Full Gospel Indonesia

Info

 
 

Files

 

Siaran

 

 

 

 

 

Spiritual Leadership-24 :

A Good Catalyst

(Katalisator yang Baik)

Oleh David Yonggi Cho

 

 

Tugas yang paling mendasar bagi seorang hamba Tuhan adalah melayani Kristus seperti orang-orang Lewi di dalam Perjanjian Lama yang memelihara Bait Allah dan melayani Tuhan.

 

Sebenarnya, alasan mengapa para hamba Tuhan menyebarkan Injil adalah untuk melayani Tuhan. Alasan mengapa para hamba Tuhan memohon ampun dan menangis bagi jiwa-jiwa yang terhilang adalah karena mereka merasakan kasih dan kepedulian Tuhan terhadap jiwa-jiwa yang terhilang ketika mereka melayaniNya.

 

Tanpa memiliki hati Tuhan yang peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, tidak akan mudah bagi kita untuk bersaksi kepada mereka. Agar kehidupan iman kita berkemenangan, begitu pula dengan pelayanan kita, maka kita harus melakukan yang terbaik di dalam melayani Tuhan. Untuk melayani Tuhan, kita harus menyerahkan diri kita di hadapanNya dan berdoa, dan apabila kita mendengar suaraNya, kita harus mematuhiNya dengan sepenuhnya.

 

Berdasarkan sejarah, apabila kita melihat kembali semua hamba-hamba Tuhan yang besar, kita dapat melihat bahwa mereka sungguh-sungguh merupakan orang-orang yang melayaniNya dengan baik. Seorang pendeta yang saya kenal di Amerika melakukan hal yang dahsyat dalam membawa banyak orang kepada Tuhan. Namun, kapanpun ia merasa bahwa ia kekurangan kuasa Roh Kudus, ia akan pergi ke sebuah ruangan kosong, lalu berpuasa dan berdoa selama berhari-hari. Ketika ia melakukan hal itu, Tuhan memenuhinya dengan kuasa Roh Kudus. Karena telah diurapi Roh Kudus, ia dapat kembali mengajarkan Injil.

 

Seorang hamba Tuhan harus belajar untuk tunduk kepada Tuhan di dalam doa dan menunggu dengan sabar. Dengan merenungkan Firman Tuhan dan doa, seorang hamba Tuhan harus menantikan Roh Kudus turun seperti embun pagi. Apabila hal ini terjadi, pesan yang disampaikannya akan bersinar seperti emas. Maka mengajarkan Injil bukanlah lagi merupakan tugas yang sulit, dan ia akan berhasil di dalam pelayanannya.

 

Namun sekarang ini ada banyak hamba Tuhan yang tidak tunduk kepada Tuhan di dalam doa, tetapi mereka cepat-cepat pergi dengan urusan mereka dan melupakan pentingnya berdoa. Apabila mereka melalaikan hal ini dan hal tersebut terus berlanjut, maka Roh Kudus akan pergi dari mereka dan berkhotbah akan menjadi beban yang menyusahkan mereka. Tidak peduli seberapa sering mereka menyelidiki Alkitab, mereka tidak akan menemukan pesan yang diinginkan Tuhan. Tidak peduli seberapa keras suara mereka di atas mimbar, khotbah mereka akan kekurangan kuasa untuk membawa perubahan yang mendasar di dalam diri orang-orang.

 

Oleh karena itu, hal yang paling penting bagi seorang pendeta adalah menerima kuasa dan pengurapan Roh Kudus sebelum berjalan ke atas mimbar untuk menyampaikan pesan Tuhan. Yesus berkata kepada murid-muridNya, "Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan BapaKu. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi." (Lukas 24:49)

 

Beberapa waktu yang lalu, Rev. Samuel Edestaf dari Swedia datang ke gereja kami dan menyampaikan khotbah berdasarkan Yohanes 3:16. Ketika saya mendengarnya pertama kali bahwa ia akan berkhorbah dari Yohanes 3:16, saya sedikit kecewa, karena itu merupakan ayat yang bahkan anak TK pun dapat menceritakannya. Bahkan mungkin tidak ada seorangpun di gereja saya yang tidak bisa menceritakannya. Namun, ketika Pendeta Edestaf berkhotbah, saya dapat merasakan pengurapan Roh Kudus yang penuh kuasa. Kuasa Tuhan terdapat di balik pesan yang disampaikannya.

 

Ketika sedang berkhotbah, Pendeta Edestaf mengatakan begini, "Karena jemaat saya di Swedia sedang berdoa dengan sungguh-sungguh untuk pertemuan ini, maka saya dapat merasakan keberadaan Roh Kudus yang kuat hari ini."

 

Itu memang benar sekali. Ada perbedaan besar antara khotbah yang diurapi oleh Roh Kudus dan khotbah yang merupakan hasil dari pengetahuan dan pengalaman sang pendeta. Khotbah yang diurapi oleh Roh Kudus bersinar seperti emas yang digosok, dan orang-orang tergerak oleh khotbah tersebut. Khotbah tersebut akan bertahan di memori orang-orang untuk waktu yang lama. Namun, khotbah yang tidak diurapi oleh Roh Kudus akan kekurangan kuasa Tuhan. Orang-orang merasa bosan mendengarnya.

 

Seseorang yang memiliki banyak pengetahuan dalam bidang filosofi, hukum, dan teologi belum tentu merupakan seorang hamba Tuhan yang besar. Sebaliknya, orang yang demikian bisa jadi memiliki lebih banyak kesulitan dalam menjadi seorang hamba Tuhan yang besar karena ia mungkin lebih suka berdoa dan berkhotbah berdasarkan pengetahuannya sendiri daripada bergantung kepada Tuhan.

 

Biasanya, para hamba Tuhan yang kurang berpendidikan cenderung banyak berdoa. Mereka akan memiliki pengurapan Roh Kudus dan akan melakukan pekerjaan yang besar bagi Tuhan.

 

Para hamba Tuhan tidak dapat memberikan status, ketenaran atau kekayaan materi kepada orang-orang, dan mereka hanya bisa menawarkan pesan Injil yang diurapi oleh Roh Kudus. Seorang pendeta harus menjadi katalisator untuk membawa kehidupan Tuhan kapanpun ia menyatakan setiap pesan Tuhan.

 

Agar terjadi reaksi kimia, diperlukan beberapa macam katalisator.

 

Sebagai contoh, untuk membuat sulfuric acid, dua macam unsur yang diperlukan adalah sulfur dan hydrogen. Namun, hanya dengan mencampur keduanya menjadi satu tidak akan membentuk sulfuric acid. Kita memerlukan unsur ketiga, yang disebut katalisator. Reaksi kimia hanya akan terjadi dan sulfuric acid hanya akan terbentuk apabila sejumlah kecil perak ditambahkan sebagai katalisator.

 

Sama halnya seperti itu, agar berkat dan karunia Tuhan masuk ke dalam hati orang-orang dan bereaksi di dalam kehidupan mereka, maka diperlukan katalisator. Para hamba Tuhan adalah katalisatornya.

 

Kualitas katalisator tidaklah sama. Oleh karena itu, reaksi yang terjadi pada jemaat bervariasi tergantung pada orang yang berkhotbah. Pada beberapa hamba Tuhan, tidak peduli berapa sebanyak energi yang mereka keluarkan untuk berkhotbah, jemaat tidak akan bertobat dan tidak akan ada mujizat Karena khotbah mereka tidak ada apa-apanya selain hanya kata-kata. Sebaliknya, ada hamba Tuhan yang lain berkhotbah dengan khotbah yang sama, bahkan dari ayat yang sama, namun banyak yang bertobat dan banyak yang mengalami mujizat Tuhan.

 

Kekuatan katalisator seorang pendeta tercermin pada jemaatnya. Bagaimana caranya meningkatkan kualitas kita sebagai katalisator?

 

Mula-mula, kita harus memakai jubah kemurnian rohani dan berdiri di hadapan Tuhan. Hanya katalisator yang bersih dan murni yang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Untuk menjadi katalisator yang murni, kita harus berlutut dan berdoa, meminta kepada Tuhan agar menghapuskan semua ketidakmurnian. Apabila seorang hamba Tuhan memakai jubah kotor yang berbau busuk, maka ia tidak akan bisa menjadi katalisator yang baik. Jika saya belum cukup berdoa, ketika saya berdiri di atas mimbar, saya merasa frustasi, cape dan lelah. Pada saat seperti itu, tidak peduli seberapa nyaring suara saya, saya dapat melihat tidak ada respon dari jemaat. Namun, jika saya berdiri di atas mimbar setelah banyak berdoa, saya merasakan pengurapan Roh Kududs dan saya dapat menyampaikan khotbah dengan baik.

 

Apakah seorang pendeta itu memiliki hari-hari yang berkemenangan atau tidak tergantung pada bagaimana ia melewatkan saat teduhnya. Jika ia bangun pagi-pagi di pagi hari dan menghabiskan paling sedikit satu jam untuk berdoa, maka ia akan menjadi katalisator yang baik. Apabila kita berdoa di pagi hari, Tuhan akan memenuhi kita dengan Roh Kudus dan Ia akan membantu kita untuk menjadi katalisator yang baik agar dapat dipakaiNya.

 

Namun, setelah kita dimurnikan, bukan berarti kita terus murni selamanya. Kita harus melalui proses pemurnian setiap hari. Oleh karena itu, jam doa sebelum kita memulai pelayanan kita adalah persyaratan mutlak bagi para pendeta.

 

Jika para pendeta bersyukur dan memuji Tuhan serta merenungkan Firman Tuhan setiap hari, setelah dimurnikan oleh Roh Kudus, kita akan membuahkan hasil yang menakjubkan kemanapun kita pergi. Saya berdoa agar tak seorangpun dari kita yang membiarkan dirinya menjadi tidak murni dan menganggap semua yang kita lakukan hanya sekedar formalitas, tetapi saya berdoa agar kita dipenuhi oleh Roh Kudus dan menjadi katalisator yang murni yang dapat melakukan pekerjaan besar bagi Tuhan.

 
 
1
Hosted by www.Geocities.ws