Full Gospel Indonesia

Info

 
 

Files

 

Siaran

 

 

 

 

 

Spiritual Leadership 31

The Importance of Making the Right Decisions
(Pentingnya Membuat Keputusan yang Benar)
Oleh Theo Wolmarans

Kejadian 12:1
Berfirmanlah Tuhan kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”
Tuhan memberi Abraham 4 perintah:
1. Tinggalkan negerimu
2. Tinggalkan orang-orangmu
3. Tinggalkan sanak saudaramu dan bapamu
4. Pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu
Abraham hanya mematuhi dua dari empat perintah ini.  Yang duanya lagi tidak ia patuhi.
Tuhan mengatakan pada ayat yang kedua:
Kejadian 12:2
Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.
Kejadian 12:3
Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Adalah hal yang indah mengetahui bahwa Yesus Kristus telah menanggung kutukan kita, dan sekarang berkat tersebut telah menjadi milik kita.
 Judul artikel ini adalah “Pentingnya Membuat Keputusan yang Benar.”  Setiap keputusan yang kita buat mempunyai harga yang terlampir.  Setiap keputusan ada harganya.
 Kita tidak tahu apakah keputusan tersebut akan membawa kita kepada kemakmuran dan keberhasilan atau menyebabkan kita kekurangan dan gagal.  Satu hal yang pasti; setiap keputusan mempunyai harga sendiri-sendiri.
 Abraham diperintahkan untuk meninggalkan sanak saudaranya dan mengikuti rencana Tuhan atas kehidupannya.  Tuhan memiliki suatu rencana bagi kehidupanmu.
 Tuhan memiliki suatu rencana bagi kehidupan saya.  Ia memiliki rencana untuk memberkati kita dan memakai kita secara luar biasa bagiNya.  Keberhasilan rencana tersebut tergantung pada kita, apakah kita mengikuti rencanaNya.
 Rencana Tuhan adalah suatu berkat, tetapi tidak ada jaminan bahwa rencana kita juga merupakan berkat.
 Abraham mengajak ayahnya, Terah, dan keponakannya, Lot, untuk menemaninya di dalam perjalanannya. Padahal ia diperintahkan untuk meninggalkan mereka.
 Mereka sedang berada di tengah-tengah perjalanan, kemudian mereka berhenti di suatu tempat bernama Haran.  Mereka tinggal di Haran selama lima tahun.  Itu juga bukan seperti yang diperintahkan Tuhan.
 Ketika Terah, ayah Abraham, meninggal, lalu mereka kembali melanjutkan perjalanannya menuju tanah perjanjian Kanaan. Mereka sudah terlambat selama lima tahun.
 Akhirnya, ketika mereka sampai disana, bencana kelaparan sedang menimpa Kanaan.  Jika Abraham bersiap-siap sebelumnya, ia akan mampu mengatasi bencana tersebut.
 Jika ia telah pergi ke tanah tersebut lima tahun yang lalu, ia pasti telah mengerti situasi negara tersebut, dan ternaknya akan baik-baik saja.
 Karena ia tidak tahu bagaimana cara mengendalikan situasi tersebut, ia harus pergi ke Sungai Nil di Mesir agar ternaknya mendapatkan air untuk diminum.
 Disanalah Sara menemukan Hagar dan membeli Hagar, seorang wanita Mesir, untuk dijadikan budaknya.  Kita semua tahu apa yang terjadi pada Hagar.
 Sara berpikir ia dapat membantu Tuhan dengan memiliki anak yang telah dijanjikan tersebut melalui Hagar.  Sara memberikan Hagar kepada Abraham untuk menjadi istrinya dan Ismailpun lahir.
 Ismail menjadi bapa dari bangsa Arab dan keturunan Ismail. Ingatlah bahwa para pedagang dari keturunan Ismaillah yang menjual Yusuf.
 Sekarang, akibatnya dapat kita lihat di zaman kita, ribuan tahun kemudian, kita terbagi-bagi dan berselisih. Hari-hari ini anak-anak Ismail dan anak-anak Ishak berperang.  Banyak orang telah meninggal sia-sia seperti yang kita baca di surat kabar setiap hari. 
 Harga dari sebuah keputusan sungguh mahal. Jika Abraham hanya sendirian saja meninggalkan negaranya dan ia tepat waktu (seperti yang diperintahkan), maka hal-hal semacam ini tidak akan terjadi.
 Tragedi kedua adalah Abraham membawa Lot bersamanya.  Abraham menjaga Lot demi saudaranya yang telah meninggal, dan Lot hidup bersama-sama dengan Abraham.
 Tuhan menyuruh Abraham untuk meninggalkan Lot.  Kemudian datang waktunya ketika pengikut Lot dan pengikut Abraham menjadi begitu banyak sehingga mereka tidak dapat tinggal bersama-sama lagi.
 Abraham berkata kepada Lot, “Pilihlah dimana kamu ingin tinggal.  Biarlah kita berpisah.”
 Lot memandang Bukit Yordan dan semuanya kelihatan indah dan hijau, maka ia memilih untuk tinggal di sana, dekat dengan kota Sodom.
  
 Lot akhirnya menjadi penduduk kota Sodom.  Kita mengetahui apa yang terjadi, Tuhan menghukum kota tersebut.
 Api dan belerang berjatuhan, dan rumah Lot beserta harta miliknya terbakar.  Lot beserta keluarganya harus lari sebelum kota tersebut dihancurkan.
 Istri Lot melihat ke belakang, kepada apa yang ia tinggalkan dan apa yang dibenci Tuhan. Iapun berubah menjadi tiang garam dan mati.
 Kedua anak perempuan Lot meniduri ayahnya dan membuahkan anak yang dinamai Moab dan Ben-Ami oleh ayahnya.  Inilah asal mula bani Moab dan bani Amon.
 Dari situ kita melihat harga dari hasil keputusan mereka.
 Pilihan yang salah dari sisi Abraham adalah ia membawa Lot bersamanya.  Pilihan yang salah dari Lot terjadi karena ia memilih tempat yang salah untuk ditinggali. Ia tidak menyadari bahwa ia akan kehilangan istrinya, rumahnya, dan semua harta miliknya ketika ia membuat keputusan tersebut.
 Ia tidak mengetahui bahwa kedua anak perempuannya akan menidurinya dan bahwa dua bangsa akan lahir dan membawa kehancuran bagi anak-anak Abraham.
 
Harga dari Sebuah Keputusan.  Bacalah II Samuel 11:1:
Pada pergantian tahun, pada waktu raja-raja biasanya maju berperang, maka Daud menyuruh Yoab maju beserta orang-orangnya dan seluruh bangsa orang Israel.  Mereka memusnahkan bani Amon dan mengepung kota Raba, sedang Daud sendiri tinggal di Yerusalem.
II Samuel 11:2:
Sekali peristiwa pada waktu petang, ketika Daud bangun dari tempat pembaringannya, lalu berjalan-jalan di atas sotoh istana, tampak kepadanya dari atas sotoh itu seorang perempuan sedang mandi; perempuan itu sangat elok rupanya.
 Anda mungkin berpikir mengapa perempuan tersebut mandi di tengah kota.  Ingatlah bahwa semua laki-laki sedang pergi berperang.  Perempuan tersebut tidak tahu bahwa Sang Raja masih berada di dalam kota.
II Samuel 11:3:
Lalu Daud menyuruh orang bertanya tentang perempuan itu dan orang berkata: ”Itu adalah Batsyeba binti Eliam, istri Uria orang Het itu.”
 Daud mengetahui bahwa Batsyeba telah menikah, dan kemudian Daud membuat suatu keputusan. Ia memanggil Batsyeba, dan ketika Batsyeba datang ke istananya, ia menidurinya.
 Kita melihat bahwa Daud membuat kesalahan pertamanya karena ia memutuskan untuk tidak ikut pergi berperang.  Itu adalah waktu bagi raja untuk pergi berperang, dan Daud memilih untuk tidak pergi.
 Kemudian ia membuat kesalahan lainnya, yaitu ia meniduri istri orang lain.  Uria, suami Batsyeba, merupakan salah seorang anak buah Daud yang berani dan perkasa. Ia adalah seorang prajurit yang terus menerus mempertaruhkan hidupnya demi Raja Daud.
 Batsyeba mengandung, dan ia mengirimkan berita tersebut kepada raja Daud bahwa ia akan segera mempunyai anak. Daud memanggil Uria dari medan perang dan berusaha membujuk Uria agar pulang ke rumah untuk tidur bersama istrinya.
 Uria menolak, dan Daud menulis surat kepada Yoab, atasan Uria, dan Daua mengatakan bahwa ia ingin agar Yoab menempatkan Uria di garis depan dalam pertempuran tersebut.  Ia menyuruh Yoab agar menarik mundur pasukan lainnya pada waktu pertempuran sedang memanas sehingga Uria tewas.
 Ia memberikan surat tersebut kepada Uria agar diberikan kepada Yoab, dan ketika Yoab membaca surat tersebut, ia menempatkan Uria pada garis depan.  Kemudian Yoab menyuruh pasukannya mundur dan Uria mati bersama pasukan Daud yang lainnya.
 Kini Daud adalah seorang pembunuh. Ia menyebabkan kematian orang-orang pemberani yang mempertaruhkan hidupnya demi Daud. Kita dapat melihat serangkaian keputusan yang salah di sini:
1) Daud membuat keputusan yang salah dengan tinggal di rumah.
2) Daud membuat keputusan yang salah dengan meniduri wanita yang sudah bersuami dan mereka melakukannya di luar nikah.
3)  Daud membuat keputusan yang salah dengan membunuhi orang-orang yang tak bersalah.
Jangan salah paham terhadap saya, Daud memang adalah orang pilihan Tuhan, seperti juga Abraham, tetapi mereka berdua membuat kesalahan dan keputusan yang salah.
Di dalam hidup ini, apapun keputusan yang kita buat akan berakibat sesuatu.  Kita dapat melihat buah keberhasilan dan kelimpahan pada kehidupan Daud dan Abraham, tetapi kita juga melihat buah yang buruk, yaitu adanya masalah dan kekurangan pada kehidupan mereka akibat keputusan yang salah.
Keduanya, buah yang baik maupun yang buruk, tumbuh bersama dalam kebun yang sama.  Cukup menarik untuk dicatat bahwa keputusan yang baik dan benih yang baik yang kita tabur tidak akan menyingkirkan benih yang buruk.  Keduanya sama-sama menghasilkan buah.
Mari kita lihat  II Samuel 12:
Tuhan mengirim seorang nabi bernama Natan kepada Daud:
II Samuel 12:1:
Tuhan mengutus Natan kepada Daud.  Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: “Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin.
II Samuel 12:2-4:
Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya.  Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu.  Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu.”
Ketika Daud mendengar cerita ini, nabi Natan menanyakan bagaimana pendapat Daud.
II Samuel 12:5:
Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: “Demi Tuhan yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
II Samuel 12:7:
Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: “Engkaulah orang itu! Beginilah Firman Tuhan, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul.
  Tuhan memberitahukan kepada Daud semua yang telah Ia berikan kepada Daud termasuk 300 orang istri.
II Samuel 12:8:
Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan istri-istri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
 Tuhan akan memberikan lebih lagi kepada Daud apabila semua hal tersebut masih belum cukup.
II Samuel 12:9:
Mengapa engkau menghina Tuhan dengan melakukan apa yang jahat di mataNya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; istrinya kauambil menjadi istrimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
 
 Kemudian Tuhan memberitahukan kepada Daud bahwa Daud akan menuai karena keputusannya yang salah. Kita harus menuai apa yang telah kita tabur karena keputusan kita yang salah
II Samuel 12:10-12:
Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil istri Uria, orang Het itu, untuk menjadi istrimu. Beginilah Firman Tuhan: Bahwasanya malapetaka akan Kutimpakan ke atasmu yang datang dari kaum keluargamu sendiri. Aku akan mengambil istri-istrimu di depan matamu dan memberikannya kepada orang lain; orang itu akan tidur dengan istri-istrimu di siang hari.  Sebab engkau telah melakukannya secara tersembunyi, tetapi Aku akan melakukan hal itu di depan seluruh Israel secara terang-terangan.
  Daud memiliki seorang anak dari salah seorang istri-istrinya yaitu Absalom, dan dari istrinya yang lain bernama Amnon. Absalom mempunyai seorang saudara perempuan bernama Tamar. Absalom dan Tamar adalah saudara kandung, sedangkan Amnon adalah saudara tiri mereka.  Mereka berasal dari satu ayah, namun lain ibu.
 
 Amnon jatuh cinta kepada Tamar, dan ia berpur-pura sakit.  Iapun memanggil ayahnya, Daud, dan meminta ayahnya agar memanggil Tamar untuk menyuapinya di ranjang, maka ia akan sembuh.
 Ketika Tamar datang, Amnon memperkosa Tamar; keputusan yang salah; pilihan yang salah. Kemudian, ketika Tamar pergi, semua orang mengetahuinya, termasuk Raja Daud.
 Daud mengambil sebuah keputusan lainnya; ia tidak mengambil tindakan apa-apa terhadap masalah tersebut. Ia tidak memperbaiki sikap anaknya ataupun menghukumnya.
 Karena hal itu, Absalom mengambil keputusan yang salah.  Ia memutuskan bahwa haknyalah untuk menghukum Amnon.
 Absalom membunuh Amnon, dan kemudian ia harus lari dari negaranya selama tiga tahun.  Pada akhirnya, Daud mengijinkan Absalom untuk pulang, tetapi Daud mengatakan bahwa ia tidak ingin bertemu dengan Absalom.
 Itu merupakan keputusan salah lainnya karena Daud seharusnya mendisiplinkan Absalom karena ia telah membunuh saudaranya.  Setelah dua tahun, Daud kembali bermurah hati kepada Absalom.
 Ketika ayahnya menolaknya selama dua tahun, Absalom memikirkan bagaimana agar ia dapat kembali kepada ayahnya. Ketika ia diakui kembali, Absalom membeli beberapa kuda putih yang besar dan sebuah kereta, dan ia membayar lima puluh orang untuk berlari di depan kuda-kudanya kemanapun ia pergi untuk mendapatkan perhatian. 
 Absalom adalah pangeran di Israel, maka iapun pergi dan duduk di pintu gerbang kota. Absalom akan menyapa siapa saja yang datang ke kota tersebut, dan ia menanyai mereka apakah semuanya baik-baik saja.
 Jika mereka mempunyai masalah, maka Absalom akan mengatakan bahwa ia berharap seandainya ia adalah hakim disana,, maka ia pasti bisa menolong mereka.  Ia mengatakan kepada mereka bahwa ia mengerti cara pandang mereka.
 Ketika seseorang akan membungkuk di hadapannya, maka Absalom akan membantunya berdiri, dan mengatakan kepada orang tersebut agar tidak usah membungkuk di hadapannya, dan ia akan memeluk orang tersebut dan mengantarnya.
 Kemudian ketika ada orang yang datang dengan argumen yang berbeda dengan orang yang sebelumnya, maka Absalom akan memihak kepada orang ini. Ia tidak akan memihak hanya salah satu, dan dengan demikian ia memenangkan hati kedua orang tersebut.
 Absalom melakukan ini kepada setiap orang selama empat tahun sampai ia merasa bahwa semuka orang Israel berada di tangannya. Kemudian ia pergi menemui Daud, ayahnya, dan memberitahu Daud bahwa ketika ia berada di pembuangan, ia berjanji pada Tuhan bahwa jika ia diakui kembali, ia akan memberikan kurban kepada Tuhan dan ia akan menyembah Dia.
 Ijinkanlah saya untuk pergi dan melakukan hal ini.  Daud mengatakan bahwa hal tersebut baik.
 Absalom pergi, dan ia mengundang dua ratus tamu yang sudah dipilihnya dengan seksama.  Mereka semua adalah para pemimpin kota.
 Termasuk juga di dalam kelompok itu tangan kanan Daud, II Samuel 15, ... “Ahitofel.”  Ahitofel merupakan orang yang paling bijaksana di seluruh negeri. Absalom ingin agar Ahitofel berada di pihaknya.
Ahitofel mengatakan kepada Ahitofel bahwa visinya adalah menjadi raja yang baru.  Entah bagaimana ia meyakinkan orang-orang untuk menggantikan ayahnya. Kedua ratus pemimpin itu telah membuat keputusan yang salah.
Bisakah anda melihat bahwa keputusan David yang salah dengan tidak pergi ke medan perang menyebabkan serangkaian keputusan yang akan berakhir menjadi suatu bencana.   Ini merupakan bagian dari ramalan Natan.
Berita tersiar ke telinga Raja Daud bahwa semua orang Israel telah menjadi pengikut Absalom, dan Absalom sedang dalam perjalanan menuju Yerusalem untujk menggantikan raja.  Seluruh warga Yerusalem ikut bersama Absalom.
Daripada melihat Yerusalem dihancurkan dan orang-orang tak bersalah terbunuh, Daud memutuskan untuk lari dari kota tersebut.  Daud pergi ke Lembah Kidron dan mendaki Bukit Zaitun. Daud tidak berkasut dan kepalanjya berselubung. Daud berjalan sambil menangis.
Ia sakit hati dan sedih.  Ia menyadari bahwa ia telah kehilangan tahtanya, kerajaannya, dan semua orang telah menolaknya. Ia mengalami penolakan yang besar.  Salah seorang anaknya ingin membunuhnya dan menghancurkan kerajaannya.
Ini merupakan salah satu hari yang paling menyedihkan di dalam kehidupan Daud.  Daud pernah menjadi seorang tentara yang kuat yang membunuh ribuan orang, dan kini ia mundur dikalahkan oleh anaknya sendiri dan orang-orangnya sendiri.
Ketika Daud mendaki bukit sambil menangis bersama para pengikutnya yang masih setia, ia bertemu dengan Husai yang merupakan orang kedua yang paling bijaksana di kerajaan Israel.
Perbedaan antara Ahitofel dan Husai adalah Husai sepenuhnya mengabdi kepada Daud.  Daud berkata kepada Husai, “aku memerlukanmu.  Tidak baik jika engkau pergi bersamaku.  Kamu harus kembali dan mengambil alih rencana Ahitofel.”
Husai membuat keputusan untuk mempertaruhkan hidupnya dan menjadi mata-mata bagi Daud.  Husai datang kepada Absalom, dan Absalom berkata, “Apa yang engakau lakukan di sini, wahai sahabat Daud?”  Husai menjawab bahwa dulunya ia adalah sahabat Daud, dan sekarang ia akan menjadi sahabat Absalom karena Tuhan menginginkan dia untuk membantu orang yang telah dipanggil dan diurapi Tuhan.   Absalompun menerima Husai.
Absalom berbalik kepada Ahitofel dan bertanya, “Apa yang harus kulakukan berikutnya?”  Ahitofel menyuruh Absalom untuk meniduri istri-istri Daud sehingga seluruh Israel melihat dan mengetahui bahwa sekarang sudah tidak ada kesempatan untuk rekonsiliasi lagi antara Absalom dan ayahnya.
Mereka dipaksa untuk membuat keputusan.  Kini seluruh Israel membuat keputusan yang salah. Mereka memilih Absalom.  Setelah itu, Absalom bertanya kepada Ahitofel apa yang harus ia lakukan berikutnya.
Ahitofel mengatakan bahwa Daud harus mengerahkan dua belas ribu tentara yang paling hebat, sedangkan Daud sendiri harus tetap tinggal di istana, terlindungi.  Kemudian mereka akan keluar dan mencari Daud. Daud akan berkecil hati dan para tentara akan masuk dan membunuh Daud, dan kemudian Ahitofel akan mengembalikan seluruh tentara tersebut kembali kepada Absalom. 
Absalom berbalik kepada Husai dan menanyakan pendapat Husai mengenai rencanya. Absalom mengatakan bahwa ia menyukainya dan semua pemimpin juga menyukai rencana itu. Husai harus melindungi Daud bagaimanapun caranya karena ia tahu pada saat ini Daud dapat dengan mudah dikalahkan.
Husai tahu Daud akan dikalahkan, dan karena itu ia harus mempunyai rencana yang lebih baik.  Husai mengatakan bahwa Absalom telah membuat kesalahan. Husai mengatakan, “Kita perlu menunggu dan memberikan Daud waktu untuk mengumpulkan seluruh pasukannya, dan kemudian anda, Absalom, akan memimpin seluruh pasukan untuk mencari Daud.”
Absalom mengatakan bahwa ia menyukai rencana Husai. Ahitofel menaiki keledainya dan ia pulang ke rumah; ia bunuh diri.   
Ahitofel menyadari bahwa Absalom telah membuat pilihan yang salah.  Ahitofel menyadari bahwa rencana Husai tidak akan terjadi dan Absalom akan mati.  Ahitofel tahu bahwa satu-satunya alasan mengapa Absalom membuat keputusan yang salah adalah karena Tuhan tidak bersama Absalom; Ia bersama Daud.
Ahitofel menyadari bahwa ia telah menentang Allah.  Ia memilih untuk bunuh diri karena ia telah membuat keputusan yang salah.
Absalom pergi bersama seluruh pasukannya untuk melawan Daud, tetapi Daud telah mengatur pasukannya, dan Daud mengirim mereka untuk berperang.  Absalom terbunuh karena rambutnya tersangkut dan ia ditikam dengan lembing.
 Uria dibunuh, Amnon juga, Absalom mati dan banyak lagi yang lainnya mati karena Daud telah membuat keputusan yang salah dengan tetap tinggal di istana ketika ia seharusnya pergi berperang dan ia malahan berzinah dengan Batsyeba.
Pilihan yang salah sangat mahal harganya.  Kita perlu menghabiskan waktu bersama Tuhan sebelum kita membuat keputusan dalam kehidupan kita.
Saya ingin menceritakan keputusan yang salah yang saya buat.  Kita semua telah membuat keputusan yang baik, tetapi saya ingin memberitahu anda mengenai sebuah pilihan yang salah yang saya buat dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi kehidupan saya.
Pada athun 1979, ketika kami memulai gereja kami, Tuhan memakai saya untuk mujizat-mujizat besar, kesembuhan dan pembawa pesan di gereja kami.  Saya ingat pada suatu ketika ada tiga puluh tiga orang yang buta dan disembuhkan.
Karena hal tersebut, 300-500 orang diselamatkan selama altar call.  Gereja kami bertumbuh dari duaribu  orang menjadi 3000 orang dalam dua kebaktian Minggu pagi, jadi sekitar 6000 orang, dan 3000 orang lagi pada Minggu malam.
Kami melakukan mujizat kesembuhan sepanjang waktu.  Kemudian ada seseorang yang bekerja pada bagian program religius di stasiun TV nasional. Ia menelpon saya dan bertanya apakah ia boleh datang dan memfilmkan mujizat-mujizat tersebut.
Pada waktu itu saya tidak tahu kalau orang ini bukanlah orang Kristen, ternyata ia bekerja untuk pemerintah.
Ia mengatakan bahwa ia ingin memfilmkan 50 orang pasien dengan dokter mereka sebelum dan setelah kebaktian.
Ia tidak keberatan jika kami mendoakan hal lainnya, tetapi kami yang menentukan kelima puluh orang tersebut untuk didokumentasikan melalui film.  Saya mengatakan bahwa hal itu baik dan bahwa mereka boleh datang dan memfilmkan siapapun yang mereka inginkan.
Saya berpuasa dan berdoa selama tiga hari, dan pada hari H nya, Roh Tuhan berbicara langsung kepada saya dan Ia mengatakan jika kurang dari 50 orang, saya tidak usah mendoakan mereka.
Karena waktunya hampir tiba, saya memanggil salah seorang konselor untuk bertanya berapa banyak orang yang datang.  Ternyata ada lebih dari 50 orang di hall bersama dengan para dokter.
Saya berkata, “Bagus.”  Kemudian Roh Kudus berkata lagi, “Jika kurang dari 50 orang, jangan berdoa bagi mereka.” Kemudian saya menyuruh konselor yang berbeda untuk menghitung jumlah mereka dan mereka mengatakan bahwa jumlahnya lebih dari 50 orang.  Dan kemudian Tuhan mengatakan hal yang sama untuk ketiga kalinya, dan konselor tersebut masih mengatakan bahwa jumlahnya lebih dari 50 orang. 
Ketika saya sedang dalam perjalanan ke gereja malam itu, sekitar satu kilometer dari gereja, saya melihat ribuan orang sedang berjalan di jalanan karena saluran TV tersebut menantang, “Dapatkah Tuhan menyembuhkan hari ini?”, dan orang-orang berdatangan untuk melihat.
Agar dapat duduk dengan nyaman, gedung kami hanya berkapasitas 3000 orang.  Hari itu ada 7000 orang di dalam gedung.  Orang-orang harus duduk berpangku-pangkuan dan aisle (gang/jalanan di antara deretan tempat duduk) dipenuhi dengan orang-orang.  Mereka duduk di ambang-ambang jendela dan ada ribuan orang duduk di rumput di luar gedung.
 4000 orang berdesak-desakan di bawah tenda dekat pintu. Ada sekitar 30 ribu orang di sana malam itu. Saya belajar dari Firman Tuhan bahwa Yesus ingin menyembuhkan orang-orang hari itu.
 Saya meminta orang-orang untuk berdiri agar menerima kesembuhan.  Ribuan orang berdiri, baik yang di dalam gereja maupun yang di tenda. Ketika saya berdoa, orang-orang mulai jatuh seperti domino.
Orang-orang disembuhkan dari segala macam masalah.  Orang yang lumpuh sepenuhnya disembuhkan, dan beberapa bulan kemudian ia berlari dalam suatu marathon.
Ada begitu banyak mujizat, tetapi orang dari televisi itu tidak memfilmkan satupun.  Mereka mengatakan bahwa mereka mengirim 12 orang dengan dokternya yang atheis (tidak mengenal Tuhan).  Dokter-dokter ini merupakan teman dari orang televisi tersebut.
Saya berdoa bagi kedua belas orang tersebut, dan ketika saya menanyai kedua belas orang tersebut apakah mereka percaya Yesus dapat menyembuhkan, mereka mengatakan tidak.  Selama tiga hari program televisi tersebut menggambarkan saya sebagai orang yang jahat, sehingga banyak jemaat yang pergi. Kami menjadi bangkrut dan hanya tersisa 600 jemaat.
Saya pergi mencari Tuhan dan pada hari yang ke-21, saya mendengar Tuhan berkata, “Kembalikan gerejaKu.”  Saya menjawab, ”Ini gerejaMu, Tuhan, bukan gereja saya.”  Tuhan mengatakan hal yang sama berulang-ulang.  Sayapun sadar bahwa saya telah mengatakan hal yang salah.
Saya berkata, “Bagaimana agar saya bisa mengembalikan gerejaMu, Tuhan?”  Ia mengatakan, “Ketika engkau yang membuat keputusan; maka itu berarti adalah gerejamu.”  Tuhan mengatakan bahwa saya telah berdoa bagi kedua belas orang tersebut, padahal Tuhan meminta saya agar tidak melakukannya.
Saya seharusnya pergi dan memberitahu orang-orang yang ada di dalam gereja, “Saya tidak dapat berdoa bagi kedua belas orang tersebut karena kami telah setuju hanya akan berdoa bila ada 50 orang.  Lagipula kita telah melihat banyak mujizat malam ini. Karena itu lebih baik kita pulang saja.”
Saya tidak patuh pada Tuhan, dan saya harus menanggung akibatnya.  Alkitab mengatakan di dalam Yesaya 48:17, “Akulah Tuhan, Allahmu, yang mengajar engkau tentang apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh.”
Tuhan mempunyai rencana atas hidup kita, tetapi kita harus membiarkanNya mengajar dan membimbing kita, atau kita tidak akan melihat rencanaNya.
Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Tuhan menginginkan yang terbaik bagi kehidupanmu.  Kita berputar-putar dalam kegagalan dan kesalahan karena kita tidak membiarkan Tuhan yang memimpin kita.
Bagaimana saya melakukannya?
 Yesaya 26:3, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMulah ia percaya.”
 Ketika kita menghabiskan waktu bersama Tuhan, damaiNya akan masuk kedalam hati kita. Kita harus mengikuti perasaan damai tersebut.  Apabila kita membuat keputusan yang benar, maka damaiNya akan tetap tinggal di dalam hati kita. Jika kita membuat keputusan yang salah tanpa berkonsultasi kepada Tuhan, damai tersebut akan hilang karena kita berpaling dari rencana Tuhan. Kekhawatiran akan datang, dan perasaan damai tersebut akan hilang
 Kemudian kesadaran spiritual kita akan mati. Kolose 3:15, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.”
 Tuhan telah memanggil kita dan membawa kita kepada damai sejahtera.  Kita harus membiarkan damai sejahtera itu yang memerintah. Memerintah (rule) sama dengan mewasiti (umpire). Biarlah damai tersebut bertindak sebagai wasit yang memberitahu kita apakah kita sudah sesuaiii dengan kehendak Tuhan atau tidak.
 Yesaya 55:12, “Sungguh, kamu akan berangkat dengan sukacita dan akan dihantarkan dengan damai; gunung-gunung serta bukit-bukit akan bergembira dan bersorak sorai di depanmu, dan segala pohon-pohonan di padang akan bertepuk tangan.”
 Allah Bapa, damaiMu membimbingku keluar dari masalah menjadi kemenangan.  Damaimu menunjukkan jalan keluar kepadaku seperti pintu yang terbuka. Ketika aku melewatinya, damai dan sukacitaMu memenuhi hatiku.
 
 Ketika aku mengikuti damai, Engkau akan membimbingku menuju hidup yang berkelimpahan yang Engkau bayar di kayu salib. Bila tidak mengikutiMu, aku tidak akan pernah meraih keberhasilan di dalam pelayananku ataupun memenuhi rencanaMu atas hidupku.
 Saya berdoa agar kita dipenuhi dengan hikmat untuk mengenal kehendak Tuhan.  Mengapa? Karena kita ingin mendengar Tuhan berkata, “Bagus,” dan kita ingin menyenangkan hati Tuhan.
 Kolose 1:9,”Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu.  Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna.”
 
dilayani oleh Ev.Bambang Wiyono 
 
 
 
1
Hosted by www.Geocities.ws