Mari kita memahami, mengapa
orang Kristen harus terima baptisan Roh Kudus ?
Apakah baptisan selam tidak
cukup ?
Jadi
orang Kristen memang harus “ masuk jalan yang sempit “kata Tuhan
Yesus, ( Mat 7:14 ) apa itu ? tidak lain adalah jalan supranatural!
Mengalami
TRANSFORMASI secara sempurna, ini istilah umum, juga merupakan
pikiran Allah dalam Alkitab!
Setelah
kita terima Tuhan Yesus sebagai juru selamat pribaadi , kita
memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan (Kisah 10 : 43)
oleh anugerahNya kita mengalami LAHIR BARU, dan berusaha selalu
kepenuhan Roh Kudus dalam hidup, ( Kis 10: 46 ) hanya dengan
mengalami anugerah ini yang memampukan kita hidup kudus
dihadapanNya, dalam waktu dan rencanyaNya kita akan menerima baptisan
Roh Kudus .
Pada
saat minta sesuatu yang sangat penting, saya selalu berdoa dengan
bahasa yang iblis tidak mengerti,( kesaksian saya : The
Witness Story: Praying in Unknown Tongue By Bambang Wiyono
di
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia / )
dan selama kita taat dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya untuk
kepentingan orang lain, tanpa pamrih, maka kita pada waktu dan
rencanaNya, akan dibawa ketempat perhentianNya, ( Ibr ps 4 )
itulah perjalanan rohani orang Kristen yang unik, yang tidak sama
dengan orang2 Katolik , pememuk2 agama lain.
Yoel
2:28-29
Roh
Kudus menjelaskan kerangka waktu “kemudian daripada itu” dengan
mengatakan “pada hari-hari terakhir”, dengan
menunjukkan hari-hari terakhir ketika Yesus naik ke surga; waktunya
telah tiba untuk Allah mencurahkan RohNya ke atas semua manusia.
Petrus memberikan janji-janji yang lebih besar dan lebih indah kepada
mereka yang mendengarkan khotbahnya dan kemudian bertobat :
Pada
saat minta sesuatu yang sangat penting, saya selalu berdoa dengan
bahasa yang iblis tidak mengerti,( kesaksian saya : The
Witness Story: Praying in Unknown Tongue By Bambang Wiyono
)
dan selama kita taat dan menyerahkan hidup kita sepenuhnya
untuk kepentingan orang lain, tanpa pamrih, maka kita pada waktu dan
rencanaNya, akan dibawa ketempat perhentianNya, ( Ibr ps 4 )
itulah sasaran kita menjadi orang Kristen.
Janji
Tuhan
:
Bertobatlah
dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama
Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima
karunia Roh Kudus. Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu
dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil
oleh Tuhan Allah kita (Kisah 2 : 38, 39)
.
Pertama,
Perkataan ini
mengandung suatu janji kebangsaan kepada orang-orang Yahudi :
“kamu masing-masing” yang mengarah kepada orang-orang Yahudi
yang sedang mendengarkan khotbah Petrus.
Kedua,
Petrus
memberikan suatu janji kepada generasi masa depan dari umat Yahudi :
“bagi kamulah dan bagi anak-anakmu”.
Ketiga,
Janji itu
berhubungan dengan seluruh dunia : “bagi orang yang masih jauh”.
Para nabi Yahudi di masa itu menggunakan ungkapan itu bila mereka
berbicara tentang orang kafir – atau orang asing.
Keempat,
janji itu
mengacu kepada segala masa ; “sebanyak” berlaku bukan hanya
untuk setiap orang tanpa menghiraukan bangsa, kaum, jenis kelamin,
usia, harta atau peringkat – melainkan juga setiap orang sampai
akhir zaman ketika Kristus kembali ke bumi.
Alangkah
ajaib perjanjian ini : Allah akan mencurahkan Roh Kudus bukan hanya
pada zaman para rasul melainkan di sepanjang zaman anugerah bahkan
sampai sekarang.
“Bukti
apakah yang akan muncul dan memberikan kepada mereka kepastian bahwa
mereka telah dibaptiskan dengan Roh Kudus ?”
Agaknya bahan
yang diperlukan terbatas. Dalam perjanjian Lama dan keempat Buku
Injil “Roh itu belum datang
karena Yesus belum dimuliakan” (Yohanes 7 : 39).
Dalam
surat-surat Perjanjian Baru ajarannya terutama untuk para orang
beriman yang telah menerima kepenuhan Roh; tak terdapat dalamnya
peristiwa langsung mengenai baptisan Roh Kudus.
Peritiwa-peristiwa
semacam itu hanya dicatat dalam Kisah Para Rasul.
Marilah kita
memeriksa keterangan para orang saleh dalam Kisah Para Rasul yang
menerima baptisan Roh Kudus.
PANTEKOSTA
Peristiwa
yang paling ajaib ialah baptisan Roh Kudus
Dari 120
orang murid pada hari PANTEKOSTA Ketika mereka menerima kepenuhan
Roh Kudus, mereka tentunya telah mengetahui tanpa keraguan bahwa
mereka telah menerima karunia yang disabdakan Yesus harus mereka
nantikan. Kalau tidak, mengapa mereka berhenti menanti lalu pergi ke
garis depan untuk memberitakan Injil? Menurut Alkitab, 120 orang
murid tanpa kekecualian berhenti menantikan pengalaman ajaib itu dan
memiliki keyakinan bahwa mereka telah menerima Roh Kudus. Bagaimana
sampai semua orang telah memperoleh pengalaman itu secara serempak?
Karena kepenuhan Roh Kudus telah mencakup bukan hanya pengalaman
lahiriah tetapi juga suatu kepastian batiniah.
Gejala yang
muncul di ruang atas ketika Roh Kudus turun pada hari PANTEKOSTA (Kisah
2 : 2-4).
“Tiba-tiba
turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras”.
“Tampaklah
kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan
hinggap pada mereka masing-masing”.
“Maka
penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata
dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh Kudus itu
kepada mereka untuk mengatakannya”.
Dari deretan
peristiwa di atas kita dapat melihat bahwa sebelum para murid
mengalami baptisan Roh Kudus, mereka mendengar bunyi deru angin dan
melihat lidah-lidah seperti nyala api. Kemudian tanda berbicara
dengan bahasa lain mengikuti pengalaman penerimaan kepenuhan Roh
Kudus.
Dengan
tanda-tanda ini, pengalaman penerimaan baptisan Roh Kudus dari 120
orang murid menjadi pasti tanpa keraguan sedikitpun. Karena
mengetahui hal yang telah terjadi, wakil mereka, Petrus, berbicara
di hadapan kerumunan orang-orang yang sedang berkumpul di situ.
Dengan membicarakan Yesus, Petrus berkata, “Dan sesudah Ia
ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang
dijanjikan itu, maka dicurahkan apa yang kamu lihat dan dengar di
sini” (Kisah 2 : 33).
Petrus
mengatakan bahwa ada bukti umum dari pengalaman baptisan Roh Kudus.
Kita juga harus menyaksikan pada pengalaman kepenuhan kita dengan
Roh Kudus bukan dengan istilah-istilah umum, melainkan seperti
Petrus dengan hal-hal yang dapat dilihat dan didengar seseorang.
Jika kita tak mempunyai bukti yang jelas – jika kita meneruskan
pergumulan rohani, tanpa merasa pasti apakah kita telah menerima Roh
Kudus atau belum – apakah kita dapat menjadi saksi-saksi yang
berani dan berkuasa?
SAMARIA
Buku Kisah
Para Rasul menyebutkan pengalaman kedua tentang kepenuhan Roh Kudus
di Samaria:
Setelah
penatua Stefanus mati syahid di Yerusalem, aniaya besar terhadap
gereja berlanjut. Sebagian besar dari gereja, kecuali para rasul,
menyebar luas ke seluruh kawasan Yudea dan Samaria.
Filipus pergi
ke kota Samaria dan memberitakan Kristus di sana. Akibatnya banyak
orang datang kepada Kristus dan dibaptis dalam air. Banyak
orang yang dirasuk roh najis dibebaskan; banyak orang lumpuh dan
timpang disembuhkan (Kisah 8 : 5-8).
Walaupun
terjadi banyak mujizat, Filipus agaknya tiada memiliki karunia
menolong orang-orang untuk menerima baptisan Roh Kudus. Alkitab
terus menjelaskan :
Ketika
rasul-rasul di Yerusalem mendengar, bahwa tanah Samaria telah
menerima firman Allah, mereka mengutus Petrus dan Yohanes ke situ.
Setibanya di situ kedua rasul itu berdoa, supaya orang-orang Samaria
itu beroleh Roh Kudus.
“Sebab
Roh Kudus belum turun di atas seorangpun di antara mereka, karena
mereka hanya dibaptis dalam nama Tuhan Yesus. Kemudian keduanya
menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh
Kudus” (Kisah 8 : 14-17)
Bila kita
melihat lebih mendalam pada Firman, kita menyaksikan bahwa beberapa
hal luar biasa terjadi pada hari itu.
Seorang
penyihir bernama Simon menghadiri kebaktian akbar keselamatan dan
kesembuhan yang diselenggarakan oleh Filipus, dan ia sangat terharu
menyaksikan kuasa Allah dinyatakan. Ia menerima Yesus sebagai Juru
selamatnya dan bahkan dibaptis dalam air.
Kemudian
Petrus dan Yohanes turun dari Yerusalem untuk menumpangkan tangan
mereka ke atas orang-orang percaya lalu mereka menerima Roh Kudus.
Simon mantan penyihir itu sedemikan terpesona menyaksikan hal ini
sehingga ia menawarkan uang kepada para rasul sambil berkata,
“Berikanlah
juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di
atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus “(ayat 19).
Ia menerima
teguran keras dari rasul Petrus ketika ia berusaha memebeli karunia
Allah dengan uang. Tetapi dalam perilakunya ada suatu pelajaran
terselubung yang tidak dapat diabaikan. Penyihir Simon ini
menyaksikan semua hal ini terjadi: Orang-orang bertobat dan mengakui
dosa mereka mengalami perubahan dan penuh dengan sukacita. Roh-roh
najis dengan suara nyaring keluar meninggalkan banyak orang yang
tadinya kerasukan. Banyak penderita lumpuh dan timpang disembuhkan
sama sekali.. Barulah ketika Petrus dan Yohanes turun dan
menumpangkan tangan ke atas orang-orang percaya untuk menerima Roh
Kudus, Simon berusaha membeli kuasa itu.
Mengapa?
Jawabnya sederhana saja: Karena suatu tanda istimewa kepada
orang-orang Samaria yang menerima Roh Kudus melalui penumpangan
tangan Petrus dan Yohanes. Kalau sekiranya Roh itu berlalu dengan
tenang dan sunyi Simon takkan bergegas untuk menawarkan uang.
Apakah yang
dilihat penyihir sebagai akibat dari doa Petrus dan Yohanes? Ia
tentunya telah melihat dan mendengar orang-orang
Kita tak
dapat menahan diri untuk mengambil percaya itu berkata-kata dengan
bahasa lain dan memuji Tuhan.kesimpulan ini, sebab dalam kebaktian
Filipus semua tanda-tanda ajaib telah terjadi kecuali satu-tanda
berbicara dalam bahasa lain.
Pada zaman
para rasul, di manapun Allah mencurahkan Roh Kudus atas
gereja-gereja teladan, Ia selalu memberikan tanda-tanda lahiriah
yang para penerima Roh Kudus dan penonton biasa dapat serta merta
merasa, melihat dan mendengarnya. Hampir tanpa kekecualian,
Sebagai
tanda akhir dan paling umum, para penerima Roh Kudus berkata-kata
dengan bahasa lain.
Jelaslah
bahwa pengalaman Pantekosta di Samaria, yang terjadi delapan tahun
setelah para rasul dibaptis denga Roh Kudus di Yerusalem, merupakan
suatu pengalaman yang disertai tanda-tanda ajaib.
KORNELIUS
Pengalaman
ketiga yang dicatat mengenai penerimaan kepenuhan Roh Kudus terjadi
di rumah Kornelius. Setelah meninggalkan Samaria Petrus turun ke
Yope dan tinggal di sana dengan Simon penyamak kulit. Pada suatu
hari pukul duabelas siang Petrus naik ke atas rumah untuk berdoa:
Ia merasa
lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba
rohnya diliputi kuasa ilahi. Tampak olehnya langit terbuka
dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada
keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah. Di dalamnya terdapat
perbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung.
Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata : “ Bangunlah, hai
Petrus, sembelihlah dan makanlah!” Tetapi Petrus menjawab :
“tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang
haram dan yang tidak tahir.” Kedengaran pula untuk keduakalinya
suara yang berkata kepadanya : “Apa yang dinyatakan halal
oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram” (Kisah 10 : 10-15).
Ini terjadi
tiga kali sebelum benda bungkusan itu diangkat kembali ke sorga.
Selagi Petrus merenungkan arti penglihatan ini para pembawa berita
yang diutus dari Kornelius mengetuk pintu.
Agaknya Allah
telah mengutus seorang malaikat kepada Kornelius seorang yang bukan
berkebangsaan Yahudi dalam suatu penglihatan untuk menyiapkan
Kornelius mendengar firman keselamatan dan anugrah. Menurut
pengarahan malaikat itu, Kornelius mengutus pembawa berita kepada
Petrus di Yope. Ketika Petrus mendengar kisah ini barulah
penglihatannya sendiri memberikan makna kepadanya.
Petrus,
seorang Yahudi yang tegar, selalu beranggapan bahwa haram untuk
berkawan dengan atau berkunjung kerumah seseorang yang berkebangsaan
lain. Jika Allah tidak memerintahkan dengan jelas kepadanya untuk
pergi, Petrus sama sekali tak mau pergi ke rumah Kornelius.
Tetapi Allah
telah bersabda dengan gamblang bahwa sejak Ia berniat mulai saat itu
untuk menghalalkan orang kafir melalui iman kepada Kristus, Petrus
tak boleh menyebut haram hal yang telah dihalalkan Allah. Begitulah
caranya pemikiran ke-Yahudi-an Petrus yang sempit diubahkan.
Demikianlah
Allah membuka jalan, jalan PANTEKOSTA untuk orang kafir, maka
orang-orangpun berhimpun di rumah Kornelius yang kafir, untuk
menerima
keselamatan
dan kepenuhan Roh Kudus melalui iman kepada Kristus.
Marilah kita
memeriksa dengan cermat pertemuan ini, ketika Roh Kudus turun ke
atas orang-orang kafir di rumah Kornelius itu. Petrus berkhotbah
kepada orang-orang yang berkumpul di rumah itu. Ia mulai dengan
ramalan Yohanes Pembaptis, kemudian mencakup pelayanan Yesus,
termasuk kematian dan kebangkitanNya. Petrus mengakhiri dengan
ucapan:
“Tentang
Dialah semua nabi bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepadaNya, ia
akan mendapat pengampunan dosa oleh karena namaNya” (Kisah 10 :
43).
Selagi
Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua
orang yang mendengarkan khotbah itu.
Dan semua
orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus,
tercengang-cengang karena melihat bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan
ke atas bangsa-bangsa lain juga, sebab mereka mendengar orang-orang
itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah (Kisah 10 :
44-46).
Segera
setelah orang-orang itu mendengar firman kebenaran, bahwa
keselamatan diperoleh dengan percaya kepada Yesus Kristus, mereka
percaya dan mengucapkan amin pada kuasa ajaib dari Roh Kudus.
Bagaimanakah
dapat orang lain mengetahui dan menyaksikan bahwa orang-orang bangsa
lain di rumah Kornelius telah menerima Roh Kudus? Bila kita membaca
keterangan Alkitab dengan tidak berat sebelah tanpa prasangka,
buktinya jelas.
Walaupun
kenyataan orang yahudi yang tegar mencoba untuk percaya bahwa
keselamatan dan kepenuhan Roh Kudus bukan untuk orang kafir,
pekerjaan Allah itu sedemikian ajaibnya berkembang sehingga mereka
tak dapat menyangkalnya, “sebab mereka mendengar orang-orang itu
berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kisah 10 :
46).
Ini
menunjukkan bahwa orang-orang Kristen pertama melihat bahasa roh
sebagai tanda lahiriah dan umum dari kepenuhan Roh Kudus.
EFFESUS
Peristiwa
keempat dalam kisah Rasul mengenai kepunahan Roh Kudus terjadi di
Effesus. Kira-kira 40 tahun telah berlalu sejak pencurahan Roh Kudus
yang pertama di ruang atas Yerusalem pada hari Pantekosta.
Para murid
yang dipenuhi Roh memberitakan Injil dengan kekuatan, disaluti kuasa
yang besar dari sorga.
Akibatnya,
mereka mengalami banyak aniaya dan sengasara, tetapi aniaya dan
sengsara itu tak dapat menahan mereka.
Injil telah
menggoncangkan Yudea; menyapu seluruh Samaria; kini maju ke ujung
bumi, semuanya ini karena usaha yang giat dari Rasul Paulus.
Sebelum ia
menjadi seorang Kristen ada seorang Rasul, waktu itu dikenal sebagai
Saulus-telah menganiya gereja dengan nafsu yang ganas. Ia telah
membelenggu orang-orang percaya dan menjebloskan mereka ke dalam
penjara bahkan membunuh beberapa orang. Tetapi ia tak dapat
melupakan sebuah peristiwa-perajaman penatua Stefanus dengan batu.
Selagi batu-batu dan caci maki serta fitnah dilemparkan ke arah
Stefanus, ia tidak menunjukkan perlawanan dan pembalasan.
Sebaliknya, wajah Stefanus bersinar bagaikan wajah seorang malaikat.
Pada saat menjelang maut, Stefanus bahkan berdoa agar Allah mau
mengampuni dan memberkati mereka yang merajamnya. Inilah sebuah
peristiwa yang tak dapat dipahami oleh Saulus waktu itu
RASUL
PAULUS
Tetapi
penganiayaan Saulus terhadap gereja dan penindasannya terhadap
orang-orang percaya bahkan menjadi semakin ganas. Dengan surat kuasa
khusus dari iman besar di Yerusalem, ia sedang menuju kepada
penghancuran gereja besar-besaran di Damsyik ketika suatu pengalaman
lain menggoncangkannya.
Alkitab
menceritakan kisah ini secara terinci. Selagi Saulus bepergian ke
Damsyik, ia diterjang oleh sinar dari langit. Konon kabarnya sinar
surya tengah hari di Damsyik luar biasa terangnya. Tetapi sinar yang
memancar keatas Saulus lebih terang cahanya sehingga menyebabkannya
menjadi buta dan rebah ke tanah. Selagi terjatuh ke tanah, ia
mendengar suara Yesus: “Saulus, Saulus mengapakah engkau
menganiaya Aku?” (Kisah 9 : 4). Dalam keadaan buta, Saulus
harus dituntun ke Damsyik. Selama tiga hari ia berpuasa dan berdoa
untuk pengobatan. Kemudian seorang beriman bernama Ananias berdoa
agar penglihatan Saulus pulih seperti sediakala.
Nama Saulus
segera ditukar dengan Paulus, dan 40 tahun sesudah hari pantekosta
ia pergi ke Effesus untuk berkhotbah.
Apakah
pertanyaan pertama yang diajukan oleh rasul besar Paulus ini kepada
mereka?
Ini
merupakan sebuah pertanyaan yang harus didengar oleh gereja-gereja
masa kini - yang terbelenggu oleh upacara, kebiasaan dan gaya
pemikiran berpusat pada manusia : “Sudahkan kamu menerima Roh
Kudus ketika kamu menjadi percaya?” (Kisah 19 : 2).
Keselamatan
diterima melalui kelahiran baru dengan percaya kepada karya Roh
Kudus, tetapi wibawa dan kuasa hanya dapat diterima bila seorang
Kristen yang lahir baru menerima kepenuhan Roh Kudus setelah percaya.
Para murid di
Effesus tentunya adalah orang percaya yang jujur. Bila mereka
ditanyai Rasul Paulus, mereka takkan merahasiakan suatu apapun dari
rasul ini : “belum, bahkan kami belum pernah mendengar bahwa
ada Roh Kudus” (Kisah 19:2)
Betapa
merananya mereka sampai tidak pernah mendengar bahwa sesungguhnya
ada Roh Kudus!
Selekasnya
rasul Paulus mendengar hal ini, ia dengan jelas memberitakan Injil
keselamatan dari Yesus Kristus dan membaptiskan mereka dalam air
dengan nama Tuhan Yesus Kristus.
Orang-orang
Kristen di Effesus tentu saja adalah orang-orang percaya yang telah
menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka, tetapi Paulus
tidak beranggapan bahwa mereka telah menerima baptisan Roh Kudus.
Paulus pun
mengadakan kebaktian doa untuk sebuah alasan: memohon baptisan Roh
Kudus bagi orang-orang ini.
Ketika Paulus
menumpangkan tangannya ke atas mereka, Roh Kudus turun atas mereka.
Alkitab melukiskan peristiwa ini begini : “Ketika Paulus
menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas
mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa
roh dan bernubuat” (Kisah 19 : 6).
Bila kita
mempelajari peristiwa-peristiwa ketika Roh Kudus turun di gereja
pertama, memenuhi kehidupan orang-orang percaya, kita dapat
menemukan sebuah tanda umum yang tak dapat diperdebatkan.
Bahwa
tanda-tanda yang sama terbukti di Samaria juga. Di rumah Kornelius,
orang-orang beriman berkata-kata dengan bahasa lain selagi mereka
memuji Allah. Kemudian, orang-orang berkata-kata dengan bahasa roh
dan bernubuat di Effesus. Mungkin setiap orang yang mengamati
peristiwa-peristiwa Alkitab yang didalamya kepenuhan Roh Kudus
diterima akan berkata bahwa orang-orang percaya berkata-kata dalam
bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh Kudus itu kepada
mereka untuk dituturkan.
Berbicara
dengan bahasa lain itu sendiri bukanlah kepenuhan Roh Kudus, namun
seperti yang ditegaskan dalam Alkitab berkata dengan bahasa lain
merupakan tanda lahiriah umum bahwa seseorang telah menerima
kepenuhan Roh Kudus…”
(
berlanjut )
Disarikan
dari kotbah2 DR.David Yonggi Cho
Bambang
Wiyono
HP 0812 327
3886
e-mail : [email protected] (
japri )
IP
206.190.39.113
http://groups.yahoo.com/group/threefoldblessing/
( bahasa Inggris )