Full Gospel Indonesia

Info

 
 

Files

 

Siaran

 

 

 

 

 

Spiritual Leadership-22
How to Preach (Bagaimana Cara Berkhotbah)
Oleh David Yonggi Cho 

Pengkhotbah sama seperti koki. Tidak peduli berapa banyak bahan suatu masakan, jika ia bukan seorang koki yang hebat, makanan tersebut tidak akan terasa enak. Sebaliknya, hanya dengan beberapa macam bahan saja, seorang koki yang berkemampuan tinggi dapat menciptakan suatu kreasi hebat. Ketika seorang koki memasak, pada umumnya ia menggunakan daging, ikan, dan sayuran sebagai bahan utama, dan merica, garam, bawang, dsb sebagai bumbu untuk menciptakan kombinasi rasa yang enak. Begitu juga seorang pendeta. Ketika ia membawakan Firman Tuhan, Alkitab menjadi bahan utama di dalam sebuah khotbah, dan semua hal yang ada di dunia ini dapat digunakan sebagai bumbunya. Seberapa hebat suatu khotbah yang dibawakan oleh seorang pendeta tergantung pada pendeta itu sendiri. Beberapa orang pendeta memarahi jemaat apabila jemaat tertidur dalam kebaktian atau ketika mereka tidak memperhatikan khotbah tersebut. Sebenarnya, masalahnya terletak pada pendetanya. Banyak orang merasakan kelaparan rohani. Jika seorang pengkhotbah mempersiapkan khotbah yang “enak”, banyak orang yang kelaparan rohani akan datang untuk memakannya. Pernahkah anda pergi ke sungai dan melemparkan segenggam pasir ke airnya? Apakah anda mendapat banyak ikan dengan cara seperti itu? Hal itu hanya akan membubarkan ikan-ikan. Tetapi lemparlah makanan ikan, dan anda akan melihat banyak ikan berkumpul. Bagaimana seorang pendeta mempersiapkan Firman Tuhan akan menentukan keberhasilan atau kegagalan dari pelayanannya. Bagaimana kita bisa menjadi pengkhotbah Firman Tuhan yang hebat? Pertama-tama, kita harus memahami poin utama dari Firman tersebut. Sebelumnya kita harus merenungkan Firman Tuhan tersebut dalam-dalam dan berdoa terlebih dahulu. Apabila seorang pendeta berkhotbah tanpa memahami poin utamanya, maka khotbahnya akan gagal. Bagi para pendengar, khotbah tersebut akan jadi membosankan dan mereka tidak memperoleh apa-apa dari khotbah tersebut. Oleh karena itu, kita pertama-tama harus merenungkannya dalam-dalam, memahami poin utamanya, dan kemudian mempersiapkan pendahuluan, inti/isi khotbah dan penutup. Pendahuluan dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dari suatu khotbah. Ketika makan, orang Korea biasanya mengambil sesendok sup panas sebelum makanan lainnya. Bila sup tidak tersedia, kami mengambil sesendok jus kimchi yang dingin. Ini merangsang nafsu makan kita sehingga kita dapat menikmati hidangan sepenuhnya. Di barat, mereka menghidangkan sup atau salad sebagai makanan pembuka sebelum hidangan utama. Pendahuluan sama seperti sup, jus kimchi atau salad. Ketika kita sedang berdiri di hadapan ribuan orang atau sejumlah orang, untuk menarik perhatian mereka, kita membutuhkan pendahuluan yang baik. Jika kita langsung menuju pada inti khotbah, itu hanya akan membebani para pendengar untuk mengetahui apa maksud pesan tersebut. Pendahuluan yang baik melepaskan pendengar dari beban yang semacam itu. Dalam lima menit pertama dari sebuah khotbah, sang pengkhotbah harus dapat menarik perhatian para pendengar. Jika sang pengkhotbah gagal melakukan hal ini, maka ia akan berjuang selama khotbah berlangsung. Jika sang pengkhotbah dapat menarik perhatian jemaat dalam lima menit pertama, maka jemaat bisa terus memperhatikan hingga akhir khotbah. Napoleon mengetahui hal ini dengan baik dan memanfaatkannya untuk mengatasi saat-saat krisis. Pada waktu itu, Napoleon sedang menyeberangi pegunungan Alpen bersama dengan pasukannya. Pada waktu mereka mendaki gunung tersebut, pasukannya sangat kelelahan. Pada waktu mereka mencapai puncaknya, tubuh mereka berteriak meminta air, namun tidak ada air. Dengan keadaan yang seperti itu, Napoleon tidak mungkin menyuruh mereka turun gunung. Kemudian ia berkata kepada mereka, “Di kaki gunung ini terdapat hutan persik, dan buahnya sangat terkenal karena rasanya yang masam. Buah persik dari hutan ini sangat masam sehingga siapa saja yang makan buahnya tidak dapat makan apa-apa selama beberapa hari berikutnya.” Setelah Napoleon mengatakan hal tersebut, mulut para tentara tersebut mulai berair. Ceritanya membuat mereka mengeluarkan liur. Pada saat Napoleon mengakhiri ceritanya, semua tentara tersebut siap menuruni gunung tersebut dengan kekuatan baru. Dengan cara yang sama, apabila seorang pendeta berdiri di depan jemaat, dalam waktu singkat ia harus menyediakan apa yang jemaat rindukan. Untuk melakukan hal ini, para pendeta harus mempelajari Alkitab secara terus menerus dan selalu mendengarkan Roh Kudus. Roh Kudus mengetahui hati dan pikiran semua orang, dan Ia dapat memberikan kepada pendeta hikmat dan pengetahuan akan apa yang dibutuhkan oleh jemaat. Apabila kita memulai suatu khotbah kepada sekelompok orang bisnis dengan kata-kata berikut, “Cinta akan uang merupakan sumber segala kejahatan.” Mungkin tak seorangpun akan mendengarkan khotbah tersebut. Ada cara yang lebih baik daripada itu. Bagaimana dengan mencoba seperti berikut ini, “Tuhan telah menunjukkan di dalam Alkitab bagaimana kita bisa menghasilkan sejumlah besar uang. Abraham, bapa iman kita, adalah orang yang sangat kaya. Begitu juga Ishak dan Yakub. Di antara banyak tokoh-tokoh di Alkitab, tak seorangpun yang mati karena kelaparan dan kemiskinan. Hari ini saya akan memberikan petunjuk kepada anda bagaimana caranya untuk menjadi orang kaya melalui iman.” Mungkin setiap orang akan mendengarkan kita! Setelah pendahuluan ini, kita dapat memberitahu mereka bahwa mereka tidak boleh mencintai uang untuk menjadi kaya. Beberapa waktu yang lalu, saya berkhotbah di Royal Albert Hall di London, Inggris. Hall begitu penuh dengan orang, tetapi sebelum saya berkhotbah, saya bergumul untuk menemukan sebuah pendahuluan yang akan menarik perhatian jemaat. Pendahuluan harus dipersiapkan berdasarkan waktu dan tempat dimana kita akan berkhotbah. Meskipun kita mungkin telah mempersiapkan sebuah pendahuluan sebelumnya, tetapi kita memerlukan hikmat agar dapat beradaptasi terhadap situasi tertentu. Saya berjalan ke mimbar dan melihat ke arah jemaat sambil berkata, “Hari ini saya melihat harta yang besar di dalam setiap diri anda. Namun, karena banyak di antara anda yang tidak mengenali harta di dalam diri anda dan belum memanfaatkannya, maka hari ini saya berdiri di sini untuk menunjukkan harta tersebut kepada anda. Harta ini merupakan hal yang sulit untuk dilihat oleh orang-orang Barat. Namun bagi saya, hal ini begitu jelas dan terlihat. Ketika saya mengatakan kepada mereka bahwa saya dapat melihat harta mereka karena saya adalah seorang Asia, dan bahwa mereka tidak dapat melihatnya karena mereka adalah orang Barat, mereka begitu dipenuhi dengan rasa penasaran sehingga telinga mereka mendengarkan setiap perkataan saya. Pendeta perlu berdoa dan merenungkan bagaimana cara menyampaikan suatu pendahuluan agar segera mendapatkan perhatian jemaat. Ketika pendahuluan diberikan secara tepat, maka selanjutnya khotbah tersebut memiliki kesempatan untuk sukses. Apabila nafsu makan telah dirangsang, maka itu adalah waktu untuk hidangan utama. Hal yang terpenting dari suatu hidangan adalah bahwa hidangan tersebut harus enak. Tidak peduli bagaimanapun indahnya makanan tersebut ditata atau seberapa banyaknya nutrisi dalam setiap gigitnya, jika makanan tersebut tidak terasa enak, maka orang-orang tidak akan mau memakannya. Inti khotbah diumpamakan seperti hidangan utama. Tidak peduli seberapa bermanfaatnya isi khotbah tersebut dan tidak peduli seberapa fasihnya kata-kata pendeta itu, tanpa bumbu yang enak khotbah tersebut tidak akan didengarkan. Agar dapat berkhotbah dengan bumbu yang enak, para pendeta harus menyelidiki dan merenungkan bagaimana khotbah tersebut akan dipersiapkan dan disajikan, seperti yang dilakukan oleh koki yang baik. Dalam hal ini ada 3 tipe khotbah yang dapat digunakan oleh para pendeta: expository sermon, textual sermon dan topical sermon. Expository sermon didisain untuk mengajarkan kepada jemaat tentang maksud dari suatu kejadian atau suatu cerita dari Alkitab melalui latar belakang sejarah, arti literal dan penafsiran. Agar khotbah tipe ini efektif membawa perubahan bagi orang-orang, diperlukan persiapan besar dan banyak doa. Tipe yang kedua adalah textual sermon. Tipe ini membaca ayat-ayat Alkitab dan menjelaskannya ayat-ayat tersebut satu persatu. Sebagai contoh, seperti tertulis dalam Yohanes 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anaknya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Pertama-tama kita memulai dengan, “Siapakah Tuhan?” dan kemudian kita dapat melanjutkan dengan mengatakan bahwa Ia adalah Maha Besar, Maha Kuasa, dan Sang Pencipta yang merupakan Bapa kita. Yang kedua, kita dapat mengatakan bahwa dunia ini adalah dunia yang terkutuk yang dipenuhi dengan orang-orang yang mengikuti keinginan daging, keinginan mata dan harga diri semenjak Adam dan Hawa digoda oleh Iblis. Yang ketiga, kita dapat menekankan tentang kasih Tuhan. Kita dapat mengatakan bahwa di dalam keinginanNya untuk memberikan kita kehidupan yang kekal dan untuk menyelamatkan kehidupan kita, Tuhan tidak menyayangkan AnakNya, Yesus Kristus yang menanggung dosa semua manusia ketika Ia mati di kayu salib. Kita dapat mengatakan kepada para jemaat bahwa kita telah diberi kehidupan kekal melalui ini, dan kita dapat menyaksikan kasih Tuhan yang besar. Akhirnya, kita dapat berbicara tentang kehidupan kekal yang akan membawa khotbah pada penutup. Seperti yang disebutkan di atas, textual sermon merupakan tipe khotbah yang berdasarkan pada ayat-ayat yang dikutip dari Alkitab. Tipe yang ketiga adalah topical sermon. Topical sermon adalah khotbah yang berfokus pada seuatu topik yang telah dipilih sebelumnya. Untuk khotbah tipe ini, dapat digunakan metode induktif dan deduktif. Khotbah tipe ini dapat mengambil berbagai macam topik, baik yang luas maupun yang sempit. Karena khotbah tipe ini lebih bebas, maka lebih mudah untuk menyesuaikan khotbah dengan apa yang diinginkan oleh pendeta atau dengan apa yang diinginkan para pendengar. Selain itu, bagaimana kita mengatur isi khotbah juga merupakan hal yang penting. Lebih bijaksana jika kita membaginya menjadi tiga atau empat bagian. Membaginya menjadi lima bagian masih bisa diterima. Namun, apabila kita mempunyai terlalu banyak bagian, isi khotbah menjadi terlalu panjang dan terlalu kompleks. Ketika kita berkhotbah, sebuah ilustrasi merupakan bahan yang penting. Jika kita membandingkan khotbah dengan ruangan, ilustrasi bagaikan sebuah jendela. Suatu ruangan tidak boleh memiliki terlalu banyak jendela, juga tidak boleh tidak memiliki jendela sama sekali. Suatu khotbah tidak boleh memiliki terlalu banyak ilustrasi, juga tidak boleh tidak memiliki ilustrasi sama sekali. Saya merasa dua sampai empat ilustrasi cukup untuk sebuah khotbah. Menggunakan ilustrasi yang sesuai di saat yang tepat membantu menjaga minat orang-orang terhadap khotbah kita. Sebuah ilustrasi juga membantu orang-orang untuk mengerti ayat-ayat Alkitab. Ketika kita sedang berada di pertengahan khotbah, jika kita melihat banyak orang mengantuk atau melihat ke arah jam, itu merupakan tanda bahwa khotbah tersebut membosankan bagi mereka. Apabila hal ini terjadi, maka khotbah tersebut berarti gagal. Kita lebih baik mulai mengakhiri khotbah kita dan menuju pada penutup. Pada bagian penutup, kita harus menyegarkan mulut jemaat. Jika kita sudah menghabiskan hidangan utama, maka kita mengambil dessert (makanan penutup) untuk menyegarkan mulut kita. Begitu juga dengan khotbah, penutup haruslah singkat, langsung pada intinya, dan harus bisa merangkum semua elemen yang terdapat pada isi khotbah dalam sebuah paket yang rapi. Sekarang ini banyak hamba Tuhan yang membawakan khotbah dengan baik, namun kemudian mereka gagal menyampaikan penutup dengan baik. Semua orang tanpa terkecuali akan lebih tertarik pada hal-hal yang ada hubungannya dengan mereka. Pendeta harus memastikan bahwa para pendengar mengerti bagaimana pesan tersebut berhubungan dengan kehidupan mereka. Secara umum sebuah khotbah lebih baik diselesaikan dalam waktu 30-40 menit. Otak kita memiliki batas waktu efektif dalam mendengarkan khotbah atau kuliah. Dan para ahli mengatakan bahwa 40 menit adalah batasnya. Jadi, khotbah yang panjang bisa mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan. Saya telah menyebutkan poin-poin utama yang harus diingat oleh seorang pendeta. Namun, ada poin-poin lain yang harus terus diingat oleh hamba Tuhan agar khotbahnya efektif. Menurut para koki, apabila seseorang makan, tidak hanya indera perasanya saja yang mempengaruhi orang tersebut, namun juga indera penglihatan dan pendengarannya. Meskipun rasa dari makanan tersebut merupakan hal yang paling penting, namun makanan tersebut juga harus menyenangkan bagi mata dan telinga. Sebagai contoh, ketika kami makan kimchi Korea, indera perasa kami meningkat ketika kami mendengar suara “crunch, crunch” sewaktu kami mengunyah kimchi, sedangkan mata kami menikmati sajiannya yang terlihat enak. Karena pengkhotbah adalah orang yang menyampaikan Firman Tuhan, maka ia haruslah rapi. Jika seorang pendeta berdiri di atas mimbar dengan memiliki rambut yang seperti habis tertiup angin atau ia memakai jaket yang kusut, tidak peduli apapun yang ia katakan, jemaat tidak akan mengalihkan perhatian mereka sepenuhnya terhadap Firman Tuhan. Oleh karena itu, apabila seorang hamba Tuhan berdiri di hadapan jemaat, ia haruslah berpakaian rapi. Ketika sedang menyampaikan pesan, seorang pendeta harus menggunakan bahasa baku. Saya berusaha keras untuk berkhotbah dalam bahasa Korea baku. Jika seorang pendeta menggunakan bahasa gaul atau dialek, beberapa orang jemaatnya mungkin tidak mengerti dan mereka akan kehilangan sebagian dari khotbah tersebut. Saya selalu merekomendasikan agar para pendeta menggunakan bahasa baku. Dalam beberapa KKR, para pengkhotbah memakai humor yang buruk untuk mendapatkan popularitas. Tuhan tidak menyukai hal ini, lagipula hal tersebut tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi para pendengar. Karena para hamba Tuhan memiliki tanggung jawab dan posisi tertentu di dalam masyarakat, mereka harus selalu menggunakan bahasa baku dan menghindari bahasa yang kasar. Meskipun saya telah menjadi pendeta selama 45 tahun, setiap hari Senin hati saya terbebani karena itu adalah waktu untuk mempersiapkan khotbah yang baru. Bukan hal yang mudah untuk mempersiapkan makanan bernutrisi yang menyenangkan bagi mata, telinga dan mulut. Sebelum saya berdiri di atas mimbar, mula-mula saya mengatur pendahuluan, inti, dan penutup, dan saya mencoba untuk berkhotbah di hadapan diri saya sendiri berulang-ulang. Ketika saya melakukannya, saya menyadari ilustrasi tertentu tidak sesuai atau beberapa bagian harus dihilangkan. Setiap pendeta harus berkhotbah di hadapan dirinya sendiri sebelum ia berdiri di atas mimbar. Namun, hal yang paling penting bagi saya adalah mendengarkan suara Roh Kudus setiap saat ketika saya berkhotbah. Tidak peduli seberapa baiknya kita mempersiapkan suatu khotbah, jika Roh Kudus tidak bersama kita ketika kita sedang menyampaikannya, maka khotbah tersebut tidak akan berguna, dan jemaat kita tidak akan tergerak oleh khotbah tersebut. Ketika kita sedang berkhotbah, kita harus sepenuhnya bergantung pada Roh Kudus dan menerima pertolonganNya. Senjata terbesar yang disediakan bagi para hamba Tuhan adalah Firman Tuhan. Jika seorang hamba Tuhan tidak memiliki kemampuan untuk mempersiapkan Firman Tuhan bagi jemaatnya, maka itu berarti ia bukanlah hamba Tuhan yang berkualitas. Ia perlu memiliki kemampuan untuk menyampaikan khotbah pada kunjungan rumah, pertemuan sel, di atas mimbar, atau kemanapun ia pergi. Ini merupakan syarat. Maka para pendeta itu dapat memberi makan rumput yang baik bagi domba-dombanya, sehingga mereka dapat memiliki kehidupan rohani yang sehat. Oleh karena itu, agar dapat mempersiapkan makanan rohani yang baik bagi jemaat, kita harus selalu berusaha untuk belajar dan senantiasa berdoa. Maka kita akan bertumbuh di dalam kehidupan rohani kita dan gereja kita akan mengalami kebangkitan yang terus menerus. 

Catatan : Saya sharingkan Firman Tuhan ini ( seri Spiritual Leadership sepanjang tahun 2004 ) untuk para hamba Tuhan di milis ini, sekiranya ada members yang merasa terganggu membacanya, saya mohon maaf. Saya berharap para hamba Tuhan bisa memberi respon atau pendapatnya dalam milis ini, kita sama sama belajar Firman Tuhan, OK? Semoga jadi berkat. 

Ev.Bambang Wiyono 
Moderator cell groups Full Gospel Indonesia 
0812 327 3886

 
 
1
Hosted by www.Geocities.ws