
tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh
Israel secara terang-terangan.
Daud memiliki
seorang anak dari salah seorang istri-istrinya yaitu
Absalom, dan dari istrinya yang lain bernama Amnon.
Absalom mempunyai seorang saudara perempuan bernama
Tamar. Absalom dan Tamar adalah saudara kandung,
sedangkan Amnon adalah saudara tiri mereka.
Mereka berasal dari satu ayah, namun lain ibu.
Amnon jatuh cinta kepada Tamar, dan ia
berpur-pura sakit. Iapun memanggil ayahnya,
Daud, dan meminta ayahnya agar memanggil Tamar untuk
menyuapinya di ranjang, maka ia akan sembuh.
Ketika Tamar datang,
Amnon memperkosa Tamar; keputusan yang salah;
pilihan yang salah. Kemudian, ketika Tamar pergi,
semua orang mengetahuinya, termasuk Raja Daud.
Daud mengambil
sebuah keputusan lainnya; ia tidak mengambil
tindakan apa-apa terhadap masalah tersebut. Ia tidak
memperbaiki sikap anaknya ataupun menghukumnya.
Karena hal itu,
Absalom mengambil keputusan yang salah. Ia
memutuskan bahwa haknyalah untuk menghukum Amnon.
Absalom membunuh
Amnon, dan kemudian ia harus lari dari negaranya
selama tiga tahun. Pada akhirnya, Daud
mengijinkan Absalom untuk pulang, tetapi Daud
mengatakan bahwa ia tidak ingin bertemu dengan
Absalom.
Itu merupakan
keputusan salah lainnya karena Daud seharusnya
mendisiplinkan Absalom karena ia telah membunuh
saudaranya. Setelah dua tahun, Daud kembali
bermurah hati kepada Absalom.
Ketika ayahnya
menolaknya selama dua tahun, Absalom memikirkan
bagaimana agar ia dapat kembali kepada ayahnya.
Ketika ia diakui kembali, Absalom membeli beberapa
kuda putih yang besar dan sebuah kereta, dan ia
membayar lima puluh orang untuk berlari di depan
kuda-kudanya kemanapun ia pergi untuk mendapatkan
perhatian.
Absalom adalah
pangeran di Israel, maka iapun pergi dan duduk di
pintu gerbang kota. Absalom akan menyapa siapa saja
yang datang ke kota tersebut, dan ia menanyai mereka
apakah semuanya baik-baik saja.
Jika mereka
mempunyai masalah, maka Absalom akan mengatakan
bahwa ia berharap seandainya ia adalah hakim
disana,, maka ia pasti bisa menolong mereka.
Ia mengatakan kepada mereka bahwa ia mengerti cara
pandang mereka.
Ketika seseorang
akan membungkuk di hadapannya, maka Absalom akan
membantunya berdiri, dan mengatakan kepada orang
tersebut agar tidak usah membungkuk di hadapannya,
dan ia akan memeluk orang tersebut dan mengantarnya.
Kemudian ketika ada
orang yang datang dengan argumen yang berbeda dengan
orang yang sebelumnya, maka Absalom akan memihak
kepada orang ini. Ia tidak akan memihak hanya salah
satu, dan dengan demikian ia memenangkan hati kedua
orang tersebut.
Absalom melakukan
ini kepada setiap orang selama empat tahun sampai ia
merasa bahwa semuka orang Israel berada di
tangannya. Kemudian ia pergi menemui Daud, ayahnya,
dan memberitahu Daud bahwa ketika ia berada di
pembuangan, ia berjanji pada Tuhan bahwa jika ia
diakui kembali, ia akan memberikan kurban kepada
Tuhan dan ia akan menyembah Dia.
Ijinkanlah saya
untuk pergi dan melakukan hal ini. Daud
mengatakan bahwa hal tersebut baik.
Absalom pergi, dan
ia mengundang dua ratus tamu yang sudah dipilihnya
dengan seksama. Mereka semua adalah para
pemimpin kota.
Termasuk juga di
dalam kelompok itu tangan kanan Daud, II Samuel 15,
... “Ahitofel.” Ahitofel merupakan orang
yang paling bijaksana di seluruh negeri. Absalom
ingin agar Ahitofel berada di pihaknya.
Ahitofel mengatakan kepada
Ahitofel bahwa visinya adalah menjadi raja yang
baru. Entah bagaimana ia meyakinkan
orang-orang untuk menggantikan ayahnya. Kedua ratus
pemimpin itu telah membuat keputusan yang salah.
Bisakah anda melihat bahwa
keputusan David yang salah dengan tidak pergi ke
medan perang menyebabkan serangkaian keputusan yang
akan berakhir menjadi suatu bencana. Ini
merupakan bagian dari ramalan Natan.
Berita tersiar ke telinga
Raja Daud bahwa semua orang Israel telah menjadi
pengikut Absalom, dan Absalom sedang dalam
perjalanan menuju Yerusalem untujk menggantikan
raja. Seluruh warga Yerusalem ikut bersama
Absalom.
Daripada melihat Yerusalem
dihancurkan dan orang-orang tak bersalah terbunuh,
Daud memutuskan untuk lari dari kota tersebut.
Daud pergi ke Lembah Kidron dan mendaki Bukit
Zaitun. Daud tidak berkasut dan kepalanjya
berselubung. Daud berjalan sambil menangis.
Ia sakit hati dan sedih.
Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan tahtanya,
kerajaannya, dan semua orang telah menolaknya. Ia
mengalami penolakan yang besar. Salah seorang
anaknya ingin membunuhnya dan menghancurkan
kerajaannya.
Ini merupakan salah satu
hari yang paling menyedihkan di dalam kehidupan
Daud. Daud pernah menjadi seorang tentara yang
kuat yang membunuh ribuan orang, dan kini ia mundur
dikalahkan oleh anaknya sendiri dan orang-orangnya
sendiri.
Ketika Daud mendaki bukit
sambil menangis bersama para pengikutnya yang masih
setia, ia bertemu dengan Husai yang merupakan orang
kedua yang paling bijaksana di kerajaan Israel.
Perbedaan antara Ahitofel
dan Husai adalah Husai sepenuhnya mengabdi kepada
Daud. Daud berkata kepada Husai, “aku
memerlukanmu. Tidak baik jika engkau pergi
bersamaku. Kamu harus kembali dan mengambil
alih rencana Ahitofel.”
Husai membuat keputusan
untuk mempertaruhkan hidupnya dan menjadi mata-mata
bagi Daud. Husai datang kepada Absalom, dan
Absalom berkata, “Apa yang engakau lakukan di
sini, wahai sahabat Daud?” Husai menjawab
bahwa dulunya ia adalah sahabat Daud, dan sekarang
ia akan menjadi sahabat Absalom karena Tuhan
menginginkan dia untuk membantu orang yang telah
dipanggil dan diurapi Tuhan. Absalompun
menerima Husai.
Absalom berbalik kepada
Ahitofel dan bertanya, “Apa yang harus kulakukan
berikutnya?” Ahitofel menyuruh Absalom untuk
meniduri istri-istri Daud sehingga seluruh Israel
melihat dan mengetahui bahwa sekarang sudah tidak
ada kesempatan untuk rekonsiliasi lagi antara
Absalom dan ayahnya.
Mereka dipaksa untuk
membuat keputusan. Kini seluruh Israel membuat
keputusan yang salah. Mereka memilih Absalom.
Setelah itu, Absalom bertanya kepada Ahitofel apa
yang harus ia lakukan berikutnya.
Ahitofel mengatakan bahwa
Daud harus mengerahkan dua belas ribu tentara yang
paling hebat, sedangkan Daud sendiri harus tetap
tinggal di istana, terlindungi. Kemudian
mereka akan keluar dan mencari Daud. Daud akan
berkecil hati dan para tentara akan masuk dan
membunuh Daud, dan kemudian Ahitofel akan
mengembalikan seluruh tentara tersebut kembali
kepada Absalom.
Absalom berbalik kepada
Husai dan menanyakan pendapat Husai mengenai
rencanya. Absalom mengatakan bahwa ia menyukainya
dan semua pemimpin juga menyukai rencana itu. Husai
harus melindungi Daud bagaimanapun caranya karena ia
tahu pada saat ini Daud dapat dengan mudah
dikalahkan.
Husai tahu Daud akan
dikalahkan, dan karena itu ia harus mempunyai
rencana yang lebih baik. Husai mengatakan
bahwa Absalom telah membuat kesalahan. Husai
mengatakan, “Kita perlu menunggu dan memberikan
Daud waktu untuk mengumpulkan seluruh pasukannya,
dan kemudian anda, Absalom, akan memimpin seluruh
pasukan untuk mencari Daud.”
Absalom mengatakan bahwa ia menyukai rencana Husai.
Ahitofel menaiki keledainya dan ia pulang ke rumah;
ia bunuh diri.
Ahitofel menyadari bahwa
Absalom telah membuat pilihan yang salah.
Ahitofel menyadari bahwa rencana Husai tidak akan
terjadi dan Absalom akan mati. Ahitofel tahu
bahwa satu-satunya alasan mengapa Absalom membuat
keputusan yang salah adalah karena Tuhan tidak
bersama Absalom; Ia bersama Daud.
Ahitofel menyadari bahwa
ia telah menentang Allah. Ia memilih untuk
bunuh diri karena ia telah membuat keputusan yang
salah.
Absalom pergi bersama
seluruh pasukannya untuk melawan Daud, tetapi Daud
telah mengatur pasukannya, dan Daud mengirim mereka
untuk berperang. Absalom terbunuh karena
rambutnya tersangkut dan ia ditikam dengan lembing.
Uria dibunuh, Amnon
juga, Absalom mati dan banyak lagi yang lainnya mati
karena Daud telah membuat keputusan yang salah
dengan tetap tinggal di istana ketika ia seharusnya
pergi berperang dan ia malahan berzinah dengan
Batsyeba.
Pilihan yang salah sangat
mahal harganya. Kita perlu menghabiskan waktu
bersama Tuhan sebelum kita membuat keputusan dalam
kehidupan kita.
Saya ingin menceritakan
keputusan yang salah yang saya buat. Kita
semua telah membuat keputusan yang baik, tetapi saya
ingin memberitahu anda mengenai sebuah pilihan yang
salah yang saya buat dan bagaimana hal tersebut
mempengaruhi kehidupan saya.
Pada athun 1979, ketika
kami memulai gereja kami, Tuhan memakai saya untuk
mujizat-mujizat besar, kesembuhan dan pembawa pesan
di gereja kami. Saya ingat pada suatu ketika
ada tiga puluh tiga orang yang buta dan disembuhkan.
Karena hal tersebut,
300-500 orang diselamatkan selama altar call.
Gereja kami bertumbuh dari duaribu orang
menjadi 3000 orang dalam dua kebaktian Minggu pagi,
jadi sekitar 6000 orang, dan 3000 orang lagi pada
Minggu malam.
Kami melakukan mujizat
kesembuhan sepanjang waktu. Kemudian ada
seseorang yang bekerja pada bagian program religius
di stasiun TV nasional. Ia menelpon saya dan
bertanya apakah ia boleh datang dan memfilmkan
mujizat-mujizat tersebut.
Pada waktu itu saya tidak
tahu kalau orang ini bukanlah orang Kristen,
ternyata ia bekerja untuk pemerintah.
Ia mengatakan bahwa ia
ingin memfilmkan 50 orang pasien dengan dokter
mereka sebelum dan setelah kebaktian.
Ia tidak keberatan jika
kami mendoakan hal lainnya, tetapi kami yang
menentukan kelima puluh orang tersebut untuk
didokumentasikan melalui film. Saya mengatakan
bahwa hal itu baik dan bahwa mereka boleh datang dan
memfilmkan siapapun yang mereka inginkan.
Saya berpuasa dan berdoa
selama tiga hari, dan pada hari H nya, Roh Tuhan
berbicara langsung kepada saya dan Ia mengatakan
jika kurang dari 50 orang, saya tidak usah mendoakan
mereka.
Karena waktunya hampir
tiba, saya memanggil salah seorang konselor untuk
bertanya berapa banyak orang yang datang.
Ternyata ada lebih dari 50 orang di hall bersama
dengan para dokter.
Saya berkata, “Bagus.”
Kemudian Roh Kudus berkata lagi, “Jika kurang dari
50 orang, jangan berdoa bagi mereka.” Kemudian
saya menyuruh konselor yang berbeda untuk menghitung
jumlah mereka dan mereka mengatakan bahwa jumlahnya
lebih dari 50 orang. Dan kemudian Tuhan
mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya, dan
konselor tersebut masih mengatakan bahwa jumlahnya
lebih dari 50 orang.
Ketika saya sedang dalam
perjalanan ke gereja malam itu, sekitar satu
kilometer dari gereja, saya melihat ribuan orang
sedang berjalan di jalanan karena saluran TV
tersebut menantang, “Dapatkah Tuhan menyembuhkan
hari ini?”, dan orang-orang berdatangan untuk
melihat.
Agar dapat duduk dengan
nyaman, gedung kami hanya berkapasitas 3000 orang.
Hari itu ada 7000 orang di dalam gedung.
Orang-orang harus duduk berpangku-pangkuan dan aisle
(gang/jalanan di antara deretan tempat duduk)
dipenuhi dengan orang-orang. Mereka duduk di
ambang-ambang jendela dan ada ribuan orang duduk di
rumput di luar gedung.
4000 orang
berdesak-desakan di bawah tenda dekat pintu. Ada
sekitar 30 ribu orang di sana malam itu. Saya
belajar dari Firman Tuhan bahwa Yesus ingin
menyembuhkan orang-orang hari itu.
Saya meminta
orang-orang untuk berdiri agar menerima kesembuhan.
Ribuan orang berdiri, baik yang di dalam gereja
maupun yang di tenda. Ketika saya berdoa,
orang-orang mulai jatuh seperti domino.
Orang-orang disembuhkan
dari segala macam masalah. Orang yang lumpuh
sepenuhnya disembuhkan, dan beberapa bulan kemudian
ia berlari dalam suatu marathon.
Ada begitu banyak mujizat,
tetapi orang dari televisi itu tidak memfilmkan
satupun. Mereka mengatakan bahwa mereka
mengirim 12 orang dengan dokternya yang atheis
(tidak mengenal Tuhan). Dokter-dokter ini
merupakan teman dari orang televisi tersebut.
Saya berdoa bagi kedua
belas orang tersebut, dan ketika saya menanyai kedua
belas orang tersebut apakah mereka percaya Yesus
dapat menyembuhkan, mereka mengatakan tidak.
Selama tiga hari program televisi tersebut
menggambarkan saya sebagai orang yang jahat,
sehingga banyak jemaat yang pergi. Kami menjadi
bangkrut dan hanya tersisa 600 jemaat.
Saya pergi mencari Tuhan
dan pada hari yang ke-21, saya mendengar Tuhan
berkata, “Kembalikan gerejaKu.” Saya
menjawab, ”Ini gerejaMu, Tuhan, bukan gereja
saya.” Tuhan mengatakan hal yang sama
berulang-ulang. Sayapun sadar bahwa saya telah
mengatakan hal yang salah.
Saya berkata, “Bagaimana
agar saya bisa mengembalikan gerejaMu, Tuhan?”
Ia mengatakan, “Ketika engkau yang membuat
keputusan; maka itu berarti adalah gerejamu.”
Tuhan mengatakan bahwa saya telah berdoa bagi kedua
belas orang tersebut, padahal Tuhan meminta saya
agar tidak melakukannya.
Saya seharusnya pergi dan
memberitahu orang-orang yang ada di dalam gereja,
“Saya tidak dapat berdoa bagi kedua belas orang
tersebut karena kami telah setuju hanya akan berdoa
bila ada 50 orang. Lagipula kita telah melihat
banyak mujizat malam ini. Karena itu lebih baik kita
pulang saja.”
Saya tidak patuh pada
Tuhan, dan saya harus menanggung akibatnya.
Alkitab mengatakan di dalam Yesaya 48:17, “Akulah
Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa
yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan
yang harus kautempuh.”
Tuhan mempunyai rencana
atas hidup kita, tetapi kita harus membiarkanNya
mengajar dan membimbing kita, atau kita tidak akan
melihat rencanaNya.
Yeremia 29:11, “Sebab
Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada
padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan
kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan
yang penuh harapan.”
Tuhan menginginkan yang
terbaik bagi kehidupanmu. Kita berputar-putar
dalam kegagalan dan kesalahan karena kita tidak
membiarkan Tuhan yang memimpin kita.
Bagaimana saya
melakukannya?
Yesaya 26:3, “Yang
hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab
kepadaMulah ia percaya.”
Ketika kita
menghabiskan waktu bersama Tuhan, damaiNya akan
masuk kedalam hati kita. Kita harus mengikuti
perasaan damai tersebut. Apabila kita membuat
keputusan yang benar, maka damaiNya akan tetap
tinggal di dalam hati kita. Jika kita membuat
keputusan yang salah tanpa berkonsultasi kepada
Tuhan, damai tersebut akan hilang karena kita
berpaling dari rencana Tuhan. Kekhawatiran akan
datang, dan perasaan damai tersebut akan hilang
Kemudian kesadaran
spiritual kita akan mati. Kolose 3:15, “Hendaklah
damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu,
karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi
satu tubuh. Dan bersyukurlah.”
Tuhan telah
memanggil kita dan membawa kita kepada damai
sejahtera. Kita harus membiarkan damai
sejahtera itu yang memerintah. Memerintah (rule)
sama dengan mewasiti (umpire). Biarlah damai
tersebut bertindak sebagai wasit yang memberitahu
kita apakah kita sudah sesuaiii dengan kehendak
Tuhan atau tidak.
Yesaya 55:12,
“Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan
akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta
bukit-bukit akan bergembira dan bersorak sorai di
depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan
bertepuk tangan.”
Allah Bapa, damaiMu
membimbingku keluar dari masalah menjadi kemenangan.
Damaimu menunjukkan jalan keluar kepadaku seperti
pintu yang terbuka. Ketika aku melewatinya, damai
dan sukacitaMu memenuhi hatiku.
Ketika aku mengikuti damai, Engkau akan
membimbingku menuju hidup yang berkelimpahan yang
Engkau bayar di kayu salib. Bila tidak mengikutiMu,
aku tidak akan pernah meraih keberhasilan di dalam
pelayananku ataupun memenuhi rencanaMu atas hidupku.
Saya berdoa agar
kita dipenuhi dengan hikmat untuk mengenal kehendak
Tuhan. Mengapa? Karena kita ingin mendengar
Tuhan berkata, “Bagus,” dan kita ingin
menyenangkan hati Tuhan.
Kolose 1:9,”Sebab
itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada
berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami
meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan
pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak
Tuhan dengan sempurna.”
dilayani oleh Ev.Bambang
Wiyono